
SAMARINDA, BERITAKALTIM.com- Laporan dan Keterangan Pertanggungjawab (LKPj) Gubernur Kaltim, H Awang Faroek Ishak atas pelaksanaan pembangunan Tahun 2014 tidak sepenuhnya akurat. Misalnya atas pelaksanaan pembangunan tiga rumah sakit pratama disebut tiga-tiganya gagal dilaksanakan, padahal di Kutai Timur, bangunan rumah sakit pratama di Sangkulirang dan Talisayan, Berau sudah selesai dikerjakan.
Rumah sakit pratama di Sangkulirang kini dalam masa pemeliharaan untuk selanjutnya diserahkan Dinas Pekerjaan Umum Kutim ke Dinas Kesehatan Kutai Timur. Sedangkan rumah sakit yang di Talisayan bangunannya sudah diserahterimakan dari Dinas Pekerjaan Umum Berau ke Dinas Kesehatan Berau.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur, Aisyah dan Kepala Dinas Kesehatan Berau, Totoh Hermanto, dan Kepala Dinas Kesehatan Kutai Barat, Aliman saat dikonfirmasi beritakaltim.com secara terpisah.
Menurut Aisyah, pembangunan rumah sakit pratama di Sangkulirang tidak menghadapi persoalan lahan. Pekerjaan fisik rumah sakit dibawah pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum Kutim. Informasi yang diterima dari DPU Kutim, proyek bangunan sudah selesai, tapi masih dalam masa pemeliharaan kontraktornya.
Tentang serah bangunan dari DPU Kutim ke Dinkes Kutim, kata Aisyah, ia belum tahu persis sebab, sampai berapa hari proyek itu dalam masa pemeliharaan, DPU yang secara teknis mengetahui. “Tapi intinya, Dinkes hanya menunggu,” lanjutnya.
Soal alat dan peralatan medis, serta personil yang diperlukan di rumah sakit pratama tersebut, Dinkes Kutim belum membahasnya secara detail, termasuk dana yang diperlukan, dan petugas medis serta dokter yang harus disediakan.
“Meski belum dibahas, tapi yang pasti akan dibahas Pemkab Kutim dalam waktu dekat. Kami akan melihat dulu bangunannya,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Berau, Totoh Hermanto, bahwa tidak adamasalah lahan, bahkan rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur untuk 50 pasien itu sudah selesai dan sudah diserahkan Dinas pekerjaan Umum Berau ke Dinas Kesehatan Berau.
Bahkan, lanjut Hermanto, saat ini tengah dilakukan pengadaan barang berupa alat dan peralatan medis bagi rumah sakit pratama tersebut. “Tahun ini dengan APBD-Murni Berau disediakan dana Rp5 miliar untuk meubeler, alat dan peralatan medis bagi rumah sakit tersebut. Kita juga mengusulkan di APBD-Perubahan ada tambahan lagi,” ungkapnya.
Soal personil yang akan ditempatkan di rumah sakit tersebut, Totoh mengungkapkan telah menskenariokan memindahkan tenaga medis dan dokter dari Puskesmas lain yang punya tenaga “lebih”.
“Kekurangan tenaga medis nanti kita isi dengan tenaga kontrak,” ujarnya. Lokasi rumah sakit pratama di Talisayan lokasinya disebut ideal, di ruas jalan poros Talisayan dan dekat dengan permukiman.
Kemudian pembangunan rumah sakit pratama yang di Linggang Bigung, Kutai Barat, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kutai Barat, Aliman, pembangunan rumah sakit tidak selesai tahun lalu bukan terkait dengan adanya masalah perencanaan dan lahan, tapi karena kontraktor gagal menyelesaikan pekerjaannya sampai akhir tahun anggaran 2014.
“Kontraktor yang dulu hanya sanggup menyelesaikan pekerjaan sampai 81 persen. Dari itu kontrak telah diputus. Sisa pekerjaan yang 19 persen dilanjutkan tahun 2015 ini, juga melalui proses lelang. Tahun ini dipastikan selesai fisik rumah sakit itu,” ujar Aliman.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tahun 2014 memulai pembangunan tiga dari tujuh rumah sakit pratama. Tiga rumah sakit yang dipriotas itu yakni di Talisayan, Kabupaten Berau, di Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, dan di Linggang Bigung, Kutai Barat. Sumber pendanaan pembangunan fisik rumah sakit dari bantuan keuangan Pemprov Kaltim di APBD Tahun 2014, sedngkan ketiga kabupaten menyiapkan lahan sebagai lokasi rumah sakit. #into
Comments are closed.