BeritaKaltim.Co

Penyebaran HIV/AIDS Makin Mengkhawatirkan

MEA, Dokter dan Tenaga Medis Lokal Terancam

SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Penyebaran virus mematikan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kaltim sudah sangat mengkhawatirkan. Terutama di kota-kota besar di Kaltim seperti Samarinda, Balikpapan dan Kutai Kartanegara yang menempati urutan teratas pengidap HIV/AIDS.

Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), sejak 1993 sampai September 2015 terdapat 3.935 pengidap HIV dan 980 pengidap AIDS di Kaltim. Dari sekian itu, 437 di antaranya meninggal. Lebih mengkhawatirkan lagi 3 ribu lebih pengidap HIV/AIDS, 613 di antaranya merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT).

Jumlah pengidap HIV/AIDS tersebut masing-masing di Samarinda sebanyak 2.561, Balikpapan 1.239, Kutai Kartanegara 386, Kutai Timur 257, Bontang 212, Kutai Barat 125, Penajam Paser Utara 47, Paser 9 dan Berau 79.

Menyikapi hal itu, Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Mursidi Muslim menyampaikan bahwa perlu keterlibatan semua pihak dalam menggalakkan dan mensosialisasikan kepada masyarakat terhadap bahaya penyakit HIV/AIDS. Hal itu juga sebagai langkah untuk menekan penyebaran penyakit tersebut agar tidak semakin meluas.

Sebab menurutnya kita tidak bisa hanya mengandalkan KPA dengan kewenangan yang terbatas. Sehingga perlu peran tokoh-tokoh masyarakat, seperti juru dakwah. Namun di samping itu, KPA juga perlu meningkatkan kinerjanya menekan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Pasalnya KPA kini sudah tersebar di seluruh kabupaten/kota di Kaltim.

“Kita semua, bersama-sama perlu menggalakan sosialisasi ke masyarakat terkait bahaya narkoba. Sebab seperti kita ketahui, sering kali sosialisasi hanya digerakkan oleh organisasi-organisasi tertentu saja. Harusnya sosialisasi tersebut digerakkan secara sistematik,” ucapnya.

Politikus Partai Golkar ini meminta kepada masyarakat agar tidak menganggap remeh penyebaran HIV/AIDS. Dengan menganggap bahwa penyakit itu hanya menyerang di tempat-tempat tertentu.

Pasalnya masyarakat masih cenderung menganggap bahwa HIV/AIDS hanya dialami oleh Pekerja Seks Komersial (PSK). Padahal seperti yang terjadi di Kaltim jumlah IRT yang terkena HIV/AIDS ternyata lebih besar ketimbang PSK.

Tingkat penyebaran penyakit itu pun selalu bergeser atau terjadi transisi epidemologi. Kasus HIV/AIDS sebenarnya sejak 10 tahun lalu memang banyak diderita oleh PSK. Kemudian diderita pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik.

HIV/AIDS kemudian menjangkau juga pada mereka yang penyuka sesama jenis. Yakni kaum gay dan waria, tetapi belakangan terjadi pergeseran lagi, yakni kasus HIV/AIDS menyerang IRT.

Menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kukar-Kubar ini, IRT menjadi rentan terjangkit HIV dibanding PSK, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Tetapi yang menonjol bisa jadi karena suami yang tidak setia, seperti suami yang suka “jajan” di luar.

”Kita tahu bahwa IRT hanya di rumah menunggu suami, tetapi suami yang bisa ‘jajan’ di luar. Apalagi jika bekerja di tempat yang jauh meninggalkan keluarga, maka hal itu sangat rentan,” ujarnya. #adv/lin/gg/oke

SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Penyebaran virus mematikan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kaltim sudah sangat mengkhawatirkan. Terutama di kota-kota besar di Kaltim seperti Samarinda, Balikpapan dan Kutai Kartanegara yang menempati urutan teratas pengidap HIV/AIDS.

Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), sejak 1993 sampai September 2015 terdapat 3.935 pengidap HIV dan 980 pengidap AIDS di Kaltim. Dari sekian itu, 437 di antaranya meninggal. Lebih mengkhawatirkan lagi 3 ribu lebih pengidap HIV/AIDS, 613 di antaranya merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT).

Jumlah pengidap HIV/AIDS tersebut masing-masing di Samarinda sebanyak 2.561, Balikpapan 1.239, Kutai Kartanegara 386, Kutai Timur 257, Bontang 212, Kutai Barat 125, Penajam Paser Utara 47, Paser 9 dan Berau 79.

Menyikapi hal itu, Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Mursidi Muslim menyampaikan bahwa perlu keterlibatan semua pihak dalam menggalakkan dan mensosialisasikan kepada masyarakat terhadap bahaya penyakit HIV/AIDS. Hal itu juga sebagai langkah untuk menekan penyebaran penyakit tersebut agar tidak semakin meluas.

Sebab menurutnya kita tidak bisa hanya mengandalkan KPA dengan kewenangan yang terbatas. Sehingga perlu peran tokoh-tokoh masyarakat, seperti juru dakwah. Namun di samping itu, KPA juga perlu meningkatkan kinerjanya menekan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Pasalnya KPA kini sudah tersebar di seluruh kabupaten/kota di Kaltim.

“Kita semua, bersama-sama perlu menggalakan sosialisasi ke masyarakat terkait bahaya narkoba. Sebab seperti kita ketahui, sering kali sosialisasi hanya digerakkan oleh organisasi-organisasi tertentu saja. Harusnya sosialisasi tersebut digerakkan secara sistematik,” ucapnya.

Politikus Partai Golkar ini meminta kepada masyarakat agar tidak menganggap remeh penyebaran HIV/AIDS. Dengan menganggap bahwa penyakit itu hanya menyerang di tempat-tempat tertentu.

Pasalnya masyarakat masih cenderung menganggap bahwa HIV/AIDS hanya dialami oleh Pekerja Seks Komersial (PSK). Padahal seperti yang terjadi di Kaltim jumlah IRT yang terkena HIV/AIDS ternyata lebih besar ketimbang PSK.

Tingkat penyebaran penyakit itu pun selalu bergeser atau terjadi transisi epidemologi. Kasus HIV/AIDS sebenarnya sejak 10 tahun lalu memang banyak diderita oleh PSK. Kemudian diderita pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik.

HIV/AIDS kemudian menjangkau juga pada mereka yang penyuka sesama jenis. Yakni kaum gay dan waria, tetapi belakangan terjadi pergeseran lagi, yakni kasus HIV/AIDS menyerang IRT.

Menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan Kukar-Kubar ini, IRT menjadi rentan terjangkit HIV dibanding PSK, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Tetapi yang menonjol bisa jadi karena suami yang tidak setia, seperti suami yang suka “jajan” di luar.

”Kita tahu bahwa IRT hanya di rumah menunggu suami, tetapi suami yang bisa ‘jajan’ di luar. Apalagi jika bekerja di tempat yang jauh meninggalkan keluarga, maka hal itu sangat rentan,” ujarnya. #adv/lin/gg/oke

Comments are closed.