JAKARTA- Pelan-pelan mulai terkuak kenapa PT Pertamina (Persero) menyatakan tak sanggup untuk mengelola sendirian Blok Mahakam di Kalimantan Timur. Dua alasan Pertamina, pertama karena Blok Mahakam termasuk ladang migas yang tingkat kesulitannya tinggi, sedangkan alasan kedua karena mengelola blok ini membutuhkan modal yang amat besar hingga Rp 14 triliun per tahun.
Itu sebabnya Pertamina ingin menggandeng lagi operator lama Total E&P Indonesie untuk mengelola lagi Blok Mahakam. Pemerintah pun membuka kesempatan kepada Pertamina untuk menggandeng Total atau kontraktor lain dengan Participating Interest (PI) hingga 30%.
Tawaran Pertamina ternyata tidak serta merta diamini oleh Total E&P Indonesie. Total mengaku siap bergandengan dengan Pertamina mengelola Blok Mahakam mulai 1 Januari 2018 mendatang, namun mengajukan beberapa persyaratan kepada Pertamina dan pemerintah.
Ini terungkap dari Vice President HR Communications General Services Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto. Dia menyatakan, pihaknya menginginkan adanya kenaikan bagian minyak dan gas bumi yang diterima oleh Total dalam Production Sharing Contract (PSC).
Dalam PSC saat ini, Total mendapatkan bagian 15% produksi minyak bumi dan 30% produksi gas bumi dari Blok Mahakam, sedangkan negara mendapat 85% bagian minyak bumi dan 70% untuk gas bumi. Jika dilibatkan lagi pada 2018 nanti, Total meminta bagiannya lebih tinggi baik untuk minyak maupun gas.
“Kita berharap lebih baik dari PSC Mahakam yang sekarang. Kalau sekarang kan 85:15 (untuk minyak bumi), kalau gas 70:30, jadi kita minta di atas itu,” ungkap Noviyanto saat Media Gathering di Hotel Aston, Bogor, Jumat (4/9/2015).
Selain itu, Total juga meminta kenaikan harga untuk minyak dan gas bumi yang dialokasikan untuk pasar di dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO). Menurutnya, harga minyak dan gas untuk DMO saat ini terlalu murah. Noviyanto mengatakan, idealnya harga minyak untuk DMO adalah 25% dari Indonesia Crude Price (ICP), sementara saat ini cuma US$ 20 sen per barel.
“DMO price sekarang US$ 20 sen per barel harus diinaikin. Kalau kontrak baru (idealnya) 25% dari ICP. US$ 20 sen itu kan harga minyak zaman Orba (Orde Baru),” katanya.
Novianto mengatakan, bila tawaran yang disodorkan Pertamina dan pemerintah cukup menggiurkan dan ekonomis, barulah Total bersedia bekerja sama dengan Pertamina untuk mencari solusi menekan decline rate (tingkat penurunan) produksi migas di Blok Mahakam yang sudah sangat tua.
“Kita akan bantu pemerintah, diskusi dengan Pertamina cari solusi supaya produksi Mahakam baik. Selama ini kita good intention, bukan kabur, kita nggak seperti itu. Kita lakukan sesuai yang (dengan kewajiban) kita lakukan,” pungkasnya. #det
Comments are closed.