BeritaKaltim.Co

Guru TPA di Bulungan Gigit Jari

guru-ngajiTANJUNG SELOR, BERITAKALTIM.COM – Ratusan guru mengaji di Kabupaten Bulungan, terpaksa gigit jari. Pasalnya, terhitung Januari tahun 2016 ini mereka sudah tidak menerima lagi insentif seperti tahun lalu. Dihapusnya insentif bagi guru mengaji yang mengabdi di lingkungan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Bulungan ini, menyusul dipangkasnya bantuan mereka oleh Pemkab Bulungan.

Ketua DPD BKPMRI Bulungan H Syamsuddin, S.Ag, M.Pd mengatakan, dihapusnya insentif bagi guru mengaji yang masuk dalam pembinaan BKPMRI tahun 2016 ini menyusulnya banyaknya dana BKPMRI dipotong oleh pihak Pemkab setempat. Jika tahun 2015 lalu, BKPMRI mendapat bantuan dana hibah dari Pemkab senilai Rp 5 miliar, maka tahun 2016 hanya mendapat bantuan sebesar Rp 1 miliar saja.

Oleh karena itu, pihak BKPMRI Bulungan memutuskan untuk menghapus bantuan insentif bagi guru-guru yang mengajar mengaji. Mengingat alokasi dana yang tersedia tidak cukup untuk membayar hak-hak mereka.

“Tahun 2016 ini, terpaksa kami tidak membayar insentif guru-guru TPA. Sebab kami tidak punya lagi biaya. Bantuan yang biasanya diberikan Pemkab untuk BKPMRI cukup untuk membayar honor mereka, sekarang bantuan itu jauh dari cukup,” kata Syamsuddin kepada awak media di Tanjung Selor, kemarin.

Dengan dihapusnya insentif bagi guru TPA ini, tentu saja membuat para guru yang telah lama mengabdikan dirinya untuk mengajari anak-anak usia sekolah ilmu agama Islam ini, merasa kecewa. Karena buah dari pengabdian mereka, sudah tidak dinilai lagi. Sementara, tugas mereka kian hari semakin berat. Apalagi, tidak hanya mengajarkan anak didiknya harus bisa baca tulis Alquran, tetapi juga harus dibekali dengan ilmu pengetahuan sopan santun agar anak-anak tersebut memiliki akhlakul karimah yang baik.

Diaku oleh Syamsuddin, tugas para guru TPA semakin hari memang semakin berat. Sehingga perlu mendapat perhatian terutama berkaitan dengan kesejahteraan. Tapi, pihak BKPMRI tidak bisa berbuat banyak mengingat sumber dana yang bisa pihaknya harapkan hanya dari APBD melalui dana hibah. Karena itu, tatkala dana hibah ini tidak ada atau dipangkas, maka semua program kegiatan yang telah direncanakan terpaksa terkubur kembali.

“Kami pasrah. Kalau teman-teman guru di TPA tidak ingin mengabdi secara sukarela, ya, kami angkat tangan. Karena memang untuk membayar uang lelahnya tidak ada,” katanya.

Ditanya jumlah guru TPA yang ada di Bulungan termasuk besaran anggaran yang dibutuhkan untuk honor para guru tersebut. Sayangnya, Syamsuddin tidak merinci. Hanya saja, diakui jika pembayaran honor guru TPA ini pihaknya harus menyediakan biaya sebesar Rp 4 miliar.

“Rp 4 miliar ini, hanya untuk membayar honor guru-guru yang tersebar di kecamatan di Bulungan,” kuncinya. #Ism

Comments are closed.