BeritaKaltim.Co

Pak Gubernur, Mampukah?

baru 369 (1)aDiusia 67 tahun, Awang Faroek Ishak tak sekuat saat ia menjadi Ketua KNPI Kaltim sekitar 30 tahun silam. Ia juga tak lagi cekatan semasa menjadi dosen di Universitas Mulawarman Samarinda maupun menjadi anggota DPR RI di Senayan.

Tubuh yang tegap dan besar itu mulai mengurus. Awang Faroek Ishak sejak pertengahan bulan Oktober 2014 lalu harus duduk di kursi roda. Dokter menyarankan pria kelahiran Tenggarong Kukar 31 Juli 1948 itu istirahat total.

Kaki dan tangannya tidak banyak lagi bisa digerakkan. Bahkan tangan kirinya terlihat kaku. Hanya semangatnya yang masih seperti dulu. Di mimbar, di forum-forum, rapat-rapat dengan stafnya, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak masih bersuara lantang.

Drop-nya kesehatan Awang Faroek Ishak hampir berbarengan dengan dilantiknya Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla pada 19 Oktober 2014. Masyarakat Kalimantan Timur yang sempat terpecah secara politik dalam pemilihan Presiden RI ke-7 itu menyaksikan dengan jelas Awang Faroek Ishak tak berada di kubu Jokowi – JK. Bahkan, pria bergelar Awang Ngebei Setia Negara itu menjadi ketua tim sukses pemenangan pasangan Capres Prabowo Subianto – Hatta Rajasa di Kaltim.

Peralihan kekuasaan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Jokowi – panggilan akrab Presiden Joko Widodo, membawa konsekuensi pada jalannya pemerintahan di daerah. Termasuk Kalimantan Timur. Para gubernur, wali kota dan bupati menanti apa yang menjadi prioritas program pemerintah baru. Sebab, sudah jadi rahasia umum, ganti Presiden maka pasti ganti pula prioritas kebijakannya.

Kekuatiran itu benar-benar terjadi. Sejumlah program yang digadang-gadang Awang Faroek Ishak selama ia menjadi Gubernur Kaltim periode pertama 2008-2013, terancam kandas. Proyek jalan tol, pelabuhan internasional Maloy, tak mendapat slot APBN. Dibicarakan pun tidak, apalagi dianggarkan.

Tidak hanya itu, ‘jualan’ Awang Faroek lainnya seperti MP3EI (Masterplant Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang dihembuskan akan membuka kebuntuan transportasi darat antar provinsi di Kalimantan, dikutak-katik untuk mentah kembali.

Padahal, untuk proyek jalan tol saja, APBD Kaltim sudah digelontorkan Rp2 triliun. Maksudnya untuk memancing anggaran pemerintah pusat, tapi ternyata peralihan kekuasaan membuat bubar rencana besar Awang Faroek Ishak.

Bibit-bibit kekecewaan Awang Faroek terhadap pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla ini diduga memuncak sejak sejumlah anggaran kegiatan proyek andalan di Kaltim tidak digubris APBN. Maklum saja, Awang Faroek sejak awal menjabat gubernur sudah ngebet ingin mengukir nama sebagai gubernur yang membangun jalan tol di Kaltim. Termasuk juga sebagai Gubernur Kaltim yang membangun pelabuhan internasional di Maloy Kutai Timur. Sekedar memberi gambaran, proyek pelabuhan Maloy sudah digagas Awang Faroek Ishak sejak dia menjadi Bupati Kutai Timur.

Proyek ‘mercusuar’ gagal, sama saja Awang Faroek Ishak menorehkan prestasi ‘gagal’ pula dalam memimpin provinsi yang kaya sumber daya alam itu. Ia akan dicap sebagai gubernur pembual. Padahal, masa jabatan dirinya sebagai gubernur kedua kali masih ada empat tahun.

Itu sebabnya berkembang analisa, munculnya tuntutan otonomi khusus untuk Kaltim berangkat dari kecemasan Awang Faroek Ishak bahwa program yang digagasnya bakal gagal semua. Dia meniupkan permintaan otonomi khusus kepada pemerintah pusat, sekaligus mengibarkan perlawanan.

Sekali jalan, ia ingin dapat tiga opini sekaligus. Pertama ingin mendapat perhatian pemerintah pusat, kedua ingin mendapat pengakuan rakyat Kaltim sebagai gubernur yang berani melawan pusat. Ketiga, kegagalan proyek besar yang digagasnya karena kesalahan pemerintah pusat yang menghambat idenya membangun Kaltim.

“Saya yang memimpin langsung ke DPR RI,” ucap Faroek dari kursi rodanya saat di Gedung DPRD Kaltim, Karang Paci Samarinda, saat perayaan HUT Kaltim.

Semangat heroik masih menyala. Tapi publik bertanya-tanya, dengan kondisi kesehatan yang seperti sekarang; mampukah? #Edisi 369/bongkar

Leave A Reply

Your email address will not be published.