BeritaKaltim.Co

Pariwisata Bontang Jadi Industri Menjanjikan Pasca Migas

Kawasan wisata andalan Bontang, Beras Basah.
Kawasan wisata andalan Bontang, Beras Basah.

BONTANG, BERITAKALTIM.com – Jika hanya mengandalkan sektor migas, Bontang dipastikan tak memiliki potensi yang bisa mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD). Namun, diakui Kota Taman memiliki destinasi yang potensial untuk menjadi kota pariwisata Sekalipun industri Bontang telah mati.

Hal itu jelas menjadi kabar gembira atas ancaman “kota mati” pascamigas yang menjadi momok warga Bontang. Namun demikian, potensi tersebut tak bisa sebatas mengandalkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bontang saja. Sebab, selain dukungan anggaran kegiatan, juga ada kejelasan status serta pemetaan perencanaan tentang pengembangan pariwisata Bontang.

Hal itu tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) Bontang yang hingga kini belum rampung.

“Kalau progres dan perencanaan sudah ada. Tapi untuk lebih efektif, dan detail potensi penggarapan destinasi itu, ada di realisasi Perda Rippda yang belum dirampungkan DPRD,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata Disbudpar, Jayadi Pulung.

Dijelaskan, dalam melaksanakan fungsinya, Bidang Pariwisata Bontang selalu mengacu pada empat aspek yang tertuang dalam Undang-undang (UU) Nomor 29 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Yang mana, UU tersebut menegaskan bahwa dalam pengembangan dunia pariwisata, terdiri atas kategori industri pariwisata, destinasi pariwisata, penguasaan, dan kelembagaan pariwisata.

Kata dia, empat aspek tersebut telah dimiliki Kota Taman. Bahkan lebih dari itu, pemilik 15 kelurahan ini memiliki keunggulan lain. Yakni destinasi pariwisata pendidikan. Sebab, diketahui, terdapat sejumlah sekolah unggulan yang kian mempermudah terwujudnya wacana tersebut.

“Namun untuk bisa mewujudkan itu semua, kita tidak bisa lepas dari bantuan perusahaan Bontang. Maka dari itu, selagi mereka ada, upaya percepatan itu dilakukan sejak dini,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan Bontang Kota Pariwisata, diakui Jayadi, tak bisa berdiri sendiri. Melainkan harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang laik. Baik dari segi transportasi, hingga sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

“Jadi yang harus ada itu transportasi. Baik bandara, pelabuhan hingga akses jalan darat yang laik.

Jangan seperti poros Bontang-Samarinda yang saat ini rusak parah. Karena itu sangat memengaruhi minat pengunjung,” akunya.

Saat ini, kata dia, setidaknya ada sejumlah destinasi pariwisata Bontang yang bias dikembangkan.

Seperti, taman mangrove Berbas Pantai, wacana pembangunan waduk Kanaan menjadi objek wisata, hingga rencana pembangunan hutan mangrove dari Tanjung Laut Indah hingga Bontang Kuala. Rencananya, akan menggunakan lahan sekitar 4,5 kilometer. “Itu untuk objek wisata buatan. Sementara untuk destinasi alami, yang menjadi kekayaan alam Bontang juga tidak kalah banyak dan potensial,” bebernya.

Dia menguraikan, salah satu kekayaan alam potensial Bontang yakni pulau Beras Basah yang saat ini masih dalam proses pengembangan. Namun selain itu, pemkot juga tengah melirik sejumlah destinasi seperti pulau Segajah, Tihi-Tihi hingga pulau lain yang dianggap tepat.

“Kalau tidak salah, pulau potensial yang bisa dijadikan objek wisata bahari ada 11. Selain itu, masih banyak yang bisa diolah. Tapi untuk detailnya penangannya, kami tunggu Perda Rippda rampung,” tuturnya. #fs

 

Comments are closed.