SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM- “Monster” pembunuh 4 anak kandung bernama Sadriansyah, di Kantor Polsek Sungai Kunjang Samarinda sesenggukan menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Bagaimana ia tega memperkosa anak kandung yang berusia 14 tahun, sampai menghabisi anak-anaknya antara tahun 1997 sampai 2008.
Dalam wawancara dengan wartawan beritakaltim.com tersangka yang beralamat di Jalan Padat Karya RT 83 Kelurahan Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda mengaku tidak mengetahui mengapa dirinya sampai membunuh dan memperkosa darah dagingnya sendiri. Semua terjadi begitu saja.
Lelaki yang bekerja sebagai buruh bangunan ini menghabisi empat anak kandungnya sendiri yang masih bayi. Perlakuan keji itu berturut-turut dilakukan antara tahun 1997 hingga 2008 di tempat terpisah.
Aksi pembunuhan pertama dilakukan tahun 1997 dengan korban Santi Purwasih, bayi perempuannya yang masih berusia dua bulan. Aksi tersebut berlanjut ke pembunuhan anak berikutnya yang diberi nama Saparuddin, juga berusia 2 bulan. Begitu pula ketika lahir Marhat yang juga berusia 2 bulan dibunuh secara keji.
Ketiganya dibunuh dengan cara dibekap. Sedangkan korban terakhir bernama Syahrul, menurut cerita Sadriansyah dihabisi tersangka dengan cara dicelupkan ke dalam drum berisi air sebelum akhirnya dicekoki minyak goreng bekas hingga akhirnya meregang nyawa.
Tersangka Sadriansyah kemudian mengisahkan bagaimana perjalanan hidupnya. Kisah masa kecil Sadriansyah yang selalu diperlakukan kasar oleh kakak-kakaknya sepeninggal kedua orang tuanya. Tersangka yang saat itu tidak lagi memiliki orang tua hidup di antara kakak-kakaknya. Ketika hidup bersama dengan kakak-kakaknya itu tersangka mengaku kerap mendapat perlakuan kasar, kadang diancam akan dibunuh jika rewel dan tidak menurut.
“Saya ini anak yatim piatu dan selalu diancam akan dibunuh kakak-kakak saya jika saya rewel, akibat pengalaman itulah begitu melihat bayi rewel saya langsung panik dan membekapnya. Tujuannya bukan untuk membunuh tapi untuk menghilangkan tangisan bayi itu,” aku Sadriansyah sembari terisak.
Sadriansyah mengakui saat-saat bayi perempuannya dibunuh, lantaran bayi berumur dua bulan tersebut selalu nangis dan rewel. Saat itulah bayi malang itu langsung dibekap hingga akhirnya menemui ajal. Demikian pula kejadian kedua dan ketiga selalu di bekapnya hingga kehabisan nafas.
Sementara bayi ke empat yang dibunuhnya ini tidak dibekap akan tetapi diceburkan ke dalam drum berisi air.
Tersangka juga mengaku semua perbuatannya itu dilakukan di depan isterinya. Namun sang isteri tidak berani berbuat banyak lantaran sering diancam akan dibunuh jika mengadukan perbuatannya.
“Semua saya lakukan di depan isteri saya dan dia tidak berani melapor karena saya ancam akan saya bunuh jika melapor,” tambahnya.
Sementara itu, terkait peristiwa pemerkosaan yang dilakukannya, tersangka mengaku tidak mengetahui alasannya. Dirinya langsung saja melakukan saat punya keinginan untuk melampiaskan nafsu syahwatnya.
“Saya tidak tau kenapa saya sampai memperkosa anak saya, seingat saya, saya langsung aja memperdaya dia jika punya keinginan,” akunya polos.
Kepada polisi korban mengaku diperkosa bapaknya sejak masih duduk di bangku kelas 2 SMP pertengahan tahun 2014 hingga April 2015.
Kapolsekta Sungai Kunjang Kompol Siswantoro menilai perbuatan ini tergolong sadis dan kejam. Meski begitu, pihaknya tetap melakukan upaya praduga tak bersalah. Tersangka yang kini dititipkan di Sel Tahanan Polresta tetap diberikan hak sebagai tersangka. Bahkan pihaknya juga berencana untuk membawa tersangka ke psikiater guna mengetahui kondisi kejiawaan tersangka.
“Bagaimanapun kita harus mengikuti prosedur, tersangka kita periksa dan kita berikan haknya, bahkan kami pun berencana untuk membawa tersangka ke psikiater guna mengetahui kondisi kejiwaannya,” terang Kompol Siswantoro.
Saat ini, tersangka dikenakan pasal berlapis tentang perlindungan anak dan pasal pembunuhan serta pemerkosanaan dengan ancaman maksimal hukuman seumur hidup. #Ahz