SAMARINDA, BERITAKALTIM.com – Wacana otonomi khusus (Otsus) dan tuntutan pengelolaan saham Blok Mahakam kini mengemuka di Kaltim, dengan dalih daerah kaya sumber daya alam itu selalu “dianaktirikan” oleh Pusat.
Gerakannya terasa sistimatis. Mulai dari Gubernur, Wali kota dan Bupati terutama yang berasal dari partai Golkar turun menyuarakan Otsus “ala Kaltim” tersebut. Tak hanya kepala daerah, partai-partainya pun – terutama yang berhimpun dalam Koalisi Merah Putih (KMP) gencar. Itu bisa dilihat dari spanduk-spanduk dukungan Otsus bersebaran di mana-mana.
Padahal jika ditilik lebih jauh terutama Otsus, Kaltim akan sangat sulit mendapatkannya. Ditinjau dari historis, geografis maupun sosiologisnya, Kaltim sangat jauh berbeda dengan Papua dan Aceh yang sudah lebih dulu mendapatkan kebijakan Otsus dimaksudkan.
Akhirnya muncul spekulasi, jika Otsus itu hanyalah sebuah skenario besar yang dimainkan oleh orang-orang yang ingin menarik keuntungan dari ‘kekeruhan’ yang sedang dialami Kaltim. Siapa orang itu, bisa jadi adalah orang partai Pemilu yang kebetulan bergabung dalam KMP.
Pengamat Politik Universitas Mulawarman (Unmul) Prof Sarosa Hanungpranoto memperingatkan, agar Kaltim untuk berhati-hati terhadap isu, jangan sampai hanya “latah” dan kemudian perjuangan atas nama rakyat itu menjadi sia-sia. Kegagalan memperebutkan saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) dengan divestasinya kemudian Judicial Review (JR), harusnya menjadi pelajaran agar membuat perjuangan menjadi benar-benar serius dan berhasil.
“Kalau hanya kembali menjadi wacana ya, jangan-jangan isu bahwa Otsus itu hanyalah bagian dari adanya skenario besar para elit, bisa jadi terbukti. Tapi mudah-mudahan lah tidak, tapi murni perjuangan untuk rakyat,” kata Sarosa.
Disinggung apakah Golkar atau Ical di balik semuanya? Sarosa enggan mengomentarinya. “Wah kalau itu saya tidak bisa berkomentar, saya hanya menganalisanya saja,” tambahnya. #khai
Teks Foto: Demonstrasi pemuda Kaltim beberapa waktu lalu yang menuntut pengelolaan Blok Mahakam lebih besar untuk Kaltim. (foto: Ahz)