BONTANG – Dari data yang dirilis Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bontang menobatkan Wira, seorang nenek warga Rt 03 Kelurahan Kanaan kelahiran Tator Sulawesi Selatan, 17 Januari 1888 atau 127 Tahun silam sebagai warga tertua di Bontang.
Masriah diwakili Titin Nurhasanah mengatakan Anak Ke empat dari empat saudara dari pasangan Lasa dan Nawi ini diyakini penghuni tertua yang ada di Kota Taman, pasalnya saat dilakukan perekaman e-KTP pihaknya tidak dapat menemukan data pribadi Wira yang diambil dari sidik jarinya.
“Dari data kami, Nenek Wira ini warga yang paling tua di Kota Bontang. saat kami pun mengambil data pribadi beliau melalui sidik jari, tahun beliau tidak dapat ditemukan. Malah yang tercantum cuma 1888,”terang Titin Disdukcapil menyambangi Wira di Kediamannya. Sabtu, 19 Desember 2015 siang tadi.
Tapi ada keganjilan. Karena anak semata wayang Wira, yang bernama Haniah mengaku berumur 61 tahun. Jika dikurangi usia Wira yang diprediksi 127 tahun, maka asumsinya Wira melahirkan Haniah pada usia 67 tahun. Tentu hal tersebut tidak masuk akal.
Haniah menjelaskan cerita tentang orangtuanya yang merupakan istri almarhum MP.Tolari. Kerluarga itu mengaku menginjakkan kaki sebagai warga Kota Bontang tahun 1983. Haniah beserta suami mulai hijrah ke Kota Taman membawa 6 anak beserta ibunya (Wira).
Lanjut dia, selama 36 tahun ia merawat dan menghidupi Wira beserta seorang anak yang ikut tinggal bersamanya dengan berdagang sayur-sayuran di pasar Telihan. Tak cukup memang, tapi hanya itu kemampuan Haniah dan ia mengatakan untuk tidak melibatkan kelima buah hati tercintanya terlebih lagi kelima buah hatinya tersebut telah berkeluarga.
“Saya bersama almarhum suami yang bawa ibu saya kesini, saya berusaha bertahan berbakti dan merawat ibu saya dengan seadanya tanpa ada uluran tangan siapapun dengan cara berjualan sayur di pasar. Saya beli 1 ikat Rp 3000 dan saya jual kembali Rp 4000. Kalau anak saya sering dibantu juga ya namanya anak, akan tetapi saya juga tidak bisa menyerahkan semuanya kepada mereka karena mereka juga harus menghidupi keluarga mereka masing-masing,”jelasnya dengan logat khas Tanah Toraja.
Ia pun menambahkan kondisi Wira saat ini hanya bisa melakukan aktifitas dengan cara menyeret kaki (ngesot) dan mengandalkan penglihatan dengan menggunakan satu mata sebab mata satunya sudah buta. Kondisi tersebut dialami Wira sejak 5 Tahun yang lalu.
“Modelnya kayak gitu aja ngesot, matanya pun Cuma satu aja yang melihat,”tambahnya sembari menunjuk Wira yang sedang berjalan menuju Toilet dengan cara menyeret-nyeret kakinya sambil meraba lantai.
Terpisah, di usia tuanya Wira tidak pernah mendapatkan uluran tangan dari pihak terkait pihak Pemerintah Pemerintah Kota Bontang. bahkan kata Haniah, Kartu Miskin yang dimiliki nenek tersebut diambil oleh pihak pemerintah setempat dengan alasan nenek tersebut sudah tidak terdaftar di Kota Bontang lagi.
“Sebelumnya ada yang datang ke rumah katanya dari RT meminta Kartu Miskin Nenek. Gak tau juga alasannya mereka menarik Kartu Miskin nenek. Mungkin mereka menganggap ibu saya sudah tidak ada,”pungkasnya dengan raut kening berkerut.#nd
Comments are closed.