-Edisi 381 #bongkarmagazine
Pemerintahan telah berganti. Revolusi mental sudah disepakati, tapi ada yang tidak berubah dalam gaya politikus dari petahana untuk mempertahankan singgasananya. “Membeli” persepsi publik dengan APBD.
Kata petahana hanya muncul pada saat menjelang Pemilihan Umum. Yakni ketika Bupati, Wali Kota, Gubernur atau Presiden yang masih menjabat ingin maju bertarung kembali di Pemilu itu. Petahana dalam bahasa Inggris incumbent, berasal dari kata “tahana” yang artinya kedudukan, kebesaran atau kemuliaan.
Hari ini, para petahana mulai beraksi. Di Kalimantan Timur, dari 10 kabupaten dan kota, hanya 1 daerah yaitu Penajam Paser Utara yang tidak menyelenggarakan pemilihan bupati pada 9 Desember 2015. Sementara di Kalimantan Utara, dari 5 kabupaten / kota hanya Malinau dan Tarakan yang tidak menggelar hajatan politik lokal itu pada tahun ini.
Di Kaltim, dari 9 daerah yang bakal menggelar pemilihan setidaknya ada 6 petahana yang maju kembali. Mereka adalah Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, yang nampaknya berpisah dengan wakilnya Bambang Heru dan maju juga sebagai wali kota. Kemudian Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang dan wakilnya Nusyirwan Ismail, Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari dan Wali Kota Bontang Adi Darma.
Ada lagi di Kutai Timur, karena bupatinya sudah tidak maju lagi, maka para wakilnya yang mencalonkan diri menjadi orang nomor satu. Di Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman memastikan maju dan di Berau Ahmad Rifai.
Sedangkan di Kaltara, dari 3 kabupaten yang menggelar Pilkada tahun ini, semuanya diikuti oleh petahana, yakni Bupati Nunukan Basri, Bupati Tana Tidung Undunsyah dan Wakil Bupati Bulungan Liet Ingai.
Bagaimana umumnya gaya petahana melakukan aksi politiknya?
Bagi politikus, persepsi positif adalah ‘barang’ paling mahal. Karena dengan persepsi positif itulah ia akan meraih jabatan yang diinginkan. Nah, untuk mendapatkan persepsi positif segala cara dilakukan. Termasuk dengan mengarahkan anggaran negara (APBD). Ya, praktik ‘membeli’ persepsi positif sedang berlangsung di negeri ini.
Rata-rata petahana itu memainkan kegiatan dalam jabatannya yang menggunakan dana APBD untuk bersilaturahmi dengan masyarakat. Seperti ada perintah tidak tertulis, agar SKPD bahkan camat dan lurah-lurah menggelar pertemuan dengan masyarakat yang akan didatangi oleh sang petahana. Nanti di acara itu dikoordinaskan lagi apakah ada pemberian bantuan untuk kelompok-kelompok masyarakat.
Gaya lainnya, memanfaatkan halaman media cetak yang sudah dikontrak oleh pemerintahan di kabupaten atau kota itu. Ada yang besarannya satu halaman, ada juga yang setengah halaman. Di Koran-koran harian itu kemudian sang petahana melakukan review kegiatan pemerintahan yang dianggapnya berhasil.
Kebijakan yang berdampak buruk seperti pemberian izin pertambangan batu bara di kawasan pemukiman Samarinda dan kini telah menewaskan 10 anak yang jatuh ke lubang tambang, tentu tidak akan ada di halaman kontrak itu.
Ada lagi cara petahana untuk ‘membeli’ persepsi masyarakat bahwa dia orang yang berhasil semasa jabatannya. Misalnya, tiba-tiba muncul sejumlah penghargaan yang diberikan oleh pemerintah pusat bahkan dari lembaga-lembaga yang terdengar aneh di dunia internasional.
Ya, banyak cara petahana untuk menggapai kejayaannya kembali. Karena kekuasaannya menggunakan APBD dan bisa menciptakan persepsi positif masyarakat. #
===============================================================
Bertemu Lagi di Kuali Panas
Pasangan Syaharie Jaang – Nusyirwan Ismail menunjukkan gelagat rujuk kembali, setelah sebelumnya santer masing-masing mencalonkan diri sebagai Wali Kota Samarinda.
Politik itu dinamis. Pasangan Syaharie Jaang dan Nusyirwan Ismail menunjukkannya. Awalnya, setidaknya sejak pertengahan 2014 silam, tanda-tanda “perceraian” Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang dengan wakilnya Nusyirwan Ismail sudah terlihat. Keduanya bahkan sudah memasang baliho dan spanduk akan maju sebagai calon wali kota untuk periode 2015-2020.
Nusyirwan tak kalah agresif lagi. Sejumlah road show bertemu dengan masyarakat dilakukan tiada henti. Sama seperti Syaharie Jaang, nyaris tak ada hari yang terlewatkan untuk menemui warga. Keduanya ibarat terkena bius kata ‘blusukan’ dari Presiden Joko Widodo.
Warga mahfum. Umumnya menyadari ini efek dari menjelang Pemilukada. Rajin bertemu warga untuk meraih simpati dan tentu maksudnya adalah pilih dia pada Pilwali yang bakal digelar 9 Desember 2015.
Sebagai petahana, kesempatan bertemu warga tentu sangat besar. Datang ke masjid-masjid, acara-acara warga. Baik memenuhi undangan maupun membuat acara sendiri.
Semakin banyak organisasi yang dikunjungi, maka semakin membuka peluang perolehan suara semakin besar. Termasuk bersilaturahmi dengan paguyuban dan komunitas etnis. Syaharie Jaang sangan PD (percaya diri) bakal memenangkan Pilwali lagi. Tapi Nusyirwan juga punya peluang yang sama.
Hasil survei personel masing-masing tentang popularitas dan elektabilitas, keduanya memang tertinggi disbanding sejumlah nama tokoh yang diikutkan dalam survei calon wali kota. Urutan tertinggi adalah Syaharie Jaang dan berikutnya Nusyirwan Ismail. Pertautan angkanya tidak terlalu jauh, sehingga banyak yang meyakini Nusyirwan adalah lawan berat Syaharie Jaang.
Saking pede-nya, Syaharie Jaang sempat bermain manuver-manuver dengan sejumlah partai lain. Awalnya dengan PAN (Partai Amanat Nasional). Syaharie Jaang selaku ketua Partai Demokrat Samarinda dan juga Plt Ketua Demokrat Kaltim, menerima koalisi dengan PAN. Tapi tidak gratis, PAN ingin mendorong kadernya sebagai wakil Jaang.
Sementara kesepahaman koalisi dengan PAN masih digantung dengan alasan bahwa keputusan ada di tangan pengurus pusat (DPP partai), Jaang terus memainkan aksinya dengan usah merangkul Golkar. Sama dengan PAN, Golkar juga mendorong kadernya untuk menjadi pendamping Jaang.
Semua digantung. Begitu pula dengan Nasdem, PKS dan Gerindra. Bahkan Hanura ikut bergabung dengan koalisi asal Jaang memilih calon wakilnya dari Golkar, yakni Jafar Abdul Gafar.
Sejumlah nama calon wakil yang muncul dan kebelet bersanding dengan wakil, masing-masing dari PAN Darlis Pattalongi. Golkar Jafar Abdul Gafar dan Donna Faroek, Mirza Ananta (Gerindra), Zuhri (Nasdem), Sarwono (PKS).
Sementara Nusyirwan Ismail berdampingan dengan Siswadi dari PDIP. Pasangan ini yang banyak ditunggu masyarakat Samarinda karena menjadi pesaing terkuat Syaharie Jaang.
Tapi, entah apa memang sudah skenario pasangan Syaharie Jaang-Nusyirwan Ismail sejak awal, bahwa mereka memproklamasikan berpisah, namun kemudian diujung-ujung pendaftaran bergabung lagi. Atau memang mengikuti realitas politik.
Tapi bersatunya kembali Jaang-Nusyirwan yang diistilahkan Jaa’nur II ibarat pertemuan di kuali panas. Pertemuan itu punya benturan dahsyat bagi partai-partai lainnya. Malah sempat muncul isu, partai-partai akan meninggalkan Jaang dan membentuk koalisi baru.
Meski hasil survei Syaharie Jaang sudah tinggi, ditambah dengan calon wakilnya Nusyirwan yang juga tinggi, menurut kalangan pemerhati politik di Samarinda, bukan berarti tak ada jalan untuk mengalahkan pasangan petahana itu. Masih ada waktu sekitar 6 bulan bagi pasangan lain, membangun persepsi positif. Lagi pula, pasangan Syaharie Jaang – Nusyirwan Ismail segera mengakhiri jabatannya bulan September. Itu berarti jabatan wali kota Samarinda oleh Plt (pelaksana tugas).
Setelah tak lagi menjabat, peluang menggunakan jabatan untuk bersilaturahmi menggunakan anggaran Negara juga akan terhenti. Sementara, warga Samarinda juga tidak sedikit yang melihat kegagalan pemerintahan Jaang. Misalnya dalam hal penataan kota yang makin semrawut atau banjir dan macet yang kian parah.
Selama ini, Syaharie Jaang mencoba menggali persepsi positif masyarakat dari program semenisasi yang dilakukan di gang-gang. Syaharie Jaang selalu mengklaim program itu sukses. Jalan-jalan yang dulunya berlobang-lobang dan becek, sudah dibaiki.
“Banyak yang sudah dilakukan Pak Jaang,” begitu komentar para pendukungnya yang mulai beraksi ‘berkampanye’ di media sosial.
Tapi yang minor juga tergolong banyak. Terutama para orangtua yang keberatan karena di kawasan pemukiman Kota Samarinda diberikan izin pertambangan batu bara. Keresahan sudah meninggi, apalagi dengan kematian 10 orang anak-anak di lubang eks tambang batu bara.
Kasus kematian 10 anak di lubang tambang member sinyak pemerintahan Syaharie Jaang disetir oleh kekuatan pengusaha. Sebab Jaang tidak berdaya untuk meminta para pengusaha menutup areal tambang yang sudah digalinya.
Bagaimana nasib bergabungnya kembali Jaang – Nusyirwan?
Partai-partai nampaknya sudah ambil posisi, yang dulu mendukung Jaang mulai menjauh. Bahkan Ketua DPRD Samarinda Alphad Syarif yang berasal dari Partai Golkar dan menjadi pendukung berat Jafar Abdul Gafar, langsung membuat kalkulasi kemungkinan adanya koalisi baru Golkar – PDIP-Hanura.
“Kita Menang,” ucap Alphard kepada wartawan, sesaat ia melakukan pertemuan dengan Jafar, Siswadi (PDIP) dan Saiful (Hanura). Entah perhitungan kemenangan apa yang dimaksudkannya, tapi wajah mereka terlihat berseri.
Ketika diminta penjelasan, Alphard menceritakan bahwa hari itu ia menerima SMS dari Syaharie Jaang. Isinya, kurang lebih, menyiratkan bahwa ia tidak memilih berpasangan dengan Jafar Abdul Gafar karena ada permintaan masyarakat agar memilih pasangan Nusyirwan Ismail. Bunyi SMS itu yang kemudian didiskusikan dengan kolega politiknya di DPRD Samarinda.
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Amanat Nasional Kota Samarinda, Helmi Hasibuan, mengaku masih menunggu pernyataan resmi dari Syaharie Jaang bahwa kembali berpasangan dengan Nusyirwan Ismail.
“Saya sudah mendapatkan surat rekomendasi (partai) untuk Pak jaang dan pasangannya Pak Darlis. Tapi kami terpaksa membatalkan rapat pengurus PAN Samarinda dan Kaltim karena adanya kabar Pak Jaang memutuskan berpasangan dengan Nusyirwan,” ujar Helmi. #le
====//////////////////////
Adi Darma Disingkirkan Golkar
Petahana Adi Darma yang berlabuh di Partai Golkar mendapat perlawanan diinternalnya, yakni Andi Harun yang ambisi maju juga sebagai calon Wali Kota Bontang. Tiba-tiba Neni Moerniaeni yang juga kader Golkar memproklamasikan maju dari jalur independen.
Peta politik langsung berubah ketika Neni menyatakan maju sebagai calon wali kota. Anggota DPR RI ini benar-benar jadi ancaman bagi Andi Harun, karena berpotensi menggerogoti suara dibasis yang sama. Situasi “panas” berkembang jadi usaha menjegal. Andi Harun melancarkan aksinya . Dengan kapasitas sebagai Ketua DPD Golkar Bontang, Andi menyebut Neni tak memiliki etika dengan Golkar yang selama ini telah membesarkannya. Apalagi jika nanti Golkar mengusung calon lain, sementara Neni tak mendukungnya.
“Saya harapkan Neni menghormati mekanisme partai lah. Jangan main sendiri. Ya kita akui sewaktu Pemilu kemarin, dia menang, tapi kan ini Pilkada, ini Pilwali, yang segala kemungkinannya bisa saja terjadi,” kata anggota Komisi III DPRD Kaltim ini.
Tak cukup dengan komentar memojokkan Neni, muncul lagi ancaman dari Dahri Yasin, Wakil Ketua DPD Golkar Kaltim kubu Abuizal Bakrie. Menurutnya, dia sebagai ketua Tim Pilkada tak pernah menerima secarik kertas pun terkait restu Golkar untuk Neni. Karenanya jika dikembalikan ke Peraturan Organisasi (PO) maka Neni telah melakukan pelanggaran PO tersebut.
“Dalam PO Golkar disebutkan, kader harus tunduk dan taat dengan aturan partai. Nah partai kan belum memutuskan siapapun yang akan diusung, sementara Neni telah mencalonkan diri dengan mendaftar ke KPUD. Ini kan jelas pelanggaran namanya, makanya salah satu sanksinya bisa kita mengusulkan untuk di PAW dari keanggotaannya di DPR-RI,” kata Dahri.
Ketua Komisi III DPRD Kaltim itu mengakui Neni dalam surveinya tinggi bersaing dengan dibandingkan dua kandidat lainnya yakni Adi Darma dan Andi Harun. Namun itu tidak bisa menjadi alasan dan lantas Neni seenaknya mengusung diri sendiri tanpa mengantongi restu dari partai.
“Yang jelas saya tidak ada menerima apapun terkait restu dari DPP Golkar untuk Neni. Karena itulah saya juga berani mengatakan, jika Neni telah melakukan pelanggaran partai,” tandasnya.
Kalkulasi politik, kehadiran Neni memang berbau sebagai upaya menjegal Andi Harun. Sebab, sebelumnya nama Neni tidak terdengar dan happy dengan tugasnya sebagai anggota DPR RI. Malah, suaminya, Sofyan Hasdam, disebut-sebut menjadi salah tim sukses untuk Adi Darma.
Dengan kehadiran Neni, hitung-hitungannya, suara Neni plus Sofyan Hasdam tidak ‘tercuri’ oleh Andi Harun. Konstituen mereka akan kembali mengukuhkan diri dan tidak mustahil justru menjadi pemenang.
Kalkulasi lain, Neni juga menggerus usaha calon perempuan lain, yakni dr Etha yang memainkan isu perempuan.
Tekad sudah bulat, meski ada yang berusaha menghalangi dan menakut-nakuti, Neni-Basri tak terbendung lagi. Hari Minggu (14/6/2015) lalu, duet Neni-Basri bersama ratusan pendukungnya, menyerahkan berkas pendaftaran mereka ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bontang, jalan Awang Long, Bontang Utara.
Pasangan ini menyertakan sebanyak 24.720 dukungan (15,31% dari jumlah penduduk kota) ke KPU. Jumlah ini melampaui syarat minimal dukungan calon perseorangan di Bontang yang ditetapkan sekitar 16 ribu jiwa lebih. Dukungannya juga menyebar proporsional di 3 Kecamatan se-Kota Bontang. Kecamatan Bontang Selatan menunjukkan jumlah dukungan terbesar, yakni mencapai 13.424 KTP. Disusul kecamatan Bontang Utara 9.000 dukungan KTP, dan Kecamatan Bontang Barat 2.296 KTP.
Neni mengungkapkan dukungan KTP yang mereka serahkan ke KPU merupakan hasil kerja tim akar rumput yang bekerja di lapangan. Neni sendiri tidak menyangka dukungan dari masyarakat begitu melimpah mengingat paket Neni-Basri baru ditetapkan 3 pekan sebelumnya.
Bagaimana dengan Adi Darma?
Sempat galau karena dipartainya, Golkar, tak mendapat tempat layak, petahana ini melakukan komunikasi dengan semua partai. Modalnya adalah hasil survei dirinya dan pasangannya Isro Umargani yang ternyata masih cukup baik. Adi sempat dikabarkan kemungkinan berpisah dengan Isro yang berasal dari PKS, tapi belakangan keduanya rapat kembali. Bahkan, kini disebut-sebut ada 5 partai yang berniat mengsungnya, yakni Nasdem yang sudah positif ditambah PKS, PPP, PDIP dan Demokrat.
Sebagai petahana, Adi-Isro memang langsung bisa dinilai masyarakatnya apakah termasuk figure berhasil atau tidak. Beberapa program andalan selama menjadi Wali Kota Bontang seperti Program Lima Puluh Juta Per RT (Prolita) sukses dijalankannya.
Lantaran itu Adi-Isro menjual isu itu untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas. Malah mereka bakal meningkatkan lagi dengan Prolita Plus.
Prolita Plus yang dimaksud adalah, bantuan Rp 50 juta tetap ada di setiap RT dan ditambahkan sesuai kebutuhan RT tersebut, namun nominalnya nanti akan berbeda.
“Kenapa saya menggunakan kata Prolita plus-plus karena tambahan Prolita nantinya akan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh tiap RT. Karena kita tahu sendiri kalau kebutuhan tiap RT pasti berbeda-beda dan tidak akan sama rata semuanya,” terang Adi Darma, pada sebuah kesempatan.
Di Bontang, selain ada pasangan Neni-Basri di jalur independen dan kemungkinan Andi Harun dari Golkar, masih ada kandidat lain yang siap bertarung. Yaitu Suroyo-dr. Etha yang telah mendeklarasikan diri.
Suroyo dan dr Etha adalah sama-sama kader Partai Gerindra. Suroyo pernah menjadi anggota dewan di Kota Bontang hingga diusung dalam Pilkada tahun 2006. Setelah gagal ia kembali ke Yogyakarta dan menjadi anggota DPRD di sana. Sementara dr Etha adalah Wakil Ketua DPRD Bontang. #le
=============================================================
Berebut Citra di Balikpapan
Dalam suasana politik yang mulai memanas karena persiapan pemilihan Wali Kota Balikpapan 9 Desember 2015, tiba-tiba muncul berita mengejutkan. Balikpapan dinobatkan sebagai Kota Paling Dicintai di Dunia.
Tak tanggung-tanggung memang anugerah itu. Sampai-sampai masyarakat di provinsi Kalimantan Timur penasaran. Tak kalah penasarannya warga Kota Balikpapan sendiri. Apa kriterianya?
Entahlah. Tapi berita itu menyebut yang menobatkan adalah World Wildlife Fund (WWF). Ini lembaga nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan dan cukup banyak proyek pekerjaannya di provinsi Kaltim. Kata berita, Balikpapan menyisihkan 43 kota lain didunia melalui voting yang diadakan sejak pertengahan Februari lalu melalui situs www.welovecities.org.
Mengungguli Paris, Balikpapan juga memastikan diri menjadi tuan rumah Earth Hour 2015. Sejak awal dibuka vote, ribuan dukungan mengalir melalui sosial media baik Twitter, Facebook maupun Instagram.
Wali Kota Rizal Effendi menerima langsung penghargaan tersebut bersamaan dengan ICLEI World Conggress 2015 di Seoul Korea Selatan, 9 April 2015 lalu. Didampingi Kepala BLH Kota Balikpapan, penghargaan itu diterima dari Direktur Pengembangan Bisnis Internasional WWF, Jean-Paul Paddack.
“Atas nama warga Balikpapan, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dalam kampanye ini sehingga berhasil meraih predikat ‘The World’s Most Loveable City’. Pencapaian ini merupakan dorongan tersendiri bagi pemkot, menjadikan Balikpapan sebagai kota ramah lingkungan, layak huni dan kota percontohan,” ungkap Rizal penuh bahagia.
Seperti tak mau ketinggalan moment, Wakil Wali Kota Balikpapan Heru Bambang mengungkapkan betapa bangganya ia ketika mendengar berita baik ini. Menurutnya Balikpapan sudah sepantasnya menjadi kota yang dicintai. Kondusifitas kota merupakan faktor penting keberhasilan Balikpapan, sehingga mampu mengalahkan kota sebesar Paris.
“Kami sangat memperhatikan pelayanan masyarakat, kesehatan dan pendidikan menjadi perhatian utama kami,” kata Heru.
Begitulah. Menjelang pemilihan kepala daerah yang dijadwal serentak se Indonesia tanggal 9 Desember 2015, Wali Kota Rizal Effendi dan juga wakil wali kota Heru Bambang sudah pasang kuda-kuda untuk maju. Keduanya kemungkinan tak berpasangan lagi, karena sama-sama maju sebagai calon wali kota.
Dalam suasana politik yang mulai meninggi masing-masing berusaha mengklaim berhasil dalam masa tugas 5 tahun terakhir. Seperti halnya berita baik adanya penobatan sebagai kota paling dicintai itu, keduanya tentu saja tidak salah mengklaim bahwa itu karya mereka.
“Kami akan memperbanyak wadah bagi anak muda untuk menyalurkan hobinya seperti di Melawai dan menggalakkan program seperti Car Free Day,” jelas Heru.
Sebagai wakil wali kota, Heru tentu saja tak mau persepsi masyarakat tentang keberhasilan Kota Balikpapan hanya dialamatkan ke wali kota. Sebab di situ ada peran wakil kota dan juga semua pihak. #le
==================================================================================
Ardiansyah-Alfian Tak Terpengaruh Survei
Foto Ardiansyah Sulaiman bersama Alfian Aswad bermunculan di stiker-stiker. Ini menunjukkan keduanya bakal maju bersama sebagai calon bupati dan wakil bupati Kutai Timur.
Ardiansyah adalah Bupati Kutai Timur. Jabatan itu baru diembannya beberapa bulan, setelah Bupati Isran Noor mengundurkan diri. Ardiansyah yang dua periode mendampingi Isran Noor sebagai wakilnya, otomatis naik.
Sebagai petahana, ia masih punya banyak kesempatan untuk meraih simpati warga Kutai Timur. Masa jabatannya baru berakhir pada Pebruari 2016.
“Oh iya Insya Allah siap maju bertarung untuk memperebutkan kursi Kutim satu,” kata Ardiansyah Sulaiman kepada wartawan.
Alfian Aswad adalah Wakil Ketua DPRD Kutim. Ia juga Ketua Partai Demokrat Kutai Timur yang di dewan mengantungi 7 kursi.
“Pasti maju (Demokrat). Kutim 1 atau 2, belum tahu. Masih godok. Masa parpol pemilik tujuh kursi di DPRD Kutim tidak majukan calon. Pasangannya masih diseleksi,” ungkap Alfian, suatu ketika.
Karena Ardiansyah adalah kader PKS, maka hampir dipastikan keduanya kemungkinan besar dicalonkan oleh koalisi dua partai tersebut. Walau tentu saja semua keputusan berada di DPP Demokrat.
Ardiansyah-Alfian juga sudah sering terlihat jalan bareng. Termasuk saat menghadiri seleksi para calon yang digelar DPD Partai Demokrat Kaltim. Satu-satunya ancaman pasangan ini adalah Norbaiti, istri Bupati Kutim yang mengundurkan diri Isran Noor.
Anggota DPR RI dari Partai Demokrat itu mengatakan sudah mengikuti proses penjaringan di DPD Partai Demokrat Kalimantan Timur.
“Saya tidak mendaftar di DPC Demokrat Kutai Timur, tapi langsung di DPD Demokrat Kaltim. Mereka sudah pleno dan hasilnya segera dibawa ke DPP,” kata Norbaiti. Ketika melamar ia menulis untuk posisi calon bupati.
“Saya melamar posisi calon bupati. Kan memang hanya boleh satu posisi. Tinggal kita tunggu bagaimana keputusan DPP nanti,” katanya.
Di Kutai Timur, nama calon-calon bermunculan. Dari kalangan pemerintah misalnya muncul nama Sekkab Ismunandar dan Asisten Bidang Kesejahteraan Masyarakat, Mugeni. Menurut Ismunandar ia diusung PPP yang menjalin koalisi ke Partai Hanura, PDIP dan Gerindra. Sedangkan Mugeni yang sebelumnya mau maju dari perseorangan (independen) tapi membatalkan karena ada MoU dengan partai yang mau mengusung.
Sikap percaya diri ditunjukkan Mahyunadi. Ia mengklaim ada 3 lembaga survei yang bekerja melakukan survey dan semuanya menempatkan namanya di posisi teratas.
“Survey tidak terbatas pada Partai Golkar saja. Tapi semua kandidat yang namanya muncul untuk menjadi calon Bupati Kutim. Hasilnya, dari tiga lembaga survey yang bekerja selama bulan Mei lalu, nama saya selalu berada di peringkat pertama. Baik saya sendiri maupun ketika digandengkan dengan beberapa kandidat lain sebagai wakil saya,” kata Mahyunadi. #le
================================================================
Saat Rita Meninggalkan Golkar
Tak juga tercapainya islah Partai Golkar membuat kader-kadernya ‘berpaling’ pada Pilkada serentak 9 Desember 2015. Salah satunya Rita Widyasari yang menetapkan maju jalur independen.
Teka–teki siapa yang akan mendampingi Rita Widyasari dari kalangan birokrat untuk maju dalam bursa Pilkada Kukar 9 Desember 2015 mendatang terjawab sudah.
Akhirnya Rita Widyasari menjatuhkan pilihan untuk menjadi wakilnya dalam Pilkada mendatang kepada sosok Edi Damansyah, yang saat ini masih aktif menjabat sebagai Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kukar.
Hal itu terlihat saat Edi Damansyah bersama tim sukses lainnya mendaftarkan diri ke KPU Kukar lewat jalur perseorangan (Independen) pada Senin (15/6/2015) sore.
Menurut salah satu tim sukses Rita, Suroto, pihaknya telah menyerahkan sekitar 50.143 fotocopy KTP dukungan warga yang ada di 18 Kecamatan yang ada di Kukar, dan telah diterima langsung anggota KPU Kukar Misran dan Saidi.
Sementara itu Edi Damansyah saat dimintai keterangan dari awak media yang sudah lama menunggu di Kantor KPU Kukar mengatakan, dukungan dari masyarakat ini murni aspirasi untuk mendukung Ibu Rita Widyasari untuk kembali maju dalam Pilkada Kukar 2015.
“Kami bangga dengan dukungan yang diberikan ini karena kami diberi kepercayaan oleh masyarakat di 18 Kecamatan untuk maju dalam Pilkada Kukar Desember mendatang, “ ungkapnya.
Ketika ditanya mengapa maju melalui jalur independen, Edi mengatakan, dipilihnya jalur ini karena kondisi masyarakat yang saat ini menghendaki dirinya dan Ibu Rita untuk maju melalui jalur independen.
“Masyarakat dan relawan menghendaki kami maju melalui jalur independen, untuk itu kami siap memfasilitasinya, “ tegasnya.
Edi menegaskan kembali, untuk program ke depan dirinya bersama Ibu Rita Widyasari ada 4 prioritas yang akan dilakukan, yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan perekonomian.
“Empat prioritas ini merupakan catatan-catatan keberhasilan selama ini dan kedepan akan terus ditingkatkan, “ tuturnya.
Untuk diketahui, selain pasangan Rita Widyasari dan Edi Damansyah yang mendaftar dari jalur Independen, juga ada pasangan calon lain yang mendaftar, yakni Awang Wahyu Ketua Pemuda Pancasila (PP) Kutai Kartanegara dengan Andi Katanto.
Sebagai informasi, pasangan calon yang maju melalui jalur perseorangan (independen) harus menyiapkan sekitar 48.921 dukungan dalam bentuk fotocopi KTP atau KK dan tersebar se Kukar, minimal 10 kecamatan, selanjutnya diserahkan ke KPU Kukar untuk dilakukan verifikasi secara adminitrasi, jika tidak memenuhi maka berkas akan di kembalikan ke calon.
Untuk tahapan selanjutnya jika lolos, maka akan dilakukan proses administrasi dan faktual ditingkat Kecamatan, penelitian secara adminitrasi dilakukan tanggal 23 sampai 6 juli 2015, kemudian dilanjutkan dengan melakukan rekap pada 7 sampai 13 juli 2015, lalu rekap Kecamatan ke KPU Kukar pada 14 sampai 19 juli 2015, bila persyaratan memenuhi maka pada 14 hingga 25 juli 2015 akan diumumkan. #Wn
==========================================================================
Rifai di Berau
Wakil Bupati Berau Ahmad Rifai (PPP) memastikan diri untuk maju sebagai calon bupati. Namun kader PPP itu belum tahu menggunakan perahu politik apa, karena partainya sendiri masih dilanda konflik.
Tidak menyerah di situ, Rifai melakukan komunikasi politik dengan partai-partai lainnya. Termasuk mengikuti penjaringan oleh Golkar. Rifai sudah dua periode menemani Bupati Makmur sebagai wakil.
Persaingan bakal berlangsung ketat, karena sejumlah nama sudah bermunculan. Diantaranya Soehartono Sucipto (Partai Golkar), Fahmi Rizani, Muharram (PKS), Ibnu Sina Asyari, Amir Husen dan Muhammad Rasatkan.
Sedangkan untuk posisi balon Wakil Bupati yang sudah disebut-sebut yakni Agus Tamtomo, Ahmad Najib Fathoni dan Jiang Bith. #
=========================================================================
Liet Ingai di Bulungan
Liet Ingai sudah dua periode mendampingi Bupati Bulungan Budiman Arifin. Lantaran itu ia percaya diri untuk maju sebagai calon bupati, apalagi sudah ada partainya sendiri yang diandalkan menjadi pengusung, yaitu Gerindra.
“Saya sudah ke Jakarta bertemu dengan pengurus di pusat. Saya ditunjuk untuk jadi calon bupati,” ujar Liet Ingai.
“Soal wakilnya siapa. nanti saya serahkan ke partai pendukung saya. Gerindra sudah Bupatinya, ya wakilnya diusulkan ke partai koalisi saya,” katanya, yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Bulungan ini. #
==================================================================================================
Ada Undunsyah di KTT
Sudah mengakhiri masa tugasnya sebagai Bupati Tana Tidung pada 19 Januari 2015 lalu, Undunsyah ancang-ancang untuk maju kembali. Uniknya, ia tetap berniat maju bersama wakilnya di periode pertama, Markus.
Komunikasi politik sudah dilakukan ke partai-partai. Yang paling dekat adalah PPP. Namun karena konflik partai berlambang Ka’bah itu belum juga selesai, pasangan Undun-Markus bagai layangan putus. Terombang-ambing di udara. Meski begitu, menurut survey, pasangan ini masih terkuat. #
=
/
==============================================================================
Basri-Asmah Bersatu Lagi
Kabar-kabar yang berseliweran Bupati Nunukan Basri dan wakilnya Hj Asmah Gani bakal berpisah. Basri sudah dipastikan maju kembali melalui Partai Demokrat, sedangkan Asmah Gani yang kader Golkar belum diketahui bakal berlabuh kemana. Hanya, banyak yang mendorong agar Asmah putus kongsi dengan Basri.
Apakah keduanya bersatu kembali?
Banyak warga menginginkan pasangan ini diberi kesempatan satu periode lagi. Basri sendiri tak mau berpendapat lebih jauh, karena yang memutuskan maju tidaknya kader adalah DPP Partai Demokrat.
“Yang pasti, kalau diberi kesempatan oleh masyarakat menjadi bupati lagi, saya ingin menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai,” ujar Basri. #
Comments are closed.