SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM- Pemilihan Walikota (Pilwali) Samarinda semakin memunculkan berbagai spekulasi terutama isu perpecahan dua pasangan petahana Walikota dan Wakil Walikota Samarinda saat ini Syaharie Jaang-Nusyirwan Ismail. Khususnya lagi Nusyirwan, disebutkan bakal kalah bersaing untuk memperebutkan dukungan Partai Golkar, kini berkembang isu jika Nusyirwan bakal diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Nusyirwan berpaket ketua DPC PDIP Samarinda Siswadi.
Populeritas dan elektabilatas Nusyirwan diyakini akan mampu bersaing dengan Jaang yang bisa dikatakan saat ini sudah memenuhi syarat dukungan partai politik (Parpol) jika dilakukan tahapan pendaftaran calon. Ditambah lagi suara dari Siswadi yang kini juga menjabat Wakil Ketua DPRD Samarinda, maka pasangan ini bisa membuat pasangan-pasangan calon lain terutama Jaang ketar-ketir.
Menurut sumber di internal PDIP Samarinda, kini pembicaraan untuk memaketkan dua calon itu sedang terus dibicarakan. PDIP memang saat ini sedang mencari figur yang tepat dan layak untuk bersaing “melawan” Jaang yang hampir dipastikan menggunakan perahu Demokrat, PAN dan Golkar. PDIP sendiri yang kini mendudukkan kadernya sebanyak 8 orang di DPRD Samarinda, berdasarkan aturannya, masih kurang 1 kursi lagi untuk mencukupi persyaratan minimal 20 persen untuk mengusung paket pasangan calon.
“Kami sudah mengotak-atik Nusyirwan-Siswadi ini akan sangat cocok untuk kita paketkan. Dan kami yakin akan menang karena keduanya memiliki tingkat populeritas dan figur yang berbeda satu sama lain,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya itu.
Dikonfirmasikan hal itu ke Siswadi, mantan ketua DPRD Samarinda periode 2009-2014 ini tak menjawab iya dan tak juga menjabat tidak. Menurutnya, PDIP kini sedang melakukan penjaringan. Siapapun yang terpilih dan akan diusung PDIP, itu yang menentukannya adalah mekanisme Partai dan restu dari DPP.
“Kita lihat nanti lah. Ini kan kita masih proses penjaringan. Saya tidak mau mendahului keputusan partai, itu tidak boleh. Yang jelas segala kemungkinan bisa saja terjadi, ini politik yang tiap saat akan berubah-rubah alias tidak ada yang bersifat absolut keputusannya,” ujar Siswadi. #mkd
Teks Foto: