SAMARINDA. BERITAKALTIM.COM – Minimnya jumlah tenaga pengajar di Kaltim masih terus menjadi persoalan yang tak kunjung tuntas. Pelaksanaan di lapangan membuktikan, tenaga pengajar masih banyak berkutat di perkotaan saja.
Sementara untuk daerah pedalaman atau terpencil, banyak yang masih enggan mengajar disana. Kebanyakan dari tenaga pengajar ini mengeluhkan upah yang masih minim jika mengajar di pedalaman. Padahal, kebutuhan biaya hidup jelas berbeda antara perkotaan dan pedalaman.
“Maka dari itu, harus ada peningkatan upah tenaga pengajar jika ingin mengarahkan mereka ke pedalaman,” kata Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Selamat Ari Wibowo yang juga mantan tenaga pengajar ini.
Meskipun tenaga pengajar masih minim, pemerintah tidak membatasi pembangunan sekolah baru. “Harusnya, ada kejelasan mengenai pengisian tenaga pengajar di gedung baru ini, perekrutan tenaga honor sesuai bidang keahlian yang diperlukan harus dibuka lebih luas,” sebutnya. Koordinasi Dinas Pendidikan Kaltim dan kabupaten/kota bersama Universitas di Kaltim harus lebih intens, demi mencukupi jumlah tenaga pengajar ini.
“Jika ada koordinasi yang baik antar pemangku kebijakan daerah serta jaminan hidup layak bagi tenaga pengajar ini, tentu saja Kaltim tidak akan kesulitan mendapatkan tenaga pengajar. Jumlah SDM Kaltim masih mencukupi dalam upaya mendukung pemerintah untuk mempersiapkan tenaga pengajar,”
Terpenting disini ialah, adanya perhatian lebih dari pemerintah terhadap kesejahteraan tenaga pendidik khususnya yang mengabdi di daerah terpencil. Tak lupa, wajib ada perlakuan dan insentif khusus bagi mereka yang rela melakukan pekerjaan dan pengorbanan yang jauh lebih berat dibanding kinerja guru di perkotaan.
“Tenaga pengajar di daerah pedalaman dan pedesaan memiliki tugas yang lebih berat ketimbang yang ada di perkotaan. Maka dari itu, hendaknya upah mereka jauh lebih besar. Jika upah terus diratakan maka semakin enggan tenaga pengajar yang mau ditempatkan di pedalaman dan pedesaan,” kata Politikus PKB ini. #adv/tos/gg
Comments are closed.