BeritaKaltim.Co

Dari Jawara Eropa Menjadi Pengumpan Pemain

75cd87a2-b998-4f68-ae00-7e0a90b4c18b_169Perburuan tanda tangan Martin Odegaard, 16, akhirnya dimenangkan Real Madrid pada bursa musim dingin ini. Madrid akan menikmati servis dari bocah ajaib asal Norwegia yang digadang-gadang sebagai Lionel Messi berikutnya dengan didapat secara gratis dari klub asal Norwegia, Stromsgodset.
Perburuan pemain muda yang berbakat menjadi bintang masa depan adalah salah satu hal yang menarik dalam setiap musim transfer.
Selain berburu di pasar bebas, beberapa klub elite Eropa justru melakukan kerja sama dengan klub-klub kecil untuk menjadi pengumpan pemain (feeder) untuk mengisi tim seniornya. Di samping itu, klub feeder juga bisa menjadi lahan bagi tim utama menggembleng calon bintang masa depan mereka.
Di sisi lain, secara tidak langsung, beberapa klub elite Eropa telah menjadi feeder bagi klub-klub lainnya. Beberapa di antaranya adalah Ajax Amsterdam dan Arsenal.
Ajax Amsterdam
Kurun waktu hampir empat-lima dekade, akademi sepak bola dan pembinaan pemain muda Ajax Amsterdam dinilai yang terbaik di dunia. Sampai dengan saat ini, akademi Ajax selalu melahirkan pesepak bola profesional yang berkelas.
Johan Cruijff dkk di era 1960an, Johnny Rep dkk di generasi selanjutnya, Marco van Basten dkk di dekade 1980an, generasi Clarence Seedorf dan Dennis Bergkamp di dasawarsa berikutnya. Kemudian ada generasi Wesley Sneijder dan Zlatan Ibrahimovic di dekade 2000an.
Memasuki generasi di dasawarsa ini ada Christian Eriksen, Daley Blind, Jasper Cillessen, Siem de Jong, dan Viktor Fischer.
Meski setiap dekade selalu menelurkan bintang muda yang bersinar, klub tersebut kini tenggelam sebagai tim kelas menengah selama dua dekade terakhir.
Ajax berubah dari yang semula mampu menjadi raja Eropa dengan strategi total football hingga dasawarsa 1990an. Prestasi terakhir Ajax adalah Piala Champions yang dimenangkan pada musim 1994/95.
Piala Champions keempat yang dimenangkan Ajax itu–termasuk Super Eropa pada tahun yang sama adalah trofi Eropa terakhir yang didapat klub itu.
Dalam dua dasawarsa terakhir, Ajax justru menjadi pengumpan pemain-pemain muda yang akan menjadi bintang bagi klub-klub elite Eropa.
Dalam sejarahnya, raksasa Spanyol, Barcelona adalah langganan pemain-pemain jebolan Ajax. Hampir setiap dasawarsa selalu ada jebolan Ajax dalam tubuh skuat inti Barcelona.
Johan Cruijff, Ronald Koeman, Patrick Kluivert, Ibrahimovic, hingga Luis Suarez mengisi posisi inti di klub Katalonia tersebut.
Terakhir adalah Andre Onana yang direkrut Barcelona dari Ajax.
Borussia Dortmund
Klub asal kota Dortmund ini sedang terpuruk di zona degradasi Bundesliga. Hingga pekan ke-17 klub yang dilatih Jurgen Klopp berada di peringkat peringkat ke-17, atau satu peringkat di atas juru kunci.
Performa yang mengejutkan jika mengingat performa Dortmund yang menjadi runner-up Bundesliga dalam dua tahun terakhir dan pemenang piala super Jerman.
Disinyalir buruknya performa Dortmund karena para skuat inti yang dipreteli tim-tim elite, terutama rival utama Bayern Munich. Robert Lewandowski dan Mario Gotze adalah mereka yang dibajak Munich dari Dortmund.
Beruntung, Dortmund masih bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim ini. Jadi, Der BVB itu masih mampu menunjukkan kapasitas sebagai bagian dari klub elite di dataran Eropa.
Arsenal
Siapa tak mengenal Arsene Wenger yang menjadi otak dibalik berjayanya para bintang-bintang sepak bola saat masih berada di Arsenal. Pria asal Perancis itu telah memoles puluhan pemain untuk jadi bintang dan memberi keuntungan berlipat ketika dijual ke klub lain.
Thierry Henry, Bacary Sagna, Cesc Fabregas, Ashley Cole, hingga Ian Wright adalah buah kejelian Wenger untuk mengangkat seorang bintang.
Selama hampir dua dekade melatih Arsenal, Wenger tak mampu menghadiahkan klub itu trofi mayor yang lebih banyak. Sejak 1996, Wenger berhasil membawa Arsenal tiga kali menjuarai Liga Inggris (1997/98, 2001/02, dan 2003/04), lima kali juara Piala FA (1997/98, 2001/02, 2002/03, 2004/05, dan 2013/14), serta lima kali Community Shield (1998, 1999, 2002, 2004, dan 2014).
Di dataran Eropa, Wenger tak mampu membuat Arsenal lebih menyalak. Klub asal kota London itu hanya sekali menembus final Liga Champions. Pada musim 2005/06. Pada laga final yang berlangsung di Perancis itu, Wenger dan anak asuhnya dikalahkan Barcelona 1-2.
Parma
Parma adalah salah satu klub yang menghasilkan pemain-pemain muda berkualitas di tanah Italia. Kiper utama Juventus dan tim nasional Italia saat ini, Gianluigi Buffon, adalah salah satu jebolan terbaik dari tim muda Parma.
Pria yang memulai debut pada 1995 itu hijrah ke Juventus pada 2001 dan setia bersama klub asal kota Turin itu hingga saat ini. Prestasi terbaik Parma terjadi pada dasawarsa 1990an. Walaupun hanya di kasta kedua kompetisi Eropa, nama Parma harum di benua biru.
Saat itu Parma berhasil memenangi Piala UEFA (1994/95 dan 1998/99), Piala Super Eropa (1993), dan Piala Winner (1992/93).
Jebolan Parma pada dasawarsa 1990an itu pun menjadi pemain-pemain bintang kelas dunia. Marilah kita sebut Fabio Cannavaro yang menjadi pemain terbaik dunia, Hernan Crespo, Buffon, Lilian Thuram, Juan Sebastian Veron, dan Gianfranco Zola. Kemudian ada pula Hidetoshi Nakata dan Ariel Ortega.
Pada dasawarsa 2000an ada kiper Perancis, Sebastian Frey yang bermain di sana selama empat musim. Kemudian ada Marco DiVaio, Adrian Mutu, Adriano, Alberto Gilardino. Pada dasawarsa ini adalah Fabio Borini, Sebastian Giovinco, dan Blerim Dzemaili.
Musim ini pemain yang paling menjadi incaran klub elite–setidaknya Italia–dari Parma adalah pemuda berusia 18 tahun, Jose Mauri. Gelandang sentral itu telah bermain selama 16 kali untuk Parma musim ini.
(kid/kid)
Sumber: CNN.com

Teks foto: Patrick Kluivert (kanan) adalah salah satu bintang jebolan Ajax yang menjadi bintang di Barcelona. (Allsport UK /Allsport)

Leave A Reply

Your email address will not be published.