SAMARINDA, BERITAKALTIM.com – Musyawarah Wilayah (Muswil) VII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kalimantan Timur dibuka Wakil Gubernur Kalimantan Timur, HM Mukmin Faisyal HP tadi malam, Jumat (26/2/2016) di Hotel Bumi Senyiur Samarinda.
Muswil yang akan dihelat pada 26 hingga 28 Februari 2016 ini, bertema “Membangun Kaltim dengan Kebersamaan” dihadiri Wakil Ketua Umum KKSS, DR H Andi JamarroDulung, Ketua BPW (Badan Pengurus Wilayah) KKSS Provinsi Kaltim, H Alimuddin, pimpinan organisasi paguyuban/etnis, para sesepuh dan tokoh masyarakat Sulawesi Selatan di Kaltim dan seluruh pengurus KKSS kabupaten-kota se Kaltim.
Wakil Gubernur Kalimantan Timur, HM Mukmin Faisyal HP saat menyampaikan sambutan mengaku sangat bangga dan bahagia berada di antara keluarga besar warga Sulawesi Selatan yang ada di Kota Samarinda dan utusan warga KKSS yang ada di seluruh kabupaten/kota se Kaltim.
Wagub berharap agar dengan momentum Muswil VII KKSS ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperkuat hubungan tali silaturahmi, sehingga terjalin hubungan yang semakin harmonis sesama warga Sulawesi Selatan maupun dengan keluarga besar masyarakat Kaltim pada umumnya.
“Kekompakan, kebersamaan, saling menghargai dan saling menghormati, merupakan modal besar yang tiada taranya,” ujarnya.
Masyarakat Kalimantan Timur, lanjut Mukmin, pada dasarnya adalah masyarakat yang santun dan tidak menonjolkan sentimen kedaerahannya, tetapi sangat menghargai dan menghormati siapapun.
“Karena itu, Saya mengajak seluruh komponen masyarakat dan khususnya etnis Sulawesi Selatan untuk tetap menjaga situasi dan kondisi Kaltim yang saat ini sudah cukup aman, tenteram dan damai,” pintanya.
Pada kesempatan itu, wabub mengingatkan agar organisasi yang cukup besar ini tidak dijadikan alat pihak tertentu untuk kepentingan pribadi maupun untuk tujuan politis, sehingga melupakan tujuan mulianya yaitu membangun masa depan masyarakat etnis Sulawesi Selatan yang lebih baik dan sejahtera.
“Mari kita wujudkan Kaltim yang maju dan sejahtera dengan semangat “Membangun Kaltim Untuk Semua”.
Selamat bermusyawarah. Saya ingatkan, berdemokrasilah yang baik, santun dan elegan,” imbaunya.
Usai sambutan, wabub langsung membuka secara resmi Muswil VII KKSS Kaltim ditandai dengan pemukulan gong.
Pada pembukaan muswil tadi malam, Wakil Ketua Umum BPP (Badan Pengurus Pusat) KKSS, DR H Andi Jamarro Dulung mengingatkan, bahwa baru punya arti kalau kita ini bisa bermanfaat bagi keluarga kita, pedagang-pedagang di pasar, tukang-tukang kelotok.
“Baru punya arti KKSS kalau kita semua menyentuh dan mendengarkan aspirasinya. Kalau kita yang ada di sini sudah ada yang urus. Bahkan sudah bisa mengurus orang lain. Kehadiran KKSS baru bisa bermakna kalau kita menyapa dan membantu mengentaskan saudara-saudara kita yang ada di pinggir-pinggir jalan,” ujarnya.
Diterangkannya, KKSS itu terdiri dari empat etnis yang disebut “passere”. Kata passere itu yang dipakai Kabupaten Paser sampai hari ini, bukan pasir tapi dari kata passere.
Keempat etnis itu, lanjut dia, adalah Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja. Tidak ada klasifikasi. Empat etnis ini adalah derajatnya 16 di KKSS.
“Jangan ada klasifikasi, empat etnis ini adalah satu, sumbernya satu Toraja, Bugis, Mandar dan Makassar.
Anak dari Mandar, Makassar, Toraja dan Bugis adalah KKSS. Suami atau isteri dari empat etnis ini, itu adakah KKSS,” jelasnya.
Dia menekankan bahwa, itu tidak ada anggota kehormatan, semua anggota asli termasuk orang yang pernah bekerja di Sulawesi Selatan dan punya kepentingan terhadap Sulawesi Selatan itu adalah anggota KKSS.
“Ini perlu Saya luruskan supaya kita tidak membeda-bedakan,” imbaunya.
Diungkapkannya, bahwa KKSS hari ini, di Sulawesi Selatan baru pada angka sembilan juta, di luar Sulawesi Selatan, Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja masuk pada angka 16 juta.
“Itu berarti, empat suku ini, Bugis, Makassar Mandar dan Toraja itu sudah mencapai 25 juta dan itu berarti 10 persen dari penduduk negeri ini,” kata dia disambut tepuk tangan hadirin.
Dia juga menyitir kalimat Ketua Panitia DR Ridwan Tasa saat menyampaikan laporan, bahwa kita ini tidak boleh lagi menyebut diri sebagai orang Sulawesi Selatan, semua yang hadir di sini empat etnis yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah warga Kalimantan Timur.
“Wajib hukumnya membangun Kalimantan Timur ini sebagai manifestasi dari petuah nenek moyang kita. Bahwa jika kita merantau, begitu kita sampai di situ, bangun kampung itu, berhasil bersama masyarakat di situ. Kita harus membangun di tempat kita berpijak. Apa yang disampaikan orang tua kita, bahwa jika diperantauan tidak boleh terlalu banyak menengok ke belakang,” sergahnya. #vai
Comments are closed.