NUNUKAN, BERITAKALTIM.com- Untuk mendapatkan 5 liter minyak tanah, warga Nunukan harus mengantri hingga beberapa jam. Salah satu warga Pelabuhan Baru Nunukan bernama Wati bahkan mengaku terpaksa menginapkan jerigennya di tempat pengecer minyak tanah.
“Terpaksa diinapin di sini jerigennya. Kalau tidak ya nggal dapat. Harganya 5.000. Katanya ini minyak tanah kiriman terakhir untuk Nunukan,” ujarnya di sela antrian, Sabtu (07/02/2015).
Antrian panjang juga terlihat di rumah H Calu yang melayani pembelian minyak tanah secara eceran. Sejak dua hari pasca datangnya pasokan minyak tanah terakhir untuk Nunukan, ratusan warga mengantri dari siang hari. Jerigen yang disusun mengular menunggu dilayani.
Salah satu warga pedagang pentol dan cireng, Mina, mengaku belum ada persiapan berganti menggunakan LPG pasca hilangnya minyak tanah di Nunukan. ”Mau pakai LPG harus beli lagi peralatannya. Kita harap sih minyak tanah masih ada. Tapi mau gimana lagi, gak tahulah Mas,” ujarnya.
Pertamina Kamis (07/03/2015) telah menyalurkan 85 ton minyak tanah sebagai kiriman terakhir jatah minyak tanah untuk warga Nunukan dan Sebatik. Kehadiran LPG 3 kilogram akan menggantikan kebutuhan minyak tanah warga ke depan. Sementara untuk warga Nunukan daratan masih akan mendapatkan suplai minyak tanah terutama di dapil 3 dengan penyaluran melalui Kabupaten Malinau.
“Yang datang 85 ton, ini memang jatah minyak tanah terakhir untuk Nunukan dan Sebatik, Untuk dapil 3 masih menerima penyalurannya melalaui Malinau,” ujar Hanafiah.
Sejak tanggal 3 Maret, Pertamina telah melakukan program konversi minyak tanah ke LPG. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Hanafiah mengaku Pertamina telah menyiapkan lebih dari 3000 Ton gas LPG ukuran 3 kg.
Untuk mendapatkan harga perdana, warga Nunukan harus membayar 170 ribu rupiah. Sementara untuk melakukan isi ulang warga Nunukan harus membayar Rp16.500. “Untuk perdananya itu 170 ribu sementara untuk isi ulangnya harganya 16.500. Ini merupakan gas yang masih disubsidi,” ujar Hanfiah. #dim