TANJUNG REDEB, BERITAKALTIM.com- Fenomena air Sungai Segah dan Sungai Kelay berwarna hijau ke biru – biruan yang hingga kini tak kunjung berubah seperti semula, menambah kekhawatiran warga untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Untuk mengetahui fenomena tersebut, Pemkab Berau mendatangkan seorang pakar dari Unmul dan melibatkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Kaltim, hasil penelitian itu pun disampaikan kepada masyarakat.
Pemaparan Senin (9/10/2015) dihadiri Pj Bupati Berau, Syarifuddin, SKPD terkait, beserta instansi terkait, Ketua DPRD Berau, Hj Syarifatul Sya’diyah SPd MSi bersama beberapa anggota Dewan, LSM serta beberapa perwakilan perusahaan tambang bartubara dan perkebunan kelapa sawit.
Dalam kesempatan tersebut Pj Bupati Syarifuddin mengakui, bahwa fenomena air Sungai Segah dan Sungai Kelay ini menimbulkan kegelisahan warga. Karena sebagian warga megaku takut mengkonsumsinya, juga khawatir berdampak ketika air sungai tersebut menimbulkan efek ketika dibuat mandi.
“Sebab itu semua instansi terkait melakukan pengkajian di lapangan, dan hasilnya pun hari ini dipaparkan untuk diketahui masyarakat. Kami selaku pemerintah pun berharap semoga saja fenomena ini segera berakhir,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, lanjut Pj Bupati Syarifuddin, dalam pemaparan ini dapat menghasilkan pemikiran yang sama, sekaligus mencari solusi yang terbaik, bagaimana mengatasi fenomena ini.
“Karena inilah yang ditunggu – tunggu oleh masyarakat, agar kita bisa mencari jalan yang terbaik mengatasi persoalan ini. Sehingga kekhawatiran warga segera berakhir,” pintanya.
Pemaparan yang dimoderatori kepala BLH Berau, Ir H Zulkiflie MM tersebut, ketua DPRD Berau Hj Sarifatul Sya’diyah SPd MSi juga angkat bicara, agar dalam pemaparan ini dijelaskan secara transparan apa hasil pengkajian tersebut. Mengingat informasi hasil kajian ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Karena itu sampaikan apa adanya kepada masyarakat, agar masyarakat tahu fenomena ini disebabkan apa,” tegasnya.
Sehubungan fenomena ini, Sarifatul juga mengimbau kepada semua SKPD bekerja keras untuk mencari solusi. Karena itu, kata dia, pengkajian yang juga melibatkan Pusat Pengendalian Pembanguna, Ecoregion (P3E) Kalimantan, dan mendatangkan dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Unmul, Dr Ir Asfie Maidie M.Fish Sc tersebut , tidak berhenti sampai disini melakukan penelitian. Agar penyebab fenomena ini mendapatkan jawaban yang pasti, apakah fenomena ini disebabkan karena limbah perusahaan attau penyebab lainnya. harapnya.
Dikesempatan itu pula dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Unmul, Dr Ir Asfie Maidie M.Fish Sc juga menjelaskan, bahwa dari kesimpulan hasil kajian tersebut, perubahan warna air Sungai Segah maupun Sungai Kelay tersebut disebabkan cyanobakteria dan kemunculan bakteri yang dinamakan Cyanobacteria ini akibat peningkatan kadar nitrogen dan fosfor di dalam air yang melebihi kadar normalnya. Kadar nitrogen dan fosfor yang tinggi ini dapat disebabkan oleh limbah rumah tangga, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Kondisi ini juga semakin dikuatkan dengan kematian ikan-ikan di dalam sungai, bahkan ikan yang biasa mampu hidup tanpa adanya sumber oksigen yang banyak seperti ikan gabus dan lele.
“Bisa saja ini bukan karena bakteri itu, awalnya saya pikir juga begitu. Namun setelah melihat langsung ke lokasi, bisa dipastikan ini karena Cyanobacteria. Seperti yang ditemukan juga oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, bahwa di insang ikan ditemukan semacam lumpur. Sebenarnya itu bukan lumpur namun bakteri tersebut yang sudah mati, sehingga menjadi penyebab ikan tidak mampu mengambil oksigen dan akhirnya tak bernyawa,”urainya.
Menurutnya, kondisi ini merupakan hal yang sangat langka terjadi, tetapi terjadi juga di daerah lain, termasuk di luar negeri. “Karena itu untuk makan ikan sungai sebaiknya dibuang bagian tempat berkumpulnya toksin, seperti insang dan hati. Sedangkan untuk air dapat saja dikonsumsi jika diendapkan dulu kemudian diberi formula seperti tawas atau kaporit.
Dalam kesempatan itu pula kepala BLH Berau, Ir H Zulkiflie MM pihaknya terus berupaya malkukan monitoring di lapangan. “Karena itu kami juga mengimbau kepada perusahaan – perusahaan dan masyarakat agar tidak melakukan pencemaran linkungan, agar ditahun – tahun yang akan datang tidak terjadi serupa, khuussnya pada saat musim kemarau panjang seperti sekarang,” tegasnya. #hel
Comments are closed.