BONTANG, BERITAKALTIM.com – Tindakan ini tak patut ditiru guru manapun. Hanya karena ribut, seluruh mulut murid kelas 2 B sekolah dasar negeri 004 Bontang Barat, dilakban.
Ironisnya, pelaku tak lain adalah sang wali kelas, Nurfajriani. “Iya, dilakban semua. Waktu itu ribut,” tutur Risal, murid kelas 2 B SDN 004 Bontang Barat yang menjadi salah satu korban Nurfajriani.
Kepada BERITAKALTIM.com, Risal sempat mempraktikkan tindakan Nurfajriani ketika melakban mulutnya. Pun, ketika Risal membuka lakban itu dari mulutnya. “Pas dilepas (lakbannya, Red.) sakit,” ujar Risal.
Pengakuan Risal ternyata diamini murid lainnya. Maka tidak heran, hukuman ala Nurfajriani ini menuai protes.
Kepada BERITAKALTIM.com, salah satu orangtua murid yang enggan disebutkan namanya, menyebut jika selama ini hukuman tak lazin sering didapat anaknya di SDN 004 Bontang Barat.
Contohnya seperti hukuman menjewer telinga. Nah, jeweran itu sendiri dilakukan murid lain kepada murid yang dianggap bersalah atas suruhan oknum guru di SDN 004 Bontang Barat. “Anak saya jadi takut. Kalau ada yang mendekat, dia takut dijewer karena kupingnya sakit,” akunya.
Sementara itu, saat dikonfrontir, Nurfajriani tidak membantah tindakan yang dilakukannya kepada murid kelas 2 B SDN 004 Bontang Barat. “Iya saya akui, saya melakban semua mulut anak-anak waktu itu. Tapi itu semua karena sudah ada perjanjian dengan anak-anak. Perjanjiannya kalau melanggar aturan dilakban mulutnya. Nah waktu itu ribut semua, jadi dilakban semua,” sebut Nurfajriani.
Nur mengaku, jika murid kelas 2 B yang diajarnya itu paling ribut di sekolah SDN 004 ini. “Kelas 2 B ini paling ribut,” tegas Nurfajriani.
Disamping itu, Nurfajriani mengaku, tindakannya memberi hukuman acapkali mendapat protes dari para orangtua murid. Bahkan, karena tindak kekerasan itu, Nurfajriani pernah didemo oleh orangtua murid SDN 004 Bontang Barat. “Saya jera dan tidak akan melakukan itu lagi,” tutur Nurfajriani.
Sekadar diketahui, Nurfajriani baru dua tahun mengajar di SDN 004 Bontang Barat. Sebelumnya, Nurfajriani mengajar di SDN 005 Sangatta Selatan.
Sementara itu, saat dikonfirmasi BERITAKALTIM.com, Kepala SDN 004 Bontang Barat, Asmuni, membenarkan kejadian yang dilakukan Nurfajriani kepada murid kelas 2 B. Namun, Asmuni menyatakan, penyelesaian masalah antara Nurfajriani dan orangtua murid sudah dimediasi.
“Masalahnya sudah clear, sudah dimediasi oleh guru dan saya. Lagipula masalah ini sudah lama, kok baru muncul sekarang?” ujar Asmuni dengan nada tinggi.
Bagi Asmuni, permintaan orangtua murid saat itu agar Nurfajriani dipindah tugaskan. Namun, Asmuni mengungkapkan, itu bukan wewenangnya melainkan domain Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang.
“Tiga kali direspon kejadian ini dan sudah selesai. Sanksi tidak diberikan secara tertulis, tapi lisan saja agar ke depan tidak memberikan kelakuan seperti itu. Sudah clear, enggak ada masalah lagi,” tandas Asmuni.
Mengenai tindakan yang dilakukan Nurfajriani, Disdik berencana akan memberikan peringatan. Tindakan lain yang dilakukan adalah memanggil kepala SDN 004 Bontang Barat Asmuni dan wali kelas 2 B SDN 004 Bontang Barat Nurfajriani yang menjadi pelaku kekerasan ini. “Yang jelas saya melarang keras kekerasan di sekolah, dan sebaiknya seorang guru wajib menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan menyenangkan untuk para muridnya. Untuk kasus ini kami akan memanggil kepala sekolah yang bersangkutan,” jelas Kepala Disdik Bontang, Dasuki.
Dasuki menerangkan, jika hukuman melakban mulut seharusnya tidak dilakukan oleh Nurfajriani. “Mereka itu masih kecil jadi masih tumbuh kembang sosial emosional. Nah jika ada guru yang mengajarkan kekerasan, jelas akan tertanam di jiwa anak itu. Seperti menjewer dan melakban itu,” beber Dasuki.
Senakal apapun murid, apalagi yang usianya masih di kelas 2 SD, sosial emosional mereka masih labil. Perlu ada contoh yang pembelajaran yang baik,” imbuh Dasuki.
Harusnya, papar Dasuki, ada cara-cara pendekatan yang lebih baik kepada para murid dibanding harus menghukum dengan cara menjewer dan melakban mulut. “Semestinya yang dilakukan guru memanggil orangtuanya. Tanya baik-baik. Seperti apa sih kebiasaan yang dilakukan di rumah? Mestinya guru dan pihak sekolah harus melibatkan orangtua sesering mungkin,” tukas Dasuki. #fs