BeritaKaltim.Co

Tol Kian Seksi

foto web 403Tidak feasible. Itulah proyek jalan tol Balikpapan – Samarinda yang dirancang sejak 8 tahun silam. Penggagas awalnya adalah Gubernur Kaltim Suwarna AF. Dana yang disiapkan waktu itu baru sebatas penjajakan membuat perencanaan.

Pada era Gubernur Awang Faroek Ishak yang dimulai tahun 2009, ide itu terus bergulir. Bahkan tidak terbendung, walaupun mengalami pro dan kontra cukup keras di masyarakat maupun parlemen.

Secara umum warga Kaltim ingin punya jalan tol. Tapi mereka mempermasalahkan dari mana uangnya. Sebab kondisi jalan yang ada saja di Kaltim masih amburadul. Hampir semua jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten dan kota dalam kondisi memprihatinkan.

Tidak layak membicarakan jalan tol di situasi sekarang. Kecuali pemerintah pusat yang membiayainya.

Awang Faroek Ishak tak pernah mundur dengan rencana besarnya. Begitu dilantik menjadi gubernur dia langsung menggeber rencana itu. Proyek jalan tol berada di ranking prioritas dalam sejumlah proyek yang dirancang. Melalui perdebatan panjang yang a lot dengan sejumlah anggota DPRD Kaltim, akhirnya anggaran dikabulkan dengan sistim multiyears contract atau tahun jamak.

DPRD Kaltim setuju digelontorkan Rp2 Triliun selama 3 tahun. Anggaran itu hanya untuk pembebasan lahan serta pembuatan badan jalan. Harapan gubernur, setelah “dipancing” dengan anggaran dari pemerintah sebesar Rp2 triliun, ada investor yang menyambar.

Sayangnya, investor yang ditunggu-tunggu tak juga muncul. Jalan tol yang diprediksi menelan biaya lebih Rp11 triliun, bukan termasuk bisnis seksi. Terlalu besar nilai investasinya. Sementara perhitungan pengembalian modal yang diharapkan dirasa masih kecil.

Para investor dengan mudah menghitung; Berapa banyak jumlah mobil yang bakal memanfaatkan jalan tol itu?

Jalan tol di Kaltim masih jauh beda dengan di Pulau Jawa, yang setiap hari dilewati ribuan mobil. Kalau di Kaltim diperkirakan hanya dimanfaatkan ratusan mobil saja. Kalau tiap mobil dipungut membayar tarif tol, hitung-hitungan pengusaha; sampai kapan bisa balik modal.

Oke lah. Itu hitung-hitungan pengusaha. Sementara untuk hitung-hitungan Awang Faroek Ishak, tak ada kata putus asa. Dia terus berusaha keras agar proyek jalan tol ‘laku’, seksi dan diminati investor. Dia juga berusaha keras agar pemerintah pusat memasukkan proyek jalan tol Balikpapan – Samarinda dalam rencana anggaran di APBN atau pinjaman lunak dari luar negeri.

Maklum saja, usaha Gubernur Faroek sempat mengalami kebuntuan di era Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Proyek jalan tol di Kaltim tidak pernah digubris. Bahkan tidak pernah dibahas dalam rapat-rapat kabinet.

Dalam rapat kabinet, yang sering muncul justru menyangkut dua kawasan hutan lindung yang bakal dilalui jalan tol Balikpapan-Samarinda. Pemprov Kaltim mengusulkan pinjam pakai lahan di kawasan terlarang itu, namun prosesnya tidak mudah karena perlu perubahan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang melibatkan banyak instansi.

Baru di era Presiden Joko Widodo, terealisasi pembiayaan di luar APBD. Untuk Seksi V yang melintasi Km 13 Balikpapan – Sepinggan sepanjang 11 Km, dipastikan ruas jalan itu dibangun perusahaan asal Tiongkok, Beijing Urban Construction Group (BUCG) dengan konsorsium (joint operation) PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Pembangunan Perumahan (PP).

Nilai kontrak Seksi V ini adalah Rp 848,55 miliar dengan masa pelaksanaan 730 hari kalender atau kurang lebih dua tahun. Sumber dana pembiayaan untuk ruas tol Seksi V ini berasal dari APBN dan loan Tiongkok.

Optimisme Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak kembali merekah. Keyakinannya selama menjadi gubernur 7 tahun silam berhasil mengalahkan keragu-raguan publik yang kuatir proyek bakal macet seperti banyak proyek-proyek lainnya di Kaltim.

Tahun 2018, diperkirakan, jalan tol sudah bisa dinikmati masyarakat. Semoga. #

===========////=============================================================================================

 

Awang Menanti 7 Tahun

Setelah 7 tahun menjadi Gubernur Kaltim, jalan tol yang menghubungkan Balikpapan-Samarinda baru direstui pemerintah pusat.

 

foto laput awang faroek ishakRaut wajah Awang Faroek Ishak, sumringah. Setelah tujuh tahun menjadi Gubernur Kaltim, baru di era Presiden Joko Widodo usulannya memasukkan proyek jalan tol Balikpapan – Samarinda tembus didanai APBN. Tak hanya itu, malah digaet pula dana lunak dari luar negeri untu mengerjakan seksi V.

“Ini kabar yang sangat menggembirakan. Jalan tol kita sudah mendapat dukungan pusat. Saya minta rakyat Kaltim bersabar karena program infrastruktur yang kita rencanakan, semuanya akan kita tuntaskan. Perlu kesabaran dan kami tidak akan berhenti berjuang, baik melalui sumber dana APBD, APBN, loan atau pinjaman luar negeri, termasuk investasi swasta dalam negeri maupun luar negeri,” ucap Awang Faroek di Ruang Sapta Taruna Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Hari itu (23/9/2015), jadi hari bersejarah bagi Kaltim. Sebab jalan tol Balikpapan – Samarinda adalah ‘cita-cita’ Awang Faroek Ishak sejak masa kampanye dirinya mencalonkan diri jadi Gubernur tahun 2009 silam. Tapi tekad kuatnya ternyata tak direspon pemerintah pusat era Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Walaupun untuk kepentingan itu Kaltim telah menggelontorkan APBD sebesar Rp2 triliun.

Di era pemerintahan Jokowi – JK, proyek jalan tol direspon. Dimulai dengan kontrak pembangunan jalan tol Seksi V yang melintasi Km 13 Balikpapan – Sepinggan sepanjang 11 Km. Pekerjaan dengan kontrak Rp848,5 miliar itu dibangun oleh perusahaan asal Tiongkok, Beijing Urban Construction Group (BUCG) dengan konsorsium (joint operation) PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Pembangunan Perumahan (PP). Masa kerja, 730 hari kalender atau kurang lebih dua tahun. Sumber dana pembiayaan untuk ruas tol Seksi V ini berasal dari APBN dan loan Tiongkok.

Perjuangan Awang Faroek Ishak belum selesai. Sebab masih ada 4 seksi yang memerlukan dukungan penuh lainnya. Untuk pekerjaan Seksi I (Km 13 Balikpapan – Samboja), kontraknya sudah ada multiyears contract selama 3 tahun melalui APBD Kaltim senilai Rp 1,5 triliun.

Seksi I ini dibagi dalam lima segmen dan dikerjakan masing-masing oleh PT Wijaya Karya (panjang 4,8 Km nilai kontrak Rp 322,3 miliar, PT Bangun Cipta (panjang 3,45 Km nilai kontrak Rp 238,2 miliar), PT Adhi Karya (panjang 5,9 Km nilai kontrak Rp 317,7 miliar), PT Hutama Karya (panjang 3,9 Km nilai kontrak 273,5 miliar) , dan PT Waskita Karya (panjang 3,28 Km nilai kontrak Rp 273,6 miliar).

Tinggal untuk seksi II, III dan IV, yang sudah ditender dan pada 2016 dijadwal sudah dikerjakan pula.

Perusahaan plat merah sudah menyatakan minatnya berpartisipasi di proyek jalan tol pertama di Kalimantan ini. PT. Wijaya Karya Tbk. (Wika) misalnya, menargetkan bisa mendapatkan 20% nilai proyek pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda yang akan ditawarkan ke investor.

Rencana sudah disusun Wika, yakni membentuk konsorsium dengan Jasa Marga dan PT. Pembangunan Perumahan (PP). Menurut Corporate Secretary Wika, Suradi, Wika selalu tertarik pada investasi yang akan memberikan potensi pendapatan bagi perusahaan, termasuk di antaranya proyek tol Balikpapan-Samarinda. Selain mengincar investasi, pihaknya juga berencana mendapatkan pekerjaan konstruksinya.

“Kita akan masuk investasi bersama Jasa Marga dan PT. PP . Saat ini masih negosiasi, tetapi maksimal 20%,” ujarnya, beberapa waktu lalu dalam sebuah kesempatan kepada wartawan.

PT Pembangunan Perumahan TBK (PTPP) tak kurang agresif pula. Perusahaan ini menargetkan bisa mendapatkan setidaknya sekitar 25 persen dari total nilai proyek pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 99,2 kilometer (km).

Proyek pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda akan memakan investasi senilai Rp 11,4 triliun. Proyek ini ini ditargetkan sudah harus selesai dan bisa beroperasi pada 2019.

Semangat juga datang dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. “Saya minta dengan hormat, setelah penandatanganan kontrak ini, BUCG segera melakukan persiapan lapangan and start to work. Why, because in one month, the President will visit to check our work,” kata Menteri Basuki. BUCG adalah perusahaan dari Beijing yang mengerjakan Seksi V. #le

/===========================================================================================================

5 Seksi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda

foto laput membuka jalan tol2

  • Seksi I (Km 13 Balikpapan – Samboja) yang kontraknya sudah ditandatangani Mei lalu melalui pembiayaan multiyears contract (3 tahun) APBD Kaltim senilai Rp 1,5 triliun. Seksi I ini dibagi dalam lima segmen dan dikerjakan masing-masing oleh PT Wijaya Karya (panjang 4,8 Km nilai kontrak Rp 322,3 miliar, PT Bangun Cipta (panjang 3,45 Km nilai kontrak Rp 238,2 miliar), PT Adhi Karya (panjang 5,9 Km nilai kontrak Rp 317,7 miliar), PT Hutama Karya (panjang 3,9 Km nilai kontrak 273,5 miliar) , dan PT Waskita Karya (panjang 3,28 Km nilai kontrak Rp 273,6 miliar).

Tanggung jawab Pemerintah Daerah,

 

  • Seksi II, III dan IV menjadi tanggung jawab Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang saat ini masih dalam proses pra kualifikasi.Seksi V menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.
  • Seksi V yang melintasi Km 13 Balikpapan – Sepinggan sepanjang 11 Km.

Dibangun oleh perusahaan asal Tiongkok, Beijing Urban Construction Group (BUCG) dengan konsorsium (joint operation) PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Pembangunan Perumahan (PP). Nilai kontrak Seksi V ini adalah Rp 848,55 miliar dengan masa pelaksanaan 730 hari kalender atau kurang lebih dua tahun. Sumber dana pembiayaan untuk ruas tol Seksi V ini berasal dari APBN dan loan Tiongkok. #

 

===========================================////////////////

 

 

Ada 19 Calon Investor Jalan Tol

foto web 403Membahas masa depan jalan tol Balikpapan – Samarinda sejauh 99, 4 Kilometer yang sedang dibangun pemerintah tak lengkap rasanya jika tak menyertakan Ir Joko Setiono MT. Dia adalah Kepala Bidang Bina Marga Dinas Perkerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur. Orang yang berkompetensi dalam proyek jalan bergengsi dan pertama di Kalimantan ini.

Dari Joko bisa diketahui bagaimana hitung-hitungan ekonomi, untung rugi, layak dan tidak layak, investor masuk dalam pekerjaan tersebut. Pemerintah terus berupaya menggelontorkan anggaran, agar pada suatu titik para pengusaha tertarik menanamkan modalnya.

Saat dilakukan wawancara oleh Harianto Rivai dari bongkarMAGZ di ruang kerjanya, banyak istilah-istilah ekonomi yang diucapkan pria kelahiran Tanjung Balai, 03 Maret 1967 ini. Terasa sekali kalau penyandang Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil Tahun 2003 ini menguasai seluk beluk proyek jalan Tol Balikpapan – Samarinda yang sempat kontroversi sejak perencanaan 8 tahun silam.

Berikut petikan wawancaranya;

Sudah bagaimana progress jalan tol Balikpapan – Samarinda?

Untuk kegiatan pembangunan kelanjutan jalan tol Balikpapan – Samarinda memang kita baru mulai di tahun 2015 ini. Sempat terjadi vakum satu tahun di tahun anggaran 2014, karena begitu selesai multiyears, kontrak pembangunan jalan tol tahap pertama yaitu 2010 sampai 2013, kita berharap setelah selesai tahap pertama itu, menjadi hal yang menarik bagi investor. Tetapi di dalam perjalanan di 2014 kelihatannya belum menarik, sehingga di 2015 kita lakukan lagi penganggaran untuk menyelesaikan salah satu seksi.

Jadi, tahun 2015 baru digenjot lagi pakai APBD?

Di jalan tol itu ada lima seksi, sehingga kita garap lagi satu seksi dengan pembiayaan sumber dana APBD provinsi. Hal ini berkaitan dengan hasil study kelayakan untuk mendapatkan FIRR (Financial Internal Rate of Return, red) kita atau tingkat pengembalian modal. IR (Internal Rate, red) jalan pembangunan tol Balikpapan – Samarinda harus mencapai di atas 16 persen. Kalau IR-nya di bawah 16 persen, investor manapun sampai saat ini mungkin tidak akan tertarik.

Tapi kita pancing lagi dengan program sunk cost atau dukungan dana pemerintah dalam hal penyelesaian jalan tol tersebut, akan menambah nilai FIRR sementara EIRR (Economic Internal Rate of Return, red) kita sudah mencapai 19 persen.

Dari segi pertumbuhan ekonomi, ini sudah dijamin akan berkembang, tapi dari segi pengembalian investasi, FIRR adalah kelayakan financial. Seseorang untuk menanamkan dananya di pembangunan tersebut, dia harus menghitung pengembalian modal yang dia tanamkan. Jadi FIRR ini kalau masih di bawah 16 persen dia (investor, red) tidak tertarik, kalau di atas 16 persen dia akan tertarik.

Kalangan pengamat ekonomi mengatakan bisnis jalan tol di Kaltim tidak feasible. Bagaimana cara merayu investor agar tertarik?

Ya, begitu caranya. Kita harus mendapatkan nilai dari pembangunan tersebut; berapa cost yang harus dia keluarkan untuk membiayai penyelesaian jalan tol. Nah, mau tidak mau pemerintah mengeluarkan program sunk cost lagi.

Untuk seksi satu yang panjangnya 22 km, sudah dibiayai multiyears, kontrak mulai 2015 sampai 2018, sumber dana APBD provinsi. Kemudian Alhamdulillah yang seksi lima, yaitu km 13 sampai sepinggan (11 km – red), sudah ditanggung oleh pemerintah pusat melalui program dana loan, dana China, kontraktornya dari China, Beijing Urban Constuction Group. Itu berassosiasi, berkonsorsium dengan BUMN kita PT Wijaya Karya.

Seksi satu dan seksi lima sudah dibiayai oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Otomatis nilai FIRR kita semakin menarik bagi investor, makanya BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) sudah membuka diri dan sudah memproses lelang pengelolaan pengatur jalan tol untuk seksi dua, tiga dan empat.

Jadi, semua seksi sekarang sudah bertuan. Seksi satu dan seksi lima sudah jelas kontraknya sampai 2018, sementara seksi dua, tiga dan empat masih berproses lelang.

Nah, saat sekarang ini masih proses prakualifikasi yang dilakukan oleh BPJT Kementerian PU, yang mana ini diperkirakan di bulan Maret 2016 sudah selesai lelang investasi. Begitu lelang investasi selesai, mereka akan lanjutkan lelang konstruksi. Yang melakukan lelang konstruksi itu adalah pemenang calon investor tersebut tetapi tetap dipandu dan dikendalikan oleh PBJT.

Jadi, BPJT saat sekarang ini baru melelang calon investor jalan tol. Ketika Investor sudah pasti, sudah ditetapkan sebagai pemenang, investor tersebut akan melelangkan konstruksinya, melelangkan pelaksananya.

Optimistis proyek ini jalan terus?

Jadi kami berhitung ketika secara keseluruhan sudah dimulai pelaksanaan kegiatan fisiknya seperti seksi dua, tiga dan empat itu paling cepat awal Mei 2016 itu sudah dimulai. Insya Allah, 2018 lima seksi tersebut, pembangunan jalan tol Balikpapan – Samarinda sudah bisa melayani kebutuhan masyarakat Kaltim.

Katanya jalan tol ini terkoneksi dengan Jembatan Pulau Balang?

Ini merupakan suatu sarana moda transportasi darat. Nah, Ini jadi menarik ketika moda transportasi darat tersebut terkoneksi dengan pembangunan moda transportasi darat melalui jembatan Pulau Balang bentang panjang. Bentang panjang sendiri itupun sudah dapat support dari Kemeterian PU melalui sumber dana APBN. Bentang pendek yang panjangnya 470 meter, sudah selesai tahun ini. Sementara bentang panjang sendiri itu 800 meter, bentang tengah (bentang utama) 370 meter, kontraknya sudah ditandatangani di Kementerian PU untuk bentang panjang jembatan Pulau Balang.

Putus kontrak sampai 2018, artinya pemerintah pusat dengan pemerintah daerah benar-benar serius untuk menuntaskan jalan trans Kalimantan.

Jembatan Pulau Balang ini adalah bagian dari satu kesatuan trans Kalimantan. Ketika jembatan ini sudah selesai tidak ada lagi jalan trans Kalimantan sisi selatan yang terputus, semua sudah terkoneksi. Nah, dilihat dari sarana transportasi tersebut, kepentingan bagi perekonomian sungguh luar biasa nantinya. Perekonomian kawasan industri Buluminung terkoneksi dengan kawasan industri di Kariangau, terkoneksi juga dengan kawasan industri di sepanjang Balikpapan – Samarinda menuju ke Bontang. Ini suatu hal yang luar biasa.

Dengan pembangunan sarana tranportasi jalan dan jembatan, yakinlah pertumbuhan ekonomi Balikpapan, Samarinda terus Tenggarong sebagai Pusat Kegiatan Nasional kita, ini akan menjadi besar sekali pertumbuhan ekonominya.

Bisa dijelaskan tentang 5 seksi jalan tol Balikpapan-Samarinda. Dengan progresnya?

Ada lima seksi, seksi satu terdiri atas lima segmen. Seksi lima terdiri dari satu segmen saja, dilaksanakan oleh satu kontraktor yaitu Beijing Urban Construction Group berassosiasi dengan PT Wijaya Karya.

Kembali ke seksi satu yang dibiayai oleh APBD provinsi itu, dibagi atas lima segmen, total panjangnya 22 km. Untuk segmen pertama adalah PT Adi Karya, segmen ke dua PT Wijaya Karya, segmen ke tiga yaitu PT Bangun Cipta Kontraktor ini satu-satunya kontraktor swasta murni, segmen ke empat PT Hutama Karya dan segmen ke lima PT Waskita Karya. Nah, Segmen satu, dua, tiga, empat dan lima ini dari km 13 tembus sampai km 38.

Bagaimana soal pembebasan lahan?

Dari segi regulasi kita sudah aman. Secara keseluruhan, sudah 84 persen yang sudah dibebaskan. Yang menjadi problem dan ini sudah kita ekspose kepada Direktorat Bina Marga melalui Pak Dirjen langsung, untuk hutan lindung Sungai Manggar belum bebas karena ada tanah transmigrasi Angkatan Darat. Ternyata di lapangan banyak pengakuan masyarakat sebagai miliknya tetapi tidak bersertifikat.

Nah, ini menjadi polemik bagi teman-teman Badan Pertanahan Balikpapan dan ini sedang diselesaikan oleh pihak Balikpapan. Khusus seksi lima, provinsi hanya menerima lahan, masalah pembebasan lahan menjadi kewajiban Balikpapan.

Berbeda dengan seksi satu, dua, tiga dan empat. Sekarang ini masih dalam proses di Badan Pertanahan Balikpapan dan diultimatum oleh Pak Dirjen Bina Marga karena ini dana loan dan APBN. Akhir Desember 2015 harus tuntas. Kalau soal anggaran kita tidak ada masalah, cuma masalah lahan yang tumpang tindih, Badan Pertanahan juga kesulitan. Kita sudah sepakat dengan Pak Gubernur, sampai akhir Desember 2015 tidak ada kejelasan juga dari BPN, dana anggaran khusus untuk bidang-bidang yang belum jelas administrasinya akan dititipkan di pengadilan, sistem konsinyasi. Itu jalan terakhir, walaupun kita tidak menginginkan itu ditempuh.

Intinya, masalah pembebasan lahan harus selesai tahun 2015?

Iya. Menyangkut nilai ganti lahan dilakukan oleh tim independen dalam hal ini KJPP (Konsultan Jasa Penilai Publik) atau tim appraisal. Hasil appraisal itulah yang disampaikan kepada Badan Pertanahan. Badan Pertanahan Kanwil, Badan Pertanahan Balikpapan, Badan Pertanahan Kutai Kartanegara dan Badan Pertanahan Samarinda. Jadi BPN ini merujuk kepada hasil dari appraisal atau konsultan KJPP. Ada lima titik yang belum clear.

Menurut kacamata Pak Dirjen, pembebasan lahan di Kaltim ini jauh lebih baik dari provinsi lain. Karena menurut beliau, seperti Manado – Bitung sampai saat ini progresnya masih lambat sekali.

Kita, Alhamdulillah cukup serius semua BPN baik kanwil maupun kabupaten/kota benar-benar menseriusi hal ini bahkan Balikpapan belum lama ini dikunjungi lagi oleh Pak Lucky Koral, beliau adalah Ketua Tim Percepatan Pembebasan Lahan Wilayah Indonesia Timur. Beliau juga cukup melihat progres di Kaltim ini jauh lebih bagus dari progres Manado – Bitung. Manado – Bitung juga sama, proses pembangunan jalan tol. Memang di mana-mana, pembangunan jalan tol masalah lahan selalu menjadi problematik utama.

foto laput progres jalan tol Balikpapan - Samarinda Sudah ada calon investor?

Sampai saat ini masih dalam tahap proses prakualifikasi, itu sudah ada 19 calon investor yang sudah memasukkan kemampuan profile perusahaan mereka ke BPJT. Dari 19 calon investor, rinciannya , empat swasta luar negeri, sepuluh swasta nasional dan lima BUMN. Semua akan dievaluasi keabsahannya, kebenarannya dan kemampuannya. Tahap evaluasi ini betul-betul diperketat oleh BPJT , mengevaluasi dan mengklarifikasi semua data-data yang masuk ke Tim Panitia BPJT. Dari 19 calon investor tersebut kita belum tahu siapa yang lolos atau siapa yang lulus prakualifikasi.

Prakualifikasi sekarang masih buka?

Sudah ditutup, sekarang dalam evaluasi PQ. Bisa saja dari 19 calon investor ini, mungkin sepuluh yang lulus. Nah, yang lulus ini akan memasukkan penawaran kepada BPJT lagi. Jadi ini tahap kedua. Setelah kami hitung-hitung jadwal, paling cepat di bulan Februari atau Maret 2016 baru selesai evaluasi penetapan pemenang calon investor. Setelah itu, lanjut lagi tahapan lelang konstruksinya yang diselenggarakan oleh pemenang lelang calon investor didampingi oleh BPJT. Jadi, seksi dua, tiga dan empat ini akan dilaksanakan oleh pihak investor. Siapa kontraktornya kita tidak tahu. Kalau calon investor ‘kan yang dievaluasi pertama adalah kemampuan keuangannya.

Persiapan lahan sudah selesai, ya?

Sebagian sudah diuruk, semacam land clearing. Jadi, masing-masing segmen pada saat multiyears tahap pertama dulu di 2010 sampai 2013 dibagi lima segmen. Sama, masing-masing segmen sudah ada yang kita selesaikan. Misalnya segmen lima, kita sudah menyelesaikan flyover. Rejectnya sudah ada 500 meter kanan-kiri. Kemudian seksi satu, kita sudah selesaikan 1,7 km jalan betonnya, penyiapan badan jalannya lebih kurang 5 km yang siap dilaksanakan konstrusi atasnya. Seksi dua, lebih kurang kita sudah bangun overpassnya sekitar 900 meter jalan rejectnya. Seksi tiga dan seksi empat, bisa kita lihat yang di seberangnya jembatan Mahkota ujung, sudah kita bangun lebih kurang 600 meter. Itu yang sudah kita selesaikan tahap pertama.

Semua ini, apa sudah membuat bisnis ini seksi?

Dengan pancingan-pancingan seperti ini akan membuat nilai efek FIRR kita semakin mendekati 16 persen, investor akan semakin tertarik menanamkan investasinya di sini. Itu dia, kalau ini tidak ada, mungkin nilai FIRR kita masih di bawah 10 persen. Jadi, ibaratnya kalau kita mau jual sesuatu ‘kan harus kita buat kemasannya yang menarik. Seperti inilah, kita buat kemasan menarik sehingga orang semakin interest.

Ada 19 calon investor yang telah mengikuti aanwijzing, apa ini sudah dipastikan sukses?

Ya. Kami yakin. Manado – Bitung saja yang daftar cuma sepuluh, tapi Balikpapan – Samarinda kami kaget sampai 19 calon investor. Ada yang dari China, juga ada dari Malaysia cukup menarik perhatian investor untuk membiayai ini.

Kembali ke soal pengurukan yang dibagi lima segmen tadi, itu anggarannya berapa?

Total keseluruhan, kalau yang seksi lima, biaya penyelesaian kelanjutan ini lebih kurang 850 miliar rupiah, penyelesaian sampai tuntas. Sementara yang seksi satu, penyelesaian sampai tuntas, sampai fungsi lebih kurang 1,5 triliun yang mana ini terbagi atas lima segmen. Dari lima segmen tersebut ‘kan bervariasi. Ada yang kontraknya 300 miliar, ada yang 250 miliar tapi total keseluruhannya 1,5 triliun. Kalau seksi dua, tiga dan empat, saya tidak hafal persis, ini lebih kurang 1,6 triliun. Pokoknya kebutuhan terakhir masih 4,5 triliun.

foto laput membuka jalan tolItu sudah tercover semua?

Belum, khusus seksi dua belum ada sama sekali pengurukan yang di daerah Tahura karena pada saat multiyears tahap pertama dulu dilarang oleh Kementerian PU melakukan kegiatan apapun sebelum keluar izin dari Kementerian Kehutanan dalam hal APL (Areal Pengguna Lain), perubahan hutan konservasi semula fungsi hutan konservasi menjadi fungsi APL. Tapi Alhamdulillah di 2013 keluar izinnya, sehingga untuk saat sekarang ini sudah bisa digarap. Tapi terlanjur kontrak multiyears tahap pertama kita sudah habis.

Perusahaan mana saja yang melaksanakan lima segmen itu?

Multiyears tahap pertama tahun 2010 sampai 2013 sudah selesai. Kontraktor pelaksananya dari lima segmen tersebut masing-masing segmen satu pelaksana. Jadi berbeda dengan sekarang, satu seksi ini dibagi lima segmen, kalau dulu lima seksi ini dibagi atas lima kontraktor pelaksana, jadi ini dulu dikerjakan oleh PT Adi Karya sementara yang seksi satu cuma satu kontraktor yaitu PT Wijaya Karya, ini sendirian dulu, yang multiyears tahap pertama, yang ke dua ini adalah PT Bangun Cipta Kontraktor selanjutnya yang seksi empat ini adalah PT Waskita Karya terakhir PT Hutama Karya.

Sekarang, kelanjutan multiyears ini ditangani oleh kontraktor dari China, Beijing Urban Construction Group berassosiasi dengan PT Wijaya Karya dimulai dari 2015 sampai 2018, ini tahap ke duanya. Yang saya jelaskan tadi adalah multiyears tahap pertama. #

===//

Comments are closed.