TANJUNG SELOR, BERITAKALTIM.COM – Pendangkalan air sungai di bagian hulu Sungai Pesso berdampak pada pasokan air bersih di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Akibatnya ribuan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Daerah (PDAM) Bulungan, terancam krisis air bersih.
Pun beberapa bulan terakhir, air dari PDAM ini sering ngadat-ngadat. Bahkan tidak “ngocor” ke pelanggan hingga berhari-hari. Seperti diketahui, ketika air bersih dari PDAM tidak mengalir ke pelanggan, praktis ribuan warga Tanjung Selor dan sekitar panik. Karena persediaan air bersih alternatif nyaris tidak ada. Sementara kebutuhan MCK harus terus berjalan secara terus menerus dan tidak bisa ditahan-tahan apalagi dihentikan.
Rektor Universitas Kalimantan Utara (Unikal), Dr Ir Abdul Jabarsyah, M.Sc, mengaku prihatin atas persoalan yang kini dihadapi pihak manajemen PDAM Bulungan ini, terkait menipisnya persediaan bahan baku air bersih yang harus diproduksi secara terus menerus. Ketahanan bahan baku air bersih ini lanjut Jabarsyah, mestinya sudah dipikirkan sejak 10 tahun lalu. Tapi karena ini dianggap hal biasa, membuat persoalan bahan baku air ini tidak menjadi penting untuk dipikirkan.
“Nah, sekarang seiring pertumbuhan jumlah penduduk yang yang sudah mencapai 70.000 jiwa, barulah dirasakan pihak PDAM. Karena antara bahan baku air bersih dengan jumlah penduduk sudah tidak seimbang,” katanya kepada awak media di kampus Unikal Jalan Sengkawit, Tanjung Selor.
Dikatakan oleh Jabarsyah, penyebab menipisnya bahan baku air bersih PDAM Bulungan ini, akibat terjadinya pendangkalan sungai dari hulu sungai. Dan inilah yang menjadi ancaman bagi PDAM Bulungan. Pasalnya, air bersih merupakan kebutuhan mendasar yang sangat vital di tengah masyarakat. Sehingga untuk mengatasi masalah ini, PDAM harus segera mengambil tindakan emergensi.
“Air dari hulu inikan sudah menipis. Kejadian ini sudah lama terjadi. Belum lagi titik imtek PDAM ditutupi banyak lumpur. Sehingga, persediaan bahan baku air tipis. Inilah penyebab air sering tidak “ngocor” ke pelanggan,” kata dia lagi.
Terjadinya pendangkalan air sungai, diakui oleh Jabarsyah, akibat terjadinya perambahan hutan oleh pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara. Selain itu, diperparah adanya ilegal loging yang nota bene menjadi penyebab terjadinya kerusakan hutan yang berdampak pada menipisnya persediaan air sungai.
Diyakini kerusakan hutan yang menjadi penyebab terjadinya perdangkalan sungai dapat dilihat dari sejak adanya perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara, sejak itupula pasokan air dari hulu kian menipis. Yang ada mengalir air bercampur lumpur dan inilah yang terjadi hingga sekarang.
“Solusi sementara yang bisa diambil untuk mengatasi persediaan air bersih, PDAM harus mengerok sungai sekitar instalasi pengolahan air bersih-nya. Selain untuk dibersih, sekalian untuk menampung debit air dari hulu,” katanya. #Nay/Ism
Comments are closed.