BONTANG, BERITAKALTIM.com- Bisnis batu akik tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Tak percaya? Tengok saja di Stadion Bessai Berinta atau akrab dikenal dengan nama Lang-Lang. Nyaris di semua sudut, kini hadir penjual gemstone itu saat sore hari.
Nah, menariknya, rata-rata mereka menggunakan mobil pickup sebagai tempat berjualan. Di tempat itu, pelbagai batu akik ditawarkan. Baik rupa maupun warna. Harganya, sudah pasti berbeda-beda. Tergantung jenis dan ukurannya.
Abdullah contohnya. Pria yang tinggal di Kelurahan Berbas Pantai, Kecamatan Bontang Selatan ini, adalah satu dari sekian banyak penjual batu akik di sana. Untuk melengkapi koleksi yang dijualnya, Abdullah harus mencari hingga ke pedalaman Kaltim.
Beberapa waktu lalu, Abdullah bahkan harus menempuh perjalanan sekira 7 jam menuju Ulu Mahakam untuk mendapatkan beberapa jenis batu akik. Ongkos untuk menempuh perjanan itu, diakui Abdullah tidak murah. Saban dua minggu sekali, ia harus merogoh kocek sebesar Rp 3 juta.
Di sana, bongkahan batu akik yang diambil tidak sedikit. Sekali angkut, tujuh karung dibawa Abdullah ke Kota Taman untuk kemudian diproses sebelum menjadi cincin laik pakai.
“Tempatnya jauh, namanya Sungai Babi,” kata Abdullah. Namun, semua upayanya dianggap berbuah manis. Omzet per hari rata-rata mencapai Rp 5 juta. Sebelumnya, satu cincin batu akik dijual Rp 100 ribu.
Namun kini harganya diobral menjadi Rp 30 ribu. “Kalau dihitung, ongkos ke sana tertutupi pokoknya,” ujar Abdullah. Untuk menarik perhatian calon pembeli, Abdullah memang tak hanya menjual batu akik. Di pickup itu, barang-barang lain juga dijual. Seperti cincin zaman dulu.
Bagi Abdullah, bisnis ini sudah dilakoni dari turun-temurun. “Mulai dari kakek-nenek saya sejak tahun 85. Saya hanya melanjutkan saja,” ungkap Abdullah.
#fs