
JAKARTA, BERITAKALTIM.com- Penjabat Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) diwakili Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kaltara Syaiful Herman, menghadiri Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang diadakan oleh Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Koordinator bidang Perekonomian di Hotel Sahid Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) meresmikan sekaligus memimpin Rakor TPID. Hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, serta Gubernur BI Agus Martowardojo dan seluruh Gubernur dan Bupati Kabupaten Kota seluruh Indonesia.
Syaiful mengatakan, Presiden Jokowi menegaskan untuk pentingnya menjaga inflasi pada titik rendah dan stabil. Menurutnya, Presiden menginginkan semua daerah menyadari dan mewujudkan target inflasi yang dipatok di angka 4 persen higga 1 persen sampai dengan 2017.
“Akan kita usahakan dan diupayakan kebijakan pemerintah, semoga nantinya target itu bisa kita capai di Kaltara,” kata Syaiful.
Diakui oleh Presiden Jokowi, lanjut Syaiful, Indonesia memang inflasinya masih cukup tinggi di antara negara Asean. Dibanding Tahun 2014 ada 8,3, Malaysia hanya 0 koma, di bawah 1.
Kemudian Filipina masih di bawah 5, hampir keseluruhan di bawah 5. Indonesia masih di atas 5. Oleh sebab itu, Jokowi, menargetkan tahun ini inflasi Indonesia harus antara 4+1, 4-1.
“Untuk itu, Jokowi menyatakan untuk target inflasi Indonesia diharapkan dapat mengimbangi angka inflasi di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand. Ia berharap inflasi Indonesia juga dapat stabil di bawah lima persen,” sebut Syaiful.
Bahkan, Presiden juga meminta kepada daerah yang berkontribusi tinggi terhadap inflasi untuk berhati-hati mengenali calon penyumbang atau pendorong inflasi daerah tersebut. Namun diakui Presiden lanjut Syaiful, jika bobot terbesar penyebab inflasi masih berada pada komoditas-komoditas pangan, beras misalnya itu mempengaruhi hampir 4,02 persen.
Disebutkannya, daging ayam dan sapi memiliki pengaruh cukup besar, 1,1 persen. Bahkan, cabai dan bawang merah juga memberikan pengaruh. Akan sia-sia, pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen jika inflasinya mencapai 12 persen, sebab masyarakat tidak akan mampu membeli barang, dikarenakan barang-barang yang ada akan terasa mahal.
“Menurut Jokowi, kalau pertumbuhan ekonomi 5 persen, kemudian inflasi bisa ditekan di bawah 5, 4 artinya masyarakat akan menikmati sebuah perbedaan antara inflasi dan angka pertumbuhan itu, untuk itu kepada Kepala daerah agar ke depannya harus mengalokasikan anggaran untuk operasi pasar,” tutup Syaiful. #hmsprov
#hmsprov