BeritaKaltim.Co

Pasien Leukimia Tuntut Rumah Singgah

Rapat dengar pendapat Komisi IV DPRD Kaltim dengan Yayasan Kanker Indonesia.
Rapat dengar pendapat Komisi IV DPRD Kaltim dengan Yayasan Kanker Indonesia.

SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Sejumlah orang tua pasien penderita leukimia atau lebih dikenal dengan nama kanker darah RSUD AWS menyambangi DPRD Kaltim. Dengan didampingi Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Laila Fatihah, dan anggota Novi Marinda Putri, serta beberapa Perwakilan Yayasan Kanker Indonesia, Samarinda. Rombongan diterima oleh Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Zain Taufiqnurrohman, wakil ketua Yahya Anja, Sekretaris Rita Artaty Barito, Selasa (6/10/2015).

Laila Fatihah mengatakan kedatangannya kali ini dalam rangka membantu orang tua pasien leukemia yang sedang mengalami sejumlah permasalahan terkait dengan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

“Masalah ini mereka adukan ke Komisi IV DPRD Samarinda, mengingat rumah sakit AWS merupakan milik pemerintah provinsi maka kami bawa ke DPRD Kaltim untuk dapat memfasilitasi agar permasalahan ini bisa selesai dengan baik,”ucap Laila.

Laila mengatakan bahwa pihaknya sudah melihat langsung bagaimana kondisi yang dialami oleh pasien dan keluarganya. Memang cukup memprihatinkan sebab satu sisi harus mendapatkan penanganan medis sedangkan ruang rawat inap sudah penuh.

Salah seorang orang tua pasien Muhammad Satta mengatakan sedikitnya ada tiga persoalan yang menjadi keluhan, yakni menuntut agar pihak rumah sakit membuat rumah singgah, ketersediaan obat yang memadai bagi pasien leukimia, dan penambahan ruang isolasi atau khusus bagi pasien penderita leukemia.

“Pasien tersebar di beberapa daerah, Tenggarong, Kubar dan lainnya. Dapat dibayangkan bagaimana perjuangan para pasien dan keluarga yang dari jauh bahkan bisa menelam waktu satu hari menuju RSUD AWS Samarinda, ketika sampai harus menerima kenyataan ruangan penuh. Kejadian ini sudah sering terjadi sehingga sangat membuat menderita,”kata Satta didampingi Arbayah, Desi Emawati, Jalaludin, dan Dedy Zulkarnain.

Adapun opsi yang diberikan oleh pihak rumah sakit ketika ruangan penuh adalah dengan menyampurna dengan pasien penderita penyakit lain. Padahal, menurut prosedur pasien leukimia sangat rentan terjangkit penyakit lain mengingat daya tahan tubuhnya yang menurun.

Persoalan lain sebut Hatta yang tidak kalah pentingnya adalah pihak rumah sakit tidak memiliki persediaan obat-obatan yang menjanjikan bagi pasien leukimia, hal ini membuat keluarga pasien harus membelinya ke YKI Semarang.

”Setiap pasien wajib mengikuti kemotrapi yang dilakukan sebulan sekali tergantung tingkat kebutuhan masing-masing pasien. Contohnya, ketika selesai kemoterapi setiap pasien diharuskan mengkonsumsi obat jenis tertentu akan tetapi masalahnya obat yang direkomendasikan dokter tersebut hanya dijual di Semarang, harga satuannya berada pada kisaran Rp 600 hingga Rp 800 ribu. Padahal tidak semua pasien dari kalangan mampu,”ungkap Hatta.

Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Zain Taufiqnurrohman menuturkan penumpukan pasien disebabkan masih belum adanya kepercayaan terhadap puskesmas, sehingga berbagai keluhan yang seharusnya bisa diselesaikan pada tingkat puskesmas ditangani rumah sakit.

“Pemerintah sendiri sudah melakukan peningkatan berupa program puskesmas 24 jam. Akan tetapi memang terkait dengan rumah singgah pihak rumah sakit pernah menjelaskan bahwa terdapat keterbatasan ruang, sehingga yang menjadi prioritas adalah penambahan bangunan untuk ruang kelas III. Tetapi akan disampaikan guna menjadi rencana jangkan panjang bagi rumah sakit,”ucap Zain didampingi Wakil Ketua Yahya Anja, Sekretaris Rina Artaty Barito, dan Wakil Direktur RSUD AWS, Ardiansyah, YKI Samarinda Artha Magdalena, Nany, dan Siti.

Sedangkan untuk jangka pendeknya, pihaknya meminta kepada pihak rumah sakit agar menyediakan ruang khusus bagi penderita leukimia dan tidak dicampur dengan pasien lain karena hanya akan menambah persoalan baru.

Kendati demikian kata Zain pihaknya kedepan akan membicarakan kepada pihak rumah sakit untuk melihat kemungkinan apakah bisa dilakukan program pembelian lahan disekitar rumah sakit guna menunjang pelayanan.

“Soal obat itu nantinya akan dirapatkan oleh pihak rumah sakit untuk kemudian dicarikan solusi, termasuk kemungkinan akan dijalinnya kerjasama antara pihak rumah sakit dengan Yayasan Kanker Indonesia cabang Semarang,” pungkas Zain. #adv/bar/oke

Comments are closed.