SAMARINDA, BERITAKATIM.com – Kebiasaan baru Gubernur Kalimantan Timur, H Awang Faroek Ishak mengkritik secara terbuka bupati dan wali kota berlanjut pada setiap kesempatan yang ada. Saat meresmikan jembatan Muara Telok Lerong, kemarin, gubernur terang-terangan mengatakan wajah Samarinda perlu diubah wali kotanya agar lebih baik.
“Kota bisa menjadi lebih baik kalau wali kota mau membuka telinga lebar-lebar dan menyesuaikan tata ruang kota sesegera mungkin, setelah Perda RTRW Kaltim disahkan,” kata Awang Faroek dibawah terik sinar matahari pagi dan hanya menggunakan dua payung sebagai pelindung.
Menurutnya, sebagai gubernur ia membuka telinga lebar-lebar melalui siaran Gubernur menyapa di RRI Samarinda dan membuka open house bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi.
“Keluhan yang disampaikan lebih banyak menyangkut wajah kota Samarinda yang lalulintasnya semrawut, pedagang kaki lima yang menggunakan badan jalan atau taman. Jadi pantas saja Samarinda tidak mendapat Adipura, apalagi Adipura Kencana,” ujarnya.
Ia juga mengaku heran mengapa Samarinda mendapat perhargaan Wahana Tata Nugraha di bidang lalulintas. “Tidak pantas Samarinda memperoleh WTN,” sambungnya. Kemacetan lalulintas semakin meluas ke banyak persimpangan jalan, meski sejumlah bantuan program dan bantuan keuangan sudah diberikan mengatasi masalah lalulintas.
Disebutkan, untuk mengatasi kesemrawutan lalulintas, Pemprov Kaltim sudah membangunkan jalan lingkar dari Jalan Jakarta sampai ke Sempaja, dan akan berlanjut sampai ke Bandara Samarinda Baru. Bantuan juga pernah diberikan beberapa tahun lalu bagi melebarkan persimpangan empat yang sempit, tapi tak bisa digunakan Pemkot Samarinda.
Jembatan Muara Telok Lerong ini, lanjut gubernur, adalah bantuan kesekian kalinya diberikan ke Pemkot Samarinda untuk mengurai kemacetan. Nilai jembatan yang dibangunkan Pemprov Kaltim ini lebih kurang Rp68 miliar. Jembatan baru selesai setelah dikerjakan tiga tahun. “Pemprov juga siap menambah bantuan bagi penyelesaian jembatan Mahkota II,” ungkapnya.
Pada bagian lain, gubernur juga minta PKL (Pedagang Kaki Lima) dibina dengan baik oleh Pemkot Samarinda dengan memberi tempat yang bagus dan ditata dengan baik, sehingga bisa menjadi lokasi berdagang yang membuat pedagang berkembang.
“PKL yang menjual buah, PKL yang menjual makanan khas Kaltim perlu diberi tempat supaya tidak berdagang di lokasi yang dilarang,” ujar Awang Faroek yang mengeluhkan taman di sebarang Kantor Gubernur Kaltim berubah menjadi tempat berjualan PKL.
Menurutnya, apabila Pemkot Samarinda membina PKL dengan baik, Pemprov Kaltim siap membantu PKL itu berupa tambahan modal usaha tanpa harus ada jaminan sebab, yang akan menjamin Jamkrida, dimana di dalamnya ada modal Pemprov Kaltim. “Tidak sulit memberikan bantuan modal usaha kalau lokasi usaha pedangang itu jelas,” kata gubernur.
Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kaltim HM Taufik Fauzi menjelaskan proyek jembatan ini secara keseluruhan menelan anggaran Rp68 miliar. Kehadiran jembatan ini sangat diharapkan dapat mengurai salah satu titik kemacetan di ibukota provinsi Kalimantan Timur tersebut.
“Alhamdulillah, pembangunan Jembatan Muara Teluk Lerong sudah bisa kita selesaikan. Pak Gubernur sangat berharap, kemacetan di Jembatan Stres bisa segera diatasi setelah dioperasikannya Jembatan Muara Teluk Lerong ini,” kata Taufik Fauzi.
Kehadiran jembatan ini diharapkan dapat mengurai kemacetan yang kerap terjadi pada pagi, siang dan sore hari. Apalagi bagi masyarakat yang akan pergi ke luar daerah melalui Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Pembangunan jembatan ini dibiayai menggunakan APBD Provinsi Kaltim.#into
Comments are closed.