SAMARINDA, BERITAKALTIM.Com- Kota Samarinda sudah menyiapkan kader bela negara untuk ikut pendidikan dan pelatihan di Jakarta. Untuk angkatan pertama sudah terdaftar sebanyak 27 orang yang diambil dari internal instansi Pemkot Samarinda, yakni dari Satpol Pamong Praja Kota Samarinda.
Keberangkatan kader bela negara itu ke pelatihan dan pendidikan, masih menunggu instruksi dari Jakarta. “Tapi kapan saja diminta berangkat, sudah siap berangkat, berbagai surat-surat yang diperlukan dari instansi tempatnya bekerja sudah disiapkan juga,” kata Erham Yusuf, Kepala Badan Kesbangpol Kota Samarinda.
Menurut Erham, karena kegiatan bela negara ini berkesinambungan, maka tahun depan akan diadakan sosialisasi secara masif ke masyarakat melalui ormas, paguyuban, organisasi pemuda, organisasi profesi, maupun perusahaan-perusahaan.
Setelah sosialisasi dilakukan, lanjut Erham, akan dilakukan pendataan warga yang siap sewaktu-waktu dipanggil, atau dikelompokkan sesuai angkatan pendidikan dan latihan yang diminta Kemhan. “Ini kan program baru, jadi kita masih menunggu informasi yang komprehensif dari Jakarta,” tambahnya.
Ia yakin tidak akan kesulitan mendapatkan warga atau pemuda yang mau mengikuti diklat bela negara. Begitu pula soal biaya, karena ditanggung pemerintah pusat, daerah hanya menyiapkan person-person dan berbagai surat pengantar. “Intinya tidak ada masalah, siap sebab tak mungkin sepi peminat,” ujar Erham lagi.
Program pelatihan bela negara yang melibatkan 4.500 kader dari 45 kabupaten/kota akan dibuka Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhan, Jakarta, Kamis (22/10).
Untuk tahap pertama, pelatihan tersebut akan menyasar sekitar 100 calon pelatih inti di resimen induk komando daerah militer alias rindam.
“Pelatihan akan berlangsung selama satu bulan di masing-masing 45 kabupaten atau kota. Sifatnya sukarela, tanpa paksaan,” kata Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhan, Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin, kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Kesukarelaan kader bela negara diamini Yudianegara, calon peserta pelatihan bela negara di Surakarta, Jawa Tengah. Pemuda itu sengaja meninggalkan bangku kuliah selama satu bulan demi mengikuti pelatihan. Bersama 21 pria lainnya, dia tampak berbaris rapih di Komando Distrik Militer 0735 Surakarta.
“Saya sudah mohon izin pada keluarga dan kampus untuk ikut bela negara dan mereka mengizinkan. Saya termotivasi karena sejak dulu saya ingin menjadi tentara demi mempertahankan negara,” katanya.
Tentang berbagai tanggapan atas bela negara, Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin menolak anggapan bahwa bela negara sama dengan wajib militer.
“Pendek kata, kurikulum pelatihan bela negara tiada materi militernya sama sekali, yang ada baris berbaris. Inti dari kurikulum ialah lima nilai dasar, yakni cinta Tanah Air, rela berkorban, sadar berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, serat memiliki kemampuan awal dalam bela negara baik fisik maupun nonfisik,” papar Hartind.
Menurutnya, beragam problem bangsa Indonesia, seperti bentrokan antaragama, berawal dari pemahaman Pancasila yang minim. “Yang di Tolikara, kemudian di Aceh Singkil, itu kan terjadi awalnya dari bagaimana mereka menghayati Pancasila,” kata Hartind.
Untuk itulah, menurutnya, pendidikan kewarganegaraan akan diberikan dalam program pelatihan bela negara.#Into
Comments are closed.