BeritaKaltim.Co

Kaltara Jalur Utama Jaringan Teroris

cover 407 di webBergerak dalam senyap –meski kadang pula terlihat– para teroris di Indonesia menelusup dari Kalimantan Utara. Bersama mereka, dibawa pula pelbagai bahan peledak hingga senjata api untuk menebar teror di Indonesia.

Para teroris ini bukan tidak berhitung soal resiko. Paket berbahaya yang mereka bawa sudah direncanakan agar tidak mudah dideteksi dini. Itu musababnya, bahan peledak dan senjata api tak pernah dibawa via udara –pesawat, karena hampir di seluruh bandar udara (bandara) di Tanah Air dilengkapi sensor. Maka, jalur darat dan air pun menjadi dua jalan altenatif –sekaligus pilihan utama– untuk mereka lalui.

Jauh sebelum hari ini, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia atawa Mabes Polri, telah membuat pernyataan eksplisit; titik perbatasan darat di Indonesia menjadi daerah penyelundupan bahan peledak dan senjata api. Bila ditilik letak geografis di Nunukan dan Malinau –merupakan lokasi perbatasan darat– sangat memungkinkan terjadinya penyeludupan.

Kodim 0907 Tarakan sendiri pernah menyebut, ada banyak titik di perbatasan –antara Indonesia dan negara tetangga. Tapi yang paling berpotensi menjadi gerbang masuk para teroris ini ada di Kaltara, yakni melalui Tarakan.

“Karena lokasi ini bisa dilalui dengan speadboat. Kami sudah ungkap jalur distribusi mereka, tapi kami tidak tahu apakah masih digunakan atau tidak. Intinya masih kami pantau,” ucap Komandan Kodim 0907 Tarakan, Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto.

Dugaan Kodim 0907 Tarakan ini juga bukan tanpa alasan. Saat sejumlah daerah di Indonesia mengalami pelbagai kerusuhan –Poso dan lainnya– jalur ini justru ramai oleh hilir-mudik orang dengan barang bawaan.

Dugaan lainnya juga mengarah pada pola. Jika para teroris berhasil melakukan aksi di Indonesia, maka dapat dipastikan telah terjadi penyeludupan bahan peledak dan senjata api sebelumnya.

Analisa Kodim 0907 Tarakan ini juga diperkuat dengan pengakuan salahsatu mantan teroris yang tidak diungkap identitasnya ke publik. Menurut sumber terpercaya itu, mereka melewati Kaltara sebagai pintu masuk sebagai bagian dari prateror. Suplai mereka disebut-sebut datang dari 2 negara, Filipina dan Malaysia.

“Dari hasil pantauan kami, saat ini para teroris masih bersembunyi sambil melakukan konsolidasi,” tutur Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto.

Aparat bukan tanpa tindakan dini. Selain dibantu unit intel dari korps Bhayangkara, ada pula bantuan dari komando atas seperti Badan Intelijen Negara (BIN). “Kami sudah bekerja mendeteksi secara dini setiap ancaman teror,” tegas Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto.

Adangan untuk menangkal teror bukan tidak ada. Masalah klasik di perbatasan menjadi salahsatu sumber musababnya. Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto mengaku, penyelundupan ini tidak bisa ditunjukan dengan pasti.

“Kalau mau beraksi, baru mereka distribusikan bahan peledak dan senjata. Kami diperbatasan ini sangat terbatas, sehingga tidak bisa melakukan pengawasan selama 24 jam,” tuturnya. #

————————————————————————————————————————————————————————

“Memang Dibikin Senyap, Tak Boleh Ada Gerakan”

 

407.inddPernah menjadi basis Islamic of State Iraq and Syria atawa ISIS pada 2015, aktivitas jaringan teroris di Kalimantan Utara diduga sudah berlangsung selama 23 tahun terakhir.

Fakta bahwa Kaltara menjadi jalur internasional keluar-masuk sejumlah anggota jaringan teroris ini diungkap Usman Fakih, Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara. Entry point prateror itu sendiri disebut-sebut ada di Tarakan sejak 1996. Inilah jalur distribusi sumber daya manusia (SDM) terbesar Tanah Air dari-dan menuju negara Asia seperti Malaysia, Filipina, Taiwan, Moro, hingga negara-negara Timur Tengah.

“Tarakan ini sudah lama sangat dikenal di kalangan mereka sejak lama, dan jalur ini merupakan jalur terorisme dan memang di bikin senyap, tak boleh ada gerakan,” katanya. “Tetapi suatu saat nanti Tarakan akan diledakan, menjadi target dan pada akhirnya dibuat kacau,” imbuhnya.

Usman Fakih tak menampik desas-desus yang menyebut Kaltara pernah menjadi basis jaringan ISIS. Pada 2015 lalu, kisah Usman Fakih, sebuah keluarga melewati Tarakan untuk pergi ke Suriah. Maksudnya jelas; untuk bergabung dengan ISIS. Mereka terdiri dari 7 orang yang diduga kuat sebagai bagaian dari jaringan teroris internasional.

“Imigrasi Tarakan pernah kecolongan sampai 7 orang yang buat paspor ke Suriah, dan 1 orang tertangkap di Surabaya. Ini bukti kongret bahwa Tarakan ada pergerakan, bahkan ada juga yang sudah meninggal di Suriah gara-gara bergabung dengan ISIS,” tegasnya.

Provinsi yang berbatasan langsung dengan Sabah dan Serawak itu menjadi jalur utama untuk menyeludupkan pelbagai jenis senjata. Pun, dengan bahan-bahan pembuat bom. Informasi ini sendiri sempat dibeberkan oleh salahsatu mantan teroris yang pernah beroperasi di Poso, Sulawesi Tengah.

“Ketika para teroris ini melakukan aksi di Poso, mereka mendapatkan suplai senjata dan bahan pembuat bom dari teroris di Filipina dan menggunakan jalur masuk melalui Kaltara,” ungkap Komandan Kodim 0907 Tarakan, Letkol Inf Singgih Pambudi.

Melihat geografis Kaltara, jalur laut merupakan salah satu rute penyelundupan senjata dan bahan pembuat bom yang memungkinkan untuk dilakukan.

“Mereka tidak mungkin menggunakan jalur udara, karena pengawasan di setiap bandara sangat ketat, sedangkan untuk jalur laut sangat memungkinkan, bila lewat Tarakan, Nunukan ataupun Sebatik,” ucap Singgih. #fai

 

——————————————————————————————————————————————————————————

Siapa FKPT?

 

407.inddAKSI teror yang kian marak membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membuat perpanjangan tangan. Adalah Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang kemudian dibentuk untuk membendung dan mencegah penyebaran paham radikalisme.

“FKPT sangat efektif untuk sosialisasi penanggulangan dan pencegahan terorisme hingga ke daerah dan pelosok. Karena itu perlu segera dibentuk FKPT Kaltara, selain pertimbangan berada di wilayah perbatasan, beberapa tokoh terorisme Indonesia menyebut Kaltara sebagai jalur emas, sehingga sangat rawan dengan penyebaran paham radikalisme dan terorisme, khususnya dari negara tetangga,” kata Ketua FKPT Kaltim, Hasyim Mi’radje

Bahkan, dari pantauan pensiunan Kepala Badan Kesbangpol Kaltim ini menyebut Kaltara merupakan jalur perlintasan emas, dan Nunukan sering dijadikan tempat transit para pelaku terorisme ketika hendak bepergian ke Timur Tengah dan Filipina Selatan untuk berlatih merakit bom dan berlatih gunakan senjata. Sehingga, Kaltara sangat rawan.

“Hasil pantauan itu menunjukkan bahwa FKPT sangat penting segera terbentuk di Kaltara. Apalagi Nunukan jadi pintu gerbang masuk dan keluar negeri menjadi sangat penting mendapat perhatian serius. Sebab, sudah cukup sering dijadikan tempat transit para teroris, karena itu harus segera dicegah,” ungkapnya.

Hasyim yang juga pengajar di salah satu kampus ternama di Samarinda itu membeber sejumlah unsur tergabung dalam FKPT, yakni tokoh agama, tokoh masyarakat serta instansi terkait lainnya.

“Jangan abaikan untuk ciptakan rasa kebangsaan, rasa memiliki bangsa, menciptakan rasa memiliki dan bertanggung jawab untuk mencegah terorisme. Sebenarnya, ada beberapa tokoh yang sudah disiapkan FKPT Kaltim untuk Kaltara, sehingga bisa lebih cepat adaptasi dengan tugas dan fungsinya. Saat terbentuk FKPT, maka fungsinya akan maksimal antisipasi terorisme dan radikalisme di Kaltara,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol dan Perlindungan Masyarakat Tarakan, Agus Sutanto mengaku pihaknya siap mendukung dan mendorong pembentukan FKPT. Sebab, tujuannya untuk menjaga stabilitas negara dari paham radikalisme dan aksi terorisme.

“Kami akan rekomendasi pembentukan FKPT, terlebih lagi Tarakan masuk wilayah perbatasan dan perlintasan, sangat strategis jadi pintu masuk dan keluar. Hal ini sudah terindikasi dan perlu segera dibentuk FKPT,” imbuhnya.

Terlebih lagi, awal 2015 lalu diketahui terdapat penumpang yang tertangkap di Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur saat hendak berangkat ke Suriah, untuk bergabung dengan kolompok radikal Islamic of State Iraq and Syria (ISIS).“FKPT akan membuat ruang gerak pelaku teroris semakin sempit, sehingga bisa lakukan langkah antisipasi dan penyegaran ke publik,” tambahnya. (*)

====———————————————————————————————–

 

Warga Lawan Terorisme

407.inddDisebut-sebut daerahnya sebagai basis terorisme sejak tahun 1996, membuat masyarakat di Kaltara diminta waspada terhadap lingkungan mereka.

Teror bom yang mengguncang jantung kota Jakarta pada Kamis (14/1/2016) sekitar pukul 10.40 WIB, mengagetkan warga negara Indonesia, tak terkecuali warga masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara). Bagaimana tidak, penjagaan kota Jakarta yang belakangan ini terkesan ketat untuk mengantisifasi terjadinya teror bom, ternyata masih bisa dimanfaatkan pelaku teror.

Yang lebih membuat kalangan tercengang karena lokasi peledakan bom yang kabarnya menewaskan 7 orang dan puluhan mengalami luka-luka, justru dekat dengan Istana Negara, kantor Kemenhan RI dan kantor Menkopolhukam RI.

Kaltara yang jauh dari Istana Negara yang sudah pasti tingkat pengamannya juga tidak se-ketat ibukota negara, tentu rawan aksi-aksi teror bom seperti ini. Lebih-lebih Kaltara salah satu daerah di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia.

Tanggal 2 Desember 2015 lalu, mantan teroris yang pernah menjalani pendidikan militer di Afganistan dan melakukan aksinya di beberapa negara seperti Filipina, Malaysia dan Indonesia menyempatkan bantandang ke Tanjung Selor yakni Abdurrahman Ayyub. Di sela kunjungannya itu, ia menceritakan kondisi Kaltara terkait dengan teroris.

Dihadapan masyarakat Tanjung Selor, ia mengakui jika Kaltara ini salah satu pintu keluar masuknya teroris di Indonesia. Bahkan, Kaltara, terutama Nunukan dan Tarakan merupakan pintu paling aman dilewati para pelaku teroris keluar dan masuk di Indonesia.

Nah, berkaitan dengan terror bom Sarinah yang terjadi Kamis (14/1/2016) ini dengan pernyataan mantan teroris Abdurrahman Ayyub, sebagian masyarakat Kaltara pun mulai was-was. Mereka khawatir jika Kaltara justru menjadi bascamp para teroris di Indonesia.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara Usman Fakih, S.Ag, meminta masyarakat Indonesia khususnya Kaltara, untuk tidak takut terhadap teroris.

Masyarakat harus berani melawan teroris. Selain itu, mewaspadai orang-orang yang mencurigakan disekitarnya dan segera melaporkan.

Bagi pemerintah daerah, Ketua FKPT Kaltara yang baru dilantik per 2 Desember 2015 lalu ini, mendesak untuk segera merapatkan barisan untuk mendiskusikan ikhwal keberadaan teroris maupun radikalisme. Sebab mencegah jauh lebih efektif ketimbang menindak. Sebab penindakan bisa saja menimbulkan banyak korban dan kerugian. Pemerintah daerah hendaknya tidak memandang sebelah mata terkait keberadaan FKPT.

Organisasi ini, adalah organisasi resmi bentukan pemerintah yang keberadaannya berperan penting dalam melakukan penecegahan terorisme dan radikalisme. Belakangan, bangsa ini disibukkan banyak aliran sesat, banyaknya muncul organisasi-organisasi di tengah masyarakat yang mengaku-nagku organisasi sosial, tapi ujung-ujungnya melakukan aksi terror dan membuat ketertiban dan keamanan di masyarakat jadi kacau.

Bercermin dengan hal ini, FKPT Kaltara, berharap pemerintah daerah bisa bersinergi dengan FKPT. Jangan menunggu bom meledak baru semua tiarap dan panik serta saling menyalahkan.

“Kami minta pemerintah daerah tidak mengganggap enteng ancaman teror ini. Di daerah pun bisa saja terjadi. Karenanya, kami minta pemerintah daerah segera bersinergi dengan FKPT,” imbuh Usman Fakih kepada bongkarMagz, Jumat (15/1/2016).

Pada kesempatan yang sama, dia juga mendesak BNPT untuk memaksimalkan pemberdayaan FKPT yang ada di daerah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua BNPT Komjen Pol Saud Usman Nasution, terkait keberadaan FKPT.

Sementara itu, Saud Usman Nasution mengatakan, FKPT adalah organisasi strategis bentukan BNPT yang berperan penting di daerah dalam mencegah terorisme. Agar dalam pelaksanaan tugas-tugas FKPT bisa berjalan optimal, peran pemerintah daerah sangat diharapkan. #ISM

=================================================================================================

407.inddSiaga Satu di Berau

Usai aksi teror pengeboman pos polisi (pospol) dan starbucks di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/01/2016) lalu, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti langsung menginstruksikan semua personil Polri dari tingkat Polda hingga Polres yang ada di Indonesia untuk siaga satu atas ancaman terorisme.

Tak terkecuali di wilayah hukum Polres Berau, dimana Polres Berau sejak Kamis hingga Sabtu (14-16/01/2016) giat melaksanakan operasi anti teror dengan melakukan patroli dan razia–razia di jalan umum serta tempat hiburan malam (THM) yang ada di Kabupaten Berau.

Diawal razia Kamis (14/01) lalu, personil Satlantas Polres Berau berhasil mendapati dua pemuda berinisial Jp dan Sb yang membawa narkotika jenis double L, yang disimpan dalam bungkus rokok dan satu poket kecil sabu-sabu yang dibungkus kain kuning didalam dompet.

Kemudian pada pukul 21.00 wita, Sabtu (16/01), Polres Berau kembali menurunkan seluruh personilnya dalam giat siaga satu tersebut yang dipimpin langsung Kapolres Berau AKBP Anggie Yulianto Putro.

Dalam siaga satu tersebut, seluruh personil Polres Berau yang diterjunkan dibagi menjadi dua yakni operasi razia THM dan tempat umum yang dianggap rawan serta patroli balap liar yang bekerja sama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Berau.

Kapolres Berau, AKBP Anggie Yulianto Putro usai operasi siaga satu menjelaskan Polres Berau telah melaksanakan patroli dan razia guna memberikan pelayanan kepada masyarakat, dimana sesuai nawacita yang pertama Presiden RI Joko Widodo yakni menghadirkan Negara disetiap kegiatan masyarakat.

“Tadi mulai pukul 21.00 wita, kami dari jajaran Polres Berau melaksanakan patroli dan razia di beberapa tempat pelayanan masyarakat. Tujuan kegiatan ini yaitu pertama, memang ini adalah kegiatan rutin yang kami laksanakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, jadi dengan hadirnya polisi disetiap kegiatan masyarakat diharapkan bahwa seluruh masyarakat Kabupaten Berau dapat menikmati malam minggu ini dengan nyaman sehingga mereka dapat leluasa beraktifitas,” ujarnya.

Dilanjutnya, dalam kegiatan ini Polres Berau melaksanakan razia di dua tempat yaitu beberapa THM serta beberapa lokasi-lokasi yang dianggap rawan.

“Yang memang kami anggap rawan dan memang sangat membutuhkan kehadiran polisi guna memastikan bahwa memang situasi Kabupaten Berau ini yang aman dan kondusif serta masyarakatnya yang uyuh, tidak ada gangguan-gangguan dari luar,” lanjutnya.

Terakhir, Anggie mengatakan kegiatan ini juga sesuai perintah Kapolri yang disampaikan ke Kapolda Kaltim, Irjen Pol Safaruddin dan langsung teruskannya kepada seluruh staf Polres Berau, sampai dengan jajaran terdepan yaitu Polsek dan para Bhabinkamtibmas untuk melaksanakan siaga satu.

“Seperti kita ketahui bersama, memang beberapa pelaku teror yang melaksanakan aktifitas dan dua hari yang lalu di Jakarta, namun insya allah Berau tidak ada tetapi bukan berarti kita menganggap sepeleh atau underistiment bahwa tidak ada kemungkinan, kami tetap selalu siap sedia. Kami melaksanakan kegiatan dengan menggandeng seluruh masyarakat, beberapa aparatur Pemda sampai ditingkat kecamatan, kampung atau kelurahan bahkan RT dan RW. Semoga dengan kegiatan-kegiatan ini dapat memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat sehingga benar-benar dapat menikmati hidup nyaman di Kabupaten Berau ini,” tutupnya.

Diketahui, Polres Berau juga bekerjasama dengan TNI angkatan darat yakni Kodim 0902/TRD, dimana Dandim Kodim 0902/TRD Letkol Inf Ahmad Hadi Aljufri juga menginstruksikan kepada stafnya di tingkat Koramil melalui Danramil dan Babinsa. #hel

============================================================================================

407.inddHabis Teror Gafatar Disikat

Buntut pengembangan penyelidikan kepolisian atas aksi teroris di Jalan Thamrim Sarinah Jakarta, kelompok Gafatar alias Gerakan Fajar Nusantara terdeteksi membahayakan.

 

Hampir disemua kabupaten dan kota di Provinsi Kaltim dan Kaltara, kelompok Gafatar berkembang. Mereka bersosialiasi dengan cara bertani. Termasuk yang terdeteksi di Kabupaten Nunukan.

Kepengurusan Gafatar eksis di Kabupaten Nunukan dengan menyelenggarakan kegiatan sosial melalui kerja bhakti dan kelompok wira usaha. Meski sempat mengajukan izin sebagai Ormas, namun upaya mereka ditolak Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan Politik (Kesabanglinmaspol) Kabupaten Nunukan.

Sekertaris Kesbanglinmaspol Kabupaten Nunukan Muhammad Firnanda mengatakan, Gafatar sempat mengajukan izin pada tahun 2014.

“Mereka masuk di Nunukan tahun 2014. Mereka sempat datang ke kantor kesbang linmas untuk silaturahmi, sekligus mau urus SKT (Surat Keterangan Terdafar-red). Tapi pada saat itu kita diperintahkan oleh kemendagri untuk terkait gafatar agar tidak menerbitkan SKT, maka kita tidak menerbitkan,” ujar Muhammad Firnanda, Jum’at (15/01/2016).

Meski tak memiliki SKT, Gafatar di Kabupaten Nunukan tetap melakukan kegiatan yang mudah diterima masyarakat seperti menggelar kerja bhakti membersihkan lingkungan dan kegiatan sosial lainnya. Mereka bahkan tidak canggung mendompleng kegiatan instansi tertenu yang sedang menggelar kegiatan sosial.

Muhammad Firnanda mensinyalir Gafatar sempat mendompleng kegiatan Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Nunukan.

“Sekitar dua atau tiga bulan mereka kerja bakti di sekitar wilayah pesantren, dan Binusan. Bahkan mereka sempat digunakan oleh DKPP, lebih dari sekali. Salah satu pola mereka itu juga kasih kumpul pengajian. Mereka juga punya kitab,“ imbuh Firnanda.

Gafatar di Nunukan bahkan sempat akan membentuk Desa Pancasila di Desa Binusan. Namun rencana mereka ditolak oleh RT setempat sehingga rencana tersebut gagal total.

“Mereka sudah hampir membentuk kampong Pancasila di Desa Binusan. Itu bulan empat atau bulan lima, tapi tidak jadi karena salah strategi. Mereka waktu itu langsung membicarakan aliran agama. Ketika bicara aliran agama ketemu dengan ketua RT disana langsung ditolak,” kata Firnanda.

Untuk memuluskan aksi mereka, pengurus Gafatar tak segan segan mendekati aparat keamanan maupun polisi. Kedekatan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mendapat legitimasi di masyarakat saat melakukan sosialisasi kegiatan mereka untuk menarik masyarakat.

 

“Mereka sistemnya menggunakan aparat, biasanya kodim atau koramil yang notabenenya kadang temen temen di kodim maupun koramil belum paham betul. Mereka berlindung di bawah Pancasila, sampai berita terakhirpun mereka mengaku bukan ajaran agama, tetapi menanamkan nilai nilai Pancasila. Biasanya kemudian mereka kumpul KTP terus biasanya ada kelompok kelompok pendalaman agama versi mereka,” ujar Firnanda.

Sosialisasi mereka juga melalui media tabloit, di mana mereka biasanya menemui pejabat tertentu untuk mengajak diskusi kemudian di publish melalui media mereka dengan pemberitaan bahwa pejabat tersebut mendukung gerakan Gafatar.

“Strategi mereka masuk ke kantor kasih majalah kemudian difoto, yang muncul di media mereka seolah-olah yang difoto mendukung penuh gerakan gafatar, tapi yang difoto tidak tahu,” kata irnanda.

 

Gerakan Gafatar juga merambah kepada kelompok wira usaha. Mereka bahkan dikabarkan akan memberikan pinjaman lunak kepada pedagang kaki lima sebesar 5 juta rupiah. Beberapa anggota Gafatar ditengarai juga membuka usaha jualan makanan untuk menyamarkan kegiatan mereka.

“PKL sempat dijanji mau dikasih 5 juta. Disini seperti penjual empek empek Palembang, siomay dan penjual susu kedelai itu merupakan anggota dari Gafatar. Mereka memang menyusupnya melalui sisi ekonomi, kampong tengah,” ujar Firnanda.

Kasus menghilangnya Dr Ika membuat kedok Gafatar terbongkar sehingga pemerintah mewaspadai gerakan Gafatar. Kesbanglinmaspol Kabupaten Nunukan mengaku gerakan Gafatar di Nunukan mulai menghilang. Namun menurut Firnanda masyarakat harus mewaspadai perubahan gerakan Gafatar. Dipastikan pengurus Gafatar akan kembali melakukan aksinya dengan merubah bentuk pergerakan mereka.

”Sejak akhir tahun sudah pada pulang semua mereka. Secara nasional mereka mengaku telah membubarkan diri. Tapi apapun istilahnya mereka pasti ganti nama. Kita mewaspadai NKSA (Negara Karunia Semesta Alam-red), belum sampai disini. Bukan tidak mungkin mereka datang ke Nunukan dengan ganti personil,” ujar Firnanda. #dim

===================================================================================================

 

407.inddDiknas Siap Bersinergi Perangi Teroris

Langkah antisipasi dilakukan Dinas Pendidikan Bulungan. Agar teroris tidak menyebarkan virus negatif ke anak-anak sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) Drs H Jamaluddin Saleh, mengaku prihatin terdahap gejolak yang akhir-akhir ini terjadi di tanah air. Diantaranya aksi serangan terorisme dan peredaran narkoba. Apalagi, sasaran ang sangat berpotensi untuk menjadi pelaku maupun korbannya adalah sebagian besar anak usia sekolah.

Menyikapi hal ini, Dinas Pendidikan Bulungan, kini terus berupaya untuk menekan gejolak ini masuk di dunia pendidikan wilayah Bulungan. Hanya saja, dirinya sadar bahwa upaya cegah dini mustahil bisa pihaknya tangani sendiri jika tidak ada campur tangan masyarakat dalam membantu bersama-sama memerangi masalah yang mengancam generasi muda.

Hadirnya Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kaltara, oleh Kepala Dinas Pendidikan Bulungan menilai keberadaan forum ini diharapkan menjadi mitra strategis bagi instansinya untuk bersinergi memerangi gejolak yang berpotensi mengancam masa depan generasi muda di Bumi Tenguyun sebutan lain Kabupaten Bulungan. Terutama dalam mencegah peredaran paham radikalisme yang berpotensi menjadi teroris.

“Karena itu, Dinas Pendidikan Bulungan kini membuka pintu lebar-lebar bagi FKPT untuk bersinergi dalam menyelamatkan generasi muda khususnya anak usia sekolah dari ancaman paham radikalisme dan terorisme,” katanya kepada beritakaltara.com di Tanjung Selor, Sabtu (16/1/2016) pagi sekira pukul 08.00 waktu setempat.

Selain bersinergi dengan forum-forum lainnya, oleh Jamaluddin Saleh menilai FKPT sangat strategis untuk dijadikan mitra dalam mencegah akan timbulnya gejolak di tengah masyarakat yang berpotensi lahirnya paham radikalisme dan terorisme. Sebab FKPT adalah senjata jitu bagi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam memerangi paham radikalisme dan terorisme di daerah.

Sementara itu, Sekretaris FKPT Kaltara Agustian Arsyad, S.Pt mengapresiasi sikap Dinas Pendidikan Bulungan yang sudah memahami keberadaan FKPT di daerah. Disebutkan bahwa, FKPT dibentuk oleh BNPT tugasnya berperan sebagai forum strategis yang melakukan koordinasi dan membangun sinergitas dengan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah dalam memerangi radikalisme dan terorisme melalui pendekatan preventif.

Hasil penelitian BNPT lanjut Agustian Arsyad, menunjukkan bahwa persentase potensi terorisme di usia muda sangat tinggi diantaranya di bawah umur 21 tahun (11,8 persen), umur 21 – 30 tahun (47,3 persen), umur 31 – 40 tahun (29,1 persen) dan umur 40 di atas 40 tahun (11,8 persen). Angka ini mestinya menjadi keprihatinan bersama. Kenapa, untuk diketahui bahwa saat ini, jumlah penduduk yang berada di usia produktif mencapai angka di atas 60 persen.

Karena itu, bila tidak ada langkah penanganan serius dan bersifat komprehensif atas kondisi ini, maka tidak menutup kemungkinan bangsa ini akan menjadi produsen terorisme.

“Dan ini bisa saja terjadi di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Sehingga kalau kita tidak melakukan gerakan secara bersama-sama dengan FKPT, bisa saja daerah kita ini tidak aman akan adanya lahir potensi itu,” jelas mantan wartawan senior RRI ini di Tanjung Selor. #ISM

==

 

Comments are closed.