BeritaKaltim.Co

Kebakaran di Loa Janan Ulu: Musibah Atau Sabotase?

DCIM100MEDIA
Paron Roro, korban kebakaran.

SAMARINDA, BERITAKALTARA.com- Suasana duka dan trauma masih menyelimuti keluarga Paron Boro (50) warga RT 01 Dusun Loa Ranten, Desa Loa Janan Ulu, Kukar setelah rumah dan seluruh isinya ludes terbakar, kini tersisa puing-puing.

Menurut keterangan warga, kebakaran pada 4 Desember 2015 itu terindikasi dilakukan orang tidak bertanggungjawab. Kecurigaan warga karena api tersulut cepat, seakan telah disiram bahan bakar. Ketika disiram air, api justru semakin membesar dan anehnya dalam rumah tidak tercium bau gosong atau terlihat asap.

Lebih lanjut, warga yang terjun langsung melakukan pemadaman menyebutkan, bahwa api timbul dari samping rumah bagian luar.

Saat itu korban Paron Boro dan seluruh penghuni rumah sedang nonton tv. Sementara isteri Paron Boro melipat pakaian, tiba-tiba pintu depan bergoyang seakan ada yang mendorong dari arah luar rumah.

Dan ketika dibuka, api sudah membesar dan lipatan baju pun langsung dilempar dan seluruh penghuni berhamburan keluar rumah sementara salah satu keluarga masuk kamar menyelamatkan seorang bocah yang tengah tertidur lelap berhasil membawa keluar dan dalam hitungan detik api sudah merambah semua bagian rumah.

sisa rumah yang terbakar.
sisa rumah yang terbakar.

Dugaan ada yang membakar kawasan itu didukung pula karena sekitar lokasi kebakaran akan dibangun pasar, tapi belum tersosialisasi. Rumah yang terbakar tersebut berada di atas tanah milik pemerintah, yakni lahan Pasar Inpres yang sebelumnya juga terdapat bangunan kantor Dinas Pendidikan UPTD Loa Janan yang kini sudah kosong.

Masyarakat yang bermukim di atas lahan pasar tersebut warga yang memegang surat hak pakai. Sebagian besar yang bermukim di atas lahan tersebut adalah warga eks kebakaran sekitar jembatan simpang tiga Loa Janan juga beberapa warga Loa Ranten yang belum memiliki rumah ikut menumpang.

Cerita yang berkembang di masarakat menyebutkan, bahwa malam saat kejadian, tukang sate dan penjual keripik berteriak kebakaran. Mereka melihat sosok orang tak dikenal beranjak meninggalkan tempat timbulnya api pertama kali. Keesokan harinya hingga kini para pedagang itu menghilang karena tak ingin dijadikan narasumber, ditengarai karena di bawah ancaman.

Isu lainnya yang beredar di masyarakat, kejadian itu sudah ada scenario yang tersusun rapi dan terencana dengan baik, sehingga api cuma melalap rumah itu saja. Dugaannya ada kelompok tertentu bermaksud menjadikan lahan parkir jika rencana pembuatan pasar tersebut terealisasi.

Dari hasil penelusuran, terungkap bahwa sebagian masyarakat mencurugai ada aktor intelektual di balik peristiwa ini. Tudingan mengarah ke oknum yang berkepentingan atas pembangunan pasar di kawasan itu.

Warga setempat mengaku heran, karena saat kebakaran terjadi tidak terlihat ada aparat desa di lokasi kebakaran. Baru beberapa hari kemudian Kades Loas Janan Ulu, Susilo berkunjung dan menyampaikan kepada korban untuk tidak membangun di atas lahan kebakaran tersebut.

Sementara pihak korban ketika dikonfirmasi, membenarkan bahwa saat kejadian kades memang tidak nongol tapi justru memerintahkan Ketua RT setempat menyuruhnya menghadap tapi dia menolak.

Paron Boro dan keluarganya sangat kecewa dengan sikap kades dan menyesal telah memilihnya. Ketika ditanya tentang di mana akan membangun, dia berharap akan membangun kembali jika pemerintah belum menggunakan tanah itu, tapi jika dipakai maka diapun berharap jangan cuma dirinya yang diusir tetapi semua penghuni di atas lahan itu.

“Jangan ada diskriminasi, sebagai warga, Saya memiliki hak yang sama,” ujarnya.

Surat perintah larangan membangun yang dilayangkan Kades Loa Janan Ulu, Raja Alengka, No:145/129 /LJU/XII/2015 dengan melampirkan copy surat Camat Loa janan No:032/1167/PMD.

“Kalau begini saya curiga. Sebagai masyarakat yang merasa tidak ada keadilan, kami akan melawannya,” tandasnya.

Kekesalan Paron Roro bertambah, karena ada relawan dan Dinsos Kaltim yang menanyakan kepadanya apakah rumah yang terbakar bangsalan tiga pintu. Padahal, yang terbukakar cuma satu rumah dan bukan bangsalan.

“Jadi, saya menduga ada penumpang gelap yang membuat laporan ke Dinas Sosial bahwa yang terbakar bangsalah 3 pintu. Mungkin maksudnya agar bantuan yang diberikan pemerintah kepada tiga korban. Padahal korbannya cuma saya,” ujar Paron, seraya mengatakan bahwa setelah lebih 2 minggu kejadian tak ada juga bantuan datang untuknya. #pro

 

 

Comments are closed.