
SAMARINDA, BERITAKALTIM.Com- Pengusaha yang mengambil keputusan me-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karyawan bukanlah keputusan tanpa resiko sebab, banyak kewajiban yang harus dibayarkan ke karyawan, termasuk membayar pesangon.
Sebelum memutuskan melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) pengusaha sebaiknya melihat peluang usaha baru yang prospektif dan karyawan dialihkan ke usaha yang baru itu.
“Itulah anjuran yang kami sampaikan ke sejumlah pengusaha yang sudah tidak tahan lagi menanggung beban membayar gaji karyawan, sedangkan usahanya sendiri sudah macet dalam satu tahun terakhir,” kaTa Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Samarinda, Sucipto Wasis saat dihubungi beritakaltim.com.
Menurutnya, jumlah pengusaha yang berkonsultasi ke Disnaker Samarinda soal kondisi usahanya dan rencananya ke depan soal karyawan cukup banyak juga, tapi sebagian besar berasal dari perusahaan tambang batubara yang sudah dua tahun ini dalam kondisi kritis akibat merunnya harga batubara.
Wasis menyebut, Disnaker telah memberikan gambaran kewajiban yang harus dipikul pengusaha kalau memutuskan mengambil jalan PHK, misalnya harus menyediakan dana untuk membayar pesangon dan hak-hak karyawan lainnya. Begitu pula kewajiban yang harus dipikul bila merumahkan sebagian karyawannya.
Sementara ini, lanjut Wasis, kepada pengusaha yang berencana melakukan PHK, diberi advis untuk melihat-lihat dulu peluang usaha baru yang bisa dibuka, apalagi Samarinda terus berkembang sebagai kota metropolitan karena jumlah penduduknya sudah mendekati sejuta.
“Kalau pengusaha tambang membuka usaha baru, karyawan yang ada bisa dialihkan ke usaha baru itu, sehingga bisa menghindari terjadinya PHK dan kewajiban harus membayar pesangon. Saat ini posisi dunia usaha memang lagi sulit, tapi diharapkan tidak putus asa sehingga orang menganggur tidak tambah banyak,” kata Wasis lagi.
Berdasarakan keterangan yang dihimpun Kalpost, krisis nilai rupaih terhadap dollar juga memukul usaha perdagangan barang elektronik, khususnya perdagangan komputer dan jasa service komputer, dimana harga suku cadang naik. “Bukan hanya jual beli yang anjlok, tapi usaha service juga anjlok,” kata Syahril yang berdagang komputer dan jasa perbaikan komputer.
Transaksi pembelian komputer dan laptop sudah tiga bulan anjlok, volume perdagangan sudah terpangkas 70 persen lebih dan terus merosot. Begitu pula dengan perbaikan komputer. “Konsumen yang berencana melakukan perbaikan lebih memilih membawa pulang komputernya yang rusak setelah mendengar suku cadang baru harganya mahal,” ungkapnya.
Ia juga tengah berhitung untuk merumahkan sebagian teknisi yang bekerja di jasa service sebab, dalam enam bulan terakhir pekerjaan sudah jauh berkurang. “Saya masih lihat perkembangan dalam dua bulan ini. Kalau pekerjaan terus berkurang, mau tidak mau, sebagian teknisi dirumahkan,” kata Syahril. #into
Comments are closed.