SURABAYA, BERITAKALTIM.com- Salah satu impian dari Pemprov Kaltara adalah mewujudkan Kota-kota di Kaltara menjadi Kota Hijau. Yaitu kota yang ramah lingkungan.
Selain itu, kota harus mampu dalam hal pengefektifan dan mengefisiensikan sumberdaya air dan energi, kota yang mampu mengurangi limbah, kota yang dapat menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan.
Sesuai amanat UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan, jumlah RTH (Ruang Terbuka Hijau) di setiap kota harus sebesar 30 persen dari luas kota tersebut, 20 persen di antaranya adalah RTH publik dan 10 persen RTH privat
Salah satu upaya mewujudkan hal itu Pokja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) se-Kaltara belajar ke Surabaya. Melalui Diklat Peningkatan Kapasitas Pokja BKPRD yang diadakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, para aparat penataan ruang ini belajar langsung dari ibu Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Surabaya dikenal dengan kota yang pembangunannya mengedepankan faktor ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari landscape kota di mana sejauh mata memandang selalu ada taman maupun ruang terbuka hijau (RTH).
Dalam kesempatan tersebut Rismaharini menyampaikan bahwa Taman kota yang dibangun pemkot tidak dikerjakan secara asal-asalan. Masing-masing taman mempunyai tema dan didesain sedemikian rupa sehingga mampu menarik minat warga menghabiskan waktu di taman tersebut.
Di setiap titik strategis seluruh wilayah kota itu dibangun pula taman-taman lengkap dengan akses WiFi gratis, pedestrian, jalur sepeda, lapangan olahraga, bahkan beberapa taman kota memiliki perpustakaan.
Tak heran saat ini Surabaya mampu menghasilkan ruang terbuka hijau (RTH) sebanyak 22,26 persen. Hampir di setiap kawasan di Surabaya dibangun taman. Taman yang dibangunpun memiliki tema berbeda-beda . Sentra PKL dibuat di sekitar taman agar PKL tidak sembarangan berjualan di dalam area taman, pungkasnya.
“Saya beranggapan taman merupakan tempat berkumpulnya warga. Disana ada yang kaya, miskin, tua, muda dan sebagainya. Pasti di tamanlah mereka akan bersosilisasi,”
Dalam kesempatan tersebut Rismaharini menyampaikan bahwa Perencanaan tata ruang kota ke depan oleh stakeholder maupun seluruh komponen masyarakat, harus mengedepankan kondisi obyektif dan kearifan lokal yang ada di daerah karena setiap daerah memiliki karakter tersendiri.
“Masa depan bukanlah terjadi karena kebetulan, melainkan karena keputusan. Tindakan yang kita ambil hari ini akan menentukan apa yang akan terjadi di kemudian hari,” ujar Risma.
Dalam kesempatan tersebut dilaksanakan pula kunjungan lapangan ke beberapa Taman Kota aktif di Surabaya, diantaranya adalah Taman Bungkul, Taman Ekspresi, Taman Lansia dan Taman Flora. #adver/humas
Teks foto: Di depan Taman Bungkul Surabaya