BeritaKaltim.Co

30 Siswa Bontang Putus Sekolah

bontang anak putus sekolahBONTANG, BERITAKALTIM.com – Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang melansir catatan serius. Pada tahun ajaran 2013/2014 lalu, 30 siswa di Kota Taman putus sekolah. Fakta ini pula menyebut, mayoritas mereka yang berhenti melanjutkan pendidikan berasal dari perbatasan. Yakni wilayah di antara Bontang-Sangatta, Kutai Timur (Kutim) dan Bontang-Kutai Kartanegara (Kukar).

Menurut Muhammad Arfa, staf Pengelola Data Elektronik (PDE) Disdik Bontang, penyebab angka putus sekolah ini diduga karena kurang sadarnya para orangtua untuk mengutamakan pendidikan terhadap anaknya.

Nah, fakta lain yang terungkap adalah, 30 siswa yang putus sekolah itu diketahui sering tidak masuk tanpa keterangan.

Karena ketidakhadiran mereka berjalan dalam rentang waktu yang lama, pihak sekolah lantas menganggap para siswa ini telah mengundurkan diri.

“Tapi saya tidak tahu, apakah setelah dianggap putus sekolah, mereka justru melanjutkan pendidikan di sekolah asal atau tidak,” tuturnya.

Arfa menjelaskan, data yang dirangkum Disdik itu merupakan hasil laporan setiap sekolah yang masuk wilayah Bontang. Setiap tahun, data anyar jumlah siswa
dalam satu sekolah dilaporkan ke Disdik.

Kendati begitu, Arfa menganggap laporan tersebut belum valid. Sebab data yang disampaikan hanya berupa angka.

Makanya, saat ini, Disdik fokus membenahi sistem pelaporan jumlah siswa di semua sekolah. Bila ada siswa yang tidak lagi melanjutkan pendidikannya, maka
pihak sekolahw ajib melampirkan identitas diri siswa bersangkutan sebagai data base Disdik.

“Kalau begitu, kami juga bisa menelusuri keberadaan siswa bersangkutan dan mengetahui alasan mereka putus sekolah,” tandasnya.
Terpisah, kata Kepala Disdik Bontang, Dasuki, angka siswa putus sekolah di Bontang masih kecil.

Tahun lalu, urai Dasuki, jumlah murid SD/MI di Bontang sebanyak 20.425 orang, siswa SMP/MTs ada 8.957 orang, sementara SMA/SMK/MA sebanyak 7.693 orang.

Meski tak merujuk data pasti, Dasuki menyebut hanya ada beberapa siswa yang putus sekolah dari jenjang SD dan SMA.

Makanya, Dasuki menganggap, Bontang sukses menekan angka anak putus sekolah. “Angka putus sekolah masih kecil, cuma 0,0 persen,” jelasnya.

Dasuki tak menampik, siswa yang putus sekolah itu banyak ditemukan di wilayah perbatasan Bontang dengan dua kabupaten di Kaltim tersebut.
Bagi Dasuki, faktor masalah siswa putus sekolah di perbatas beragam. Mulai dari kurangnya motivasi, dan sikap orangtua yang kurang menyokong anaknya menempuh pendidikan formal.

Selain itu, tambah Dasuki, siswa yang putus sekolah di sana banyak menganggap bekerja lebih penting dibanding menghabskan waktu di bangku sekolah.

“Kalau di daerah perbatasan itu di laut, makan mereka memilih berjualan ikan dan menjadi nelayan agar mendapatkan uang. Makanya motivasi bagi diri sendiri
menjadi surut,” ulasnya.

Sementara itu, Dasuki mebeberkan, siswa yang putus sekolah tanpa alasan pasti kesulitan untuk melanjutkan pendidikan. Sebab, setiap siswa memiliki nomor
induk siswa nasional atau NISN sejak awal bersekolah. “NISN itu penting untuk sekolah. Kalaupun ada sekolah yang menerima biasanya hanay pesantren yang tidak menerapkan sistem NISN,” tukasnya. #fs

Leave A Reply

Your email address will not be published.