
SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Melihat situasi melemahnya ekonomi, yang tidak hanya secara nasional melainkan global, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang mengumpulkan pengusaha lokal dan berharap pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi pilihan terakhir.
“Yang kita hadapi bukan hanya persoalan ekonomi Indonesia, tapi global yang dampaknya dirasakan di Samarinda. Imbasnya meningkatnya kriminalitas. Di grup Busam Face Book ada aja penjambretan, begal, perampokan, pembobolan rumah. Untuk itu kami harapkan PHK adalah pilihan terakhir dan terjelek. Mudahan ekonomi kembali menguat,” ucap Jaang dalam pertemuan atas gagasannya sendiri di Lipan Hills Resto, Kamis (8/10/2015).
Jaang mengatakan PHK sebelumnya sudah banyak terjadi di sektor pertambangan dengan turunnya nilai jual batubara, dan berharap tidak diikuti sektor lainnya, baik perusahaan kayu yang sudah bisa dihitung jari, perhotelan, restoran, dan lainnya.
Jaang menyebutkan di perusahaan tambang ada yang tidak berproduksi karena turunnya harga batubara sehingga terjadi PHK, ada juga yang berproduksi untuk memperkecil kerugian dan menekan PHK.
“Merosotnya batubara juga berimbas dengan properti, perhotelan, kos-kosan. Habis shalat subuh, ada yang punya rumah datang, mengeluh imbas dari ini,” beber Jaang.
Oleh karena itu Jaang meminta agar menyampaikan kepada owner supaya keputusan PHK adalah jalan terakhir. “Perusahaan nasional melakukan efisien, ada yang tidak menaikan gaji. Ada juga mengurangi gaji di tingkat elitnya. Ini dilakukan supaya tidak ada PHK. Mudahan kita tidak memilih PHK dalam mengatasi masalah melemahnya ekonomi global ini,” tandasnya.
Jaang mengutarakan pekan lalu melakukan pertemuan dengan Kapolres membicarakan stabilitas keamanan. “Kita ketahui dengan tingginya PHK, pengangguran juga bertambah. Tindak kriminalitas meningkat, ada pembobolan rumah, penjambretan dan sabu sabu. Mohon maaf, data di kepolisian, pelaku termasuk juga mereka korban PHK. Makanya kami harapkan tidak bertambah lagi PHK yang berdampak stabilitas daerah,” tegasnya.
Jaang berharap ekonomi bisa kembali stabil dan berpesan kepada Disnaker untuk terus membuka komunikasi dengan perusahaan. “Di tengah persoalan ini, jangan ada oknum yang menyusahkan perusahaan,” pesan Jaang seraya menambahkan setelah pertemuan dengan pengusaha kembali akan melakukan dengan sarekat kerja.
Sony, dari PT Tirta Mahakam dalam forum itu menyampaikan akan mempertahankan kondisi yang ada sekarang, dimana saat ini jumlah karyawan sekitar 2.300. “Kendala kami di bahan baku, karena di hulu tidak ada air, terpaksa kami mencari di pesisir pantai sangkulirang dan Berau. Imbas dari produksi turun 20 persen,” ucapnya.
Sementara perwakilan PT Kalamur menyampaikan limbah kayu dari produksi kayu lapisnya dimanfaatkan bahkan diekspor. Dari limbah kayu ini sendiri uang bisa untuk menggaji pekerjanya.
Begitu pula dari manajemen hotel Aston menyampaikan menurunnya okupansi atau tingkat hunian di tahun 2015. “Rata rata tahun ini 76 persen okupansi per hari. Tahun lalu 86 persen, dan tahun 2013 98 persen atau hampir full tiap hari,” bebernya.
Terkait PHK, ia menyebut belum ada. Namun dilakukan efisiensi, termasuk diantaranya ada pula yang tidak memperpanjang kontrak outsourching. #hms2
Comments are closed.