Sabtu itu (24/4) sebelum tengah hari di Nepal, sepotong lempengan di bawah permukaan Bumi bergeser. Akibatnya, pergeseran itu melepaskan gelombang kejut ke atas yang ledakannya seperti 20 senjata termonuklir dan ‘merobek’ Lembah Kathmandu.
Dalam ilmu Geologi, gempa berkekuatan 7,9 skala ritcher yang menghancurkan Nepal itu dan terburuk dalam 81 tahun terakhir seperti jam berputar. Gempa terdahsyat di kawasan itu terakhir terjadi pada tahun 1934.Menurut laporan Nepal National Society for Earthquake Technology. Sebetulnya bisa diprediksi beberapa waktu sebelumnya. Sebab, kawasan di Indus-Yarlung dikenal sebagai zona jahit yang mengalami gempa 8 skala ritcher setiap 75 tahun sekali.
Alasannya adalah gerakan teratur dari garis patahan yang membentang sepanjang perbatasan di Nepal bagian selatan, dimana lempengan di India bertabrakan dengan lempeng Eurasia antara 40 juta sampai 50 juta tahun yang lalu.
“Tabrakan antara lempengan di India dan Eurasia adalah sebuah karya untuk geologi. Sebab lempengan India itu mendorong jalan ke arah utara menuju Asia sekitar lima sentimeter per tahun. Secara geologis itu bergerak sangat cepat,” ujar ahli Geofisika di University of Hong Kong, Lung S.Chan.
Karena terus bergerak, sehingga lempengan ini menimbulkan gesekan hingga membangun energi seperti ‘kerak’ yang terpecah, kata Dr Chan, yang juga membandingkan gempa ini seperti ledakan senjata termonuklir.
Menurut dia, Nepal memang rawan gempa bumi, bukan hanya karena kekuataan besar yang terjadi karena tabrakan tektonik, namun juga jenis garis patahan di negara tersebut.
Peristiwa normal, ketika terjadi gesekan akan menciptakan ruang yang normal ketika ada retakan tanah, sementara di Nepal salah satu kekuataan lempeng tektonik itu justru berdiri di atas yang lain dan termasuk yang paling besar.
Hal yang paling terlihat dari imbas ini adalah Pegunungan Himalaya. Gesekan lempengan yang konstan antara India dan Eurasia mendorong hingga ketinggian puncak sekitar satu sentimeter setiap tahun.
“Dalam kasus gempa lalu, gesekan ini bergerak sekitar dua meter,” jelas Hongfeng Yang, ahli gempa di China University of Hong Kong.
Meskipun keteraturan tampak dari gempa bumi yang parah di Nepal, tidak mungkin untuk memprediksi kapan satu sama lain akan terjadi. Namun, catatan sejarah dan pengukuran modern pergerakan lempeng tektonik menunjukkan bahwa jika tekanan membangun di wilayah tersebut dengan cara yang umumnya konsisten dan homogen,
Sehingga, daerah tersebut bisa diprediksi akan terjadi gempa parah setiap empat sampai lima dekade, kata Dr. Yang.
(tyo/tyo)
Sumber: CNN.com
Teks foto: Gempa 7.9 Skala Richter terjadi di Nepal akhir pekan lalu (REUTERS/Stringer)
Trending
- Kapolres Purwakarta sebut sempat kesulitan evakuasi korban kecelakaan
- Polda Jabar sebut 19 kendaraan terlibat kecelakaan di Tol Cipularang
- Kecelakaan KM 92 Cipularang, Kapolda: 17 kendaraan terlibat dan 1 tewas
- Kejati Kaltim geledah kantor pemerintah untuk cari bukti korupsi
- KPK Sebut Inisial AFI Sebagai Tersangka Dugaan Korupsi di Kaltim
- BMKG catat 19 kali gempa susulan di Berau Kalimantan Timur
- Unjuk Rasa di Depan Kantor DPRD Kaltim Sempat Memanas, Massa Enggan Bubar Sampai Malam
- Pj Gubernur Kaltim Naik Heli Tinjau Banjir Mahulu, Pastikan Infrastruktur Masyarakat
- Banjir Mahakam Ulu, Pemkab Tetapkan Status Tanggap Darurat
- Bantuan Korban Banjir Mahakam Ulu Masih Tertahan di Kutai Barat