BeritaKaltim.Co

Ida Bagus Ketut Lasem, Dibalik Trofi Juara Piala Presiden

Trofi itu dibuat seniman asal Gianyar, Bali, Ida Bagus Ketut Lasem. Mulai dibuat pada 4 September 2015 dan selesai dibuat pada 16 Oktober 2015.
Trofi itu dibuat seniman asal Gianyar, Bali, Ida Bagus Ketut Lasem. Mulai dibuat pada 4 September 2015 dan selesai dibuat pada 16 Oktober 2015.

BERITAKALTIM.COM – GIANYAR BALI – Persib Bandung sukses menjuarai Piala Presiden 2015 setelah menaklukan Sriwijaya FC di final dengan skor 2-0, akhir pekan lalu. Maung Bandung berhak memperoleh hadiah sebesar Rp 3 miliar dan sebuah trofi Piala Presiden yang terbuat dari kayu.

Ida Bagus Ketut Lasem ditunjuk sebagai pembuat trofi Piala Presiden. Pemahat tersohor asal Gianyar tersebut terpilih untuk melanjutkan pahatan trofi Piala Presiden, yang pertama kali dipahat oleh Presiden RI, Joko Widodo, di acara pembukaan turnamen, 30 Agustus lalu.

Lasem mengaku terkejut begitu mengetahui namanya terpilih untuk membuat trofi Piala Presiden. “Saya memang ditunjuk untuk membuat Piala Presiden. Dalam artian begini, di Bali banyak seniman. Saya tercantum juga di sana, tetapi tidak tahu nomor berapa. Dari segi kebudayaan, nama saya yang terpilih dan itu tidak terduga,” kata Lasem.

Mendapatkan kehormatan itu, Lasem mengaku tak pernah mempersoalkan masalah materi. Ia hanya ingin berbuat yang terbaik untuk daerahnya, yang dipercayakan untuk membuat trofi turnamen bergengsi tersebut.

“Saya tidak pernah berharap sesuatu, dan itu saya sampaikan saat saya dipanggil rapat untuk mengerjakan pahatan Piala Presiden,” ucapnya.

Bagi Lasem, hanya tiga hal yang tebersit di benaknya kala dipercaya menjadi pemahat trofi turnamen yang diselenggarakan Mahaka Sports and Entertainment itu. Sebagai seorang seniman, Lasem memegang betul tiga prinsip hasil karya.

“Pertama, seni itu menyangkut senang. Saya senang berbuat sesuatu yang disenangi orang,” jelasnya.

Kedua, seni yang dipahami Lasem bukanlah paksaan. Bagi dia, koreksi terhadap hasil karya menjadi bagian tak terpisahkan di sini. Sebabnya, kedua belah pihak yakni pembuat dan penikmat seni harus merasakan kesenangan yang sama. “Dalam kesenangan tersebut ada keseimbangan antara saya yang membuat dan orang yang mendapat kesenangan,” tambahnya.

Ketiga, orientasi saya tidak hanya dari segi materi. “Seni lebih dahulu sebelum melakukan harapan kerja yang diharapkan orang lain,” ungkapnya.

“Kebanggaan bagi saya selaku seniman. Hasil karya saya mudah-mudahan disenangi seluruh peserta yang suka olahraga,” pungkasnya.

 

Comments are closed.