BeritaKaltim.Co

Kup Sang Dokter Saraf

cover 408 webAda empat misteri di dunia ini; kelahiran, jodoh, kematian, dan Sofyan Hasdam. Ya, nama terakhir adalah anomali dalam setiap prahara pohon beringin Benua Etam. Ia selalu dikait-kaitkan dengan sejumlah kisruh internal partai tua dan paling berkuasa di Kalimantan Timur.

Gosip yang beredar, ia dituding berperan dalam menyusun rencana kup kepada sang seteru abadi, Mukmin Faisyal, jelang Pilgub 2013. Terlepas benar atau tidak, rencana itu toh pada akhirnya gagal; Sofyan terlempar dari tampuk kekuasaan sebagai Ketua Golkar Bontang setelah Mukmin terpilih sebagai orang nomor 2 di Pemprov Kaltim.

Bagi kalangan tertentu, bukan sekali dua ia jatuh-bangun di panggung politik. Namun ia tetap saja punya pentas di tengah kisruh dan dendam lama tak berkesudahan.

Ada alasan mengapa bongkarMagz di edisi kali ini mengangkat nama Sofyan sebagai topik utama. Sebagai pemain lama, putra Haji Andi Sewang atawa Daeng Muntu Hasdam itu piawai dalam menempatkan diri di setiap prahara. Sofyan juga berperan dalam menyusun taktik dan strategi politik di internal Golkar –baik kota maupun provinsi.

Bukan kali ini saja Sofyan diplot untuk mengganti kepengurusan Golkar Kaltim yang dipimpin Mukmin Faisyal. Maret 2015 lalu, siapapun akan ingat bagaimana Sofyan sempat dikabarkan mendapat mandat Agung Laksono –Ketua DPP Golkar versi Munas Ancol– untuk menyiapkan formasi anyar pohon beringin di tingkat provinsi. Sofyan menjadi satu di antara politisi gaek Golkar Kaltim yang dipilih bersama Adi Darma, Hatta Zainal, Suwandi, Abdul Khaidir, dan Zulkifli Syahab. Peran Sofyan dianggap sentral dalam kelompok ini. Sekali lagi, nama Sofyan disebut-sebut sebagai pengatur pertemuan dengan Agung pada Kamis 12 Maret 2015 lalu.

Saking abnormalnya perjalanan politik Sofyan, justru mencuatkan salahsatu angkatan tua Golkar Kaltim tersebut dalam bursa kandidat calon ketua. Sofyan benar-benar memainkan peran dalam adagium usang; Tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan. Jelang Musda Golkar Kaltim, doktor ahli saraf itu benar-benar memainkan perang urat saraf dengan seteru –dan lawan-lawan politiknya.

Sofyan dan Mukmin boleh jadi merupakan bumbu utama dalam peta konflik Golkar Kaltim. Mahfum tahu, keduanya tak pernah saling takzim sejak berseteru 2011 lalu. Pun, dengan sang istri, Neni Moerniaeni –yang sempat memegang nakhoda Golkar Bontang– juga sering terancam dilengserkan oleh Mukmin.

Ihwalnya terjadi ketika Neni –berpasangan dengan Irwan Arbain– kalah bersaing di Pilwali Bontang dari Adi Darma –dengan Isro Umarghani. Mukmin yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Golkar Kaltim, langsung mendepak Sofyan dari kepengurusan pohon beringin sebagai Ketua Golkar Bontang. Sejurus kemudian, mantan Ketua DPRD Kaltim itu lalu merangkul Adi Darma –yang kemudian diplot sebagai Ketua Harian Golkar Kaltim.

Dua tahun setelah itu –2013– DPP Golkar menyebut ada 10 DPD II Golkar di Kaltim yang mengajukan Musdalub. Mereka disebut-sebut tidak setuju dengan pencalonan Mukmin sebagai Wakil Gubernur Kaltim mendampingi Awang Faroek Ishak. Sebagian kalangan mencurigai, proses pemilihannya tidak demokratis.

Beberapa nama santer terlibat dalam usaha kup terhadap Mukmin; Sofyan Hasdam, Neni Moerniaeni, dan lain-lain. Namun, gosip yang beredar, Mahyudin –ketika itu menjadi pengurus pusat– tidak memberi lampu hijau. Hasilnya dapat ditebak; Musdalub gagal. Mukmin melenggang maju mendampingi Faroek di Pilgub dan menang.

Tahun berikutnya –2014– tensi politik Golkar di Bontang makin meninggi. Mukmin menunjuk Andi Harun sebagai Plt Ketua Golkar Bontang menggantikan Neni. Neni –yang ketika itu menjabat sebagai anggota DPR RI– benar-benar turun setelah digantikan Andi Harun lewat Musda Golkar Bontang. Tak hanya disitu, Mukmin malah menyokong Andi Harun –yang kemudian menjadi ketua definitif– sebagai bakal calon walikota Bontang.

Seteru lain Sofyan dan Neni, Adi Darma, kemudian pecah kongsi dengan sang ketua. Hal ini diduga kuat membuat Adi Darma –selaku petahana– tersakiti dengan sikap Mukmin mendukung Andi Harun maju dalam Pilwali Bontang. Belakangan, Mukmin menyebut mantan Sekda Bontang itu telah dipecat dari kepengurusan Golkar Kaltim.

Terakhir 2015. Dualisme pengurus pusat –kubu Aburizal Bakrie versus Agung Laksono– menjalar ke Kaltim. Kelompok yang dahulu ingin melakukan kup kepada Mukmin bersatu kembali dengan kelompok Sofyan. Kekuatan oposisi ini makin bertambah dengan bergabungnya para politikus gaek Golkar. Sebut saja seperti Hatta Zainal, Suwandi, Abdul Kadir, dan Zulkifli Syahab. Makin meyakinkan lagi ketika Mahyudin, sang wakil ketua MPR RI, terang-terangan menyeberang mendukung kubu Agung Laksono.

Peta konstelasi kemudian berubah 180 derajat di awal 2016. Mukmin yang semula menjadi loyalis Ical –sapaan Aburizal Bakrie– justru kini berseberangan. Sang Wakil Gubernur Kaltim itu terdepak. Sofyan naik panggung kembali setelah mendapat mandat. Lewat tandatangan Ical, Sofyan menjadi Plt Sekretaris Golkar Kaltim menggusur posisi Akhmad Albert via SK KEP-76/DPP/GOLKAR/2016.

Bila menarik benang merah semua kejadian di atas, tentu saja nuansa dendam lama Sofyan kepada Mukmin cukup terasa. Siapa yang akan menang? #

 

—————————————————————————————————————————————————————————————–

 

408.inddAngkatan Tua Legawa dengan Angkatan Muda?

Ia selalui dikait-kaitkan dengan sejumlah prahara di internal Golkar Kaltim. Perjalanan politik yang dinamis mencuatkan salahsatu angkatan tua pohon beringin itu dalam bursa kandidat calon ketua di Bumi Etam.

Nama Sofyan Hasdam mendadak melejit di tengah prahara Golkar –baik di pusat maupun di daerah. DPP Golkar yang dinahkodai Aburizal Bakrie, mendapuk pia kelahiran Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, itu sebagai Plt Sekretaris Golkar Kaltim. Sofyan menggantikan posisi Akhmad Albert via SK nomor KEP-76/DPP/GOLKAR/2016 yang ditandatangani langsung oleh Ical –sapaan Aburizal Bakrie.

Di antara komposisi kandidat calon ketua baru pohon beringin di Kaltim yang santer disebut-sebut, nama Sofyan merupakan salahsatu sosok angkatan tua bila ditilik dari tahun kelahiran. Sofyan merupakan kelahiran 1956. Pun dengan Andi Harahap yang juga kelahiran 1956. Di bawah keduanya ada Andi Burhanuddin Solong (1957) dan Rita Widyasari (1973). Sementara Syahrun adalah kelahiran 1954.

Sikap Sofyan di Musda DPD I Golkar Kaltim –rencananya digelar Jumat 19 Februari hingga Sabtu 20 Januari tahun ini di Balikpapan– sejatinya sudah bisa ditebak. Sang doktor mengaku tak bersedia menjadi calon dalam agenda pemilihan ketua dan pengurus partai berlambang pohon beringin. “Saya tidak akan mencalonkan diri menjadi ketua,” tegasnya.

Menurut Sofyan Hasdam, kader muda justru dinilai potensial. Terutama untuk memajukan dan mengembangkan partai. “Lebih baik yang muda-muda saja maju. Saya akan mendukung calon yang muda maju,” imbuh Sofyan Hasdam.

Nama Andi Sofyan Hasdam belakang memang santer disebut masuk dalam bursa kandidat Ketua Golkar Kaltim. Terlebih pasca ditunjuk sebagai Plt Sekretaris DPD I Golkar Kaltim, pimpinan Plt Ahmad Hidayat Mus.

Sokongan terhadap mantan walikota Bontang (2001-2005 dan 2006-2011) ini bahkan datang dari Wakil Ketua DPD I Bidang Organisasi Golkar Kaltim, Dahri Yasin. Ia menyatakan, Sofyan Hasdam laik dicalonkan sebagai Ketua DPD I Golkar Kaltim untuk periode 2016 hingga 2021.

Dalam sebuah keterangan, Dahri Yasin sebenarnya sempat menyebut 5 kadidat yang laik masuk dalam bursa kandidat Ketua Partai Golkar Kaltim. Selain Sofyan Hasdam, ada pula Rita Widyasari, Andi Harahap, Andi Burhanuddin Solong, serta Syahrun atawa dikenal dengan Haji Alung. #fs

================================================================================================================

 

408.inddSerangan dari Kota Taman

Sesaat setelah ditunjuk sebagai Plt Sekretaris Golkar Kaltim, Sofyan Hasdam langsung bergerak cepat. Dengan bergerilya dari Kota Taman –julukan Bontang– Sofyan melancarkan serangan.

Secara eksplisit, sang doktor menyatakan tidak ingin membuang banyak waktu. Sofyan seolah memberikan sinyal; kepengurusan yang telah ditunjuk DPP Golkar untuk mengantikan kepengurusan Mukmin Faisyal akan segera merapatkan barisan.

Menurut mantan waliKota Bontang dua periode (2001-2005 dan 2006-2011) itu, saat ini Plt sedang menunggu surat keputusan susunan pengurus Golkar yang baru. Setelah surat keputusan kepengurusan baru terbit, mereka akan bertugas mempersiapkan Musda Golkar Kaltim.

“Kami hanya akan bekerja sampai akhir bulan. Besok, setelah SK pengurus lengkap turun dari DPP, rapat akan dilakukan. Target akhir bulan ini kami harus menggelar Musda,” ujar Sofyan, seperti dikutip bongkarMagz dari sebuah lansiran.

SK kepengurusan yang dikeluarkan DPP Golkar nantinya tidak akan jauh berbeda dengan SK yang diterima Mukmin sebelumnya. Ditambah lagi, Sofyan mengisyaratkan, pengurus Golkar yang baru akan banyak diisi oleh pengurus yang sebelumnya masuk dalam jajaran Mukmin.

“Saya tidak terlalu hafal dengan nama pengurus nantinya. Yang jelas setelah SK nanti turun, pengurus akan membahas persiapan musda, menentukan kepanitiaan dan waktu pelaksanaannya,” jelasnya.

Menurut Sofyan, sebenarnya DPP Golkar masih menginginkan Musda Golkar Katim dilaksanakan di tangan kepengurusan Mukmin. Namun, hal itu tidak dapat terwujud akibat banyaknya permasalahan yang terjadi. DPP Golkar kemudian memutuskan mengambil alih kekuasaan Golkar Kaltim dengan membuat kepengurusan baru. “Keputusan ini diambil karena ada sinyal kepengurusan Golkar di Kaltim tidak mengakui kepengurusan Aburizal Bakrie,” kata Sofyan.

Surat pembekuan kepengurusan Mukmin di Golkar Kaltim jelas merembet hingga ke Bontang. Hal ini berdasarkan rapat konsolidasi di Hotel Grand Tjokro, Balikapapan, Rabu 20 Januari 2016 lalu.

Menurut Sofyan, buntut pembekuan pengurus DPD Golkar Bontang sebagai tindaklanjut status Andi Harun yang masih dihukum DPP Golkar. Selama pembekuan, Dahri Yasin ditunjuk sebagai Plt Ketua Golkar Bontang.

“Ada beberapa DPD kota yang masa kepengurusannya berakhir. Kami perpanjang sampai Maret atau selambat-lambatnya melaksanakan musda. Tapi, kami bakal menggelar musda provinsi terlebih dulu,” urainya.

Dijelaskan Sofyan, pertemuan di Hotel Grand Tjokro itu tidak dihadiri tiga ketua DPD kabupaten/kota –termasuk Bontang yang sudah dibekukan. Tapi, meski Berau dan Kutim tak bisa hadir, Sofyan menyebut jika kedua daerah itu bersedia melaksanakan semua keputusan partai.

Lalu, Balikpapan dihadiri Andi Burhanuddin Solong, Jafar Abdul Gaffar (Samarinda), Kaharuddin (Paser), dan Andi Harahap (Penajam Paser Utara). Termasuk, Ketua Golkar Kukar Rita Widyasari yang merupakan kandidat calon kuat ketua baru Golkar Kaltim.

Disinggung waktu pelaksanaan Musda Golkar Kaltim, Sofyan menyatakan memilih fokus membenahi kepengurusan Golkar Bontang terlebih dulu hingga ada pengurus definitif. “Masalah di Bontang harus selesai dulu, baru kami akan gelar Musda di provinsi,” tukasnya. #fs

 

————————————————————————————————————————————————————————

/

408.inddDendam Lama dan Kudeta

Ia dituding berperan dalam menyusun rencana kup kepada Mukmin Faisyal jelang Pilgub Kaltim. Terlempar dari tampuk kepengurusan pohon beringin di Bumi Etam, sang istri –Neni Moerniaeni– kemudian menyusul saat digulingkan lewat Musda Golkar Bontang.

SOFYAN Hasdam dan Mukmin Faisyal menjadi bumbu lain dalam peta konflik Golkar Kaltim. Mahfum tahu, keduanya tak pernah saling takzim sejak berseteru 2011 lalu. Pun, dengan sang istri, Neni Moerniaeni –yang sempat memegang nakhoda Golkar Bontang– juga sering terancam dilengserkan oleh Mukmin.

Ihwalnya terjadi ketika Neni –berpasangan dengan Irwan Arbain– kalah bersaing di Pilwali Bontang dari Adi Darma –dengan Isro Umarghani. Mukmin yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Golkar Kaltim, langsung mendepak Sofyan dari kepengurusan pohon beringin sebagai Ketua Golkar Bontang. Sejurus kemudian, mantan Ketua DPRD Kaltim itu lalu merangkul Adi Darma –yang kemudian diplot sebagai Ketua Harian Golkar Kaltim.

Dua tahun setelah itu –2013– DPP Golkar menyebut ada 10 DPD II Golkar di Kaltim yang mengajukan Musdalub. Mereka disebut-sebut tidak setuju dengan pencalonan Mukmin sebagai Wakil Gubernur Kaltim mendampingi Awang Faroek Ishak. Sebagian kalangan mencurigai, proses pemilihannya tidak demokratis.

Beberapa nama santer terlibat dalam usaha kup terhadap Mukmin; Sofyan Hasdam, Neni Moerniaeni, dan lain-lain. Namun, gosip yang beredar, Mahyudin –ketika itu menjadi pengurus pusat– tidak memberi lampu hijau. Hasilnya dapat ditebak; Musdalub gagal. Mukmin melenggang maju mendampingi Faroek di Pilgub dan menang.

Tahun berikutnya –2014– tensi politik Golkar di Bontang makin meninggi. Mukmin menunjuk Andi Harun sebagai Plt Ketua Golkar Bontang menggantikan Neni. Neni –yang ketika itu menjabat sebagai anggota DPR RI– benar-benar turun setelah digantikan Andi Harun lewat Musda Golkar Bontang. Tak hanya disitu, Mukmin malah menyokong Andi Harun –yang kemudian menjadi ketua definitif– sebagai bakal calon walikota Bontang.

Seteru lain Sofyan dan Neni, Adi Darma, kemudian pecah kongsi dengan sang ketua. Hal ini diduga kuat membuat Adi Darma –selaku petahana– tersakiti dengan sikap Mukmin mendukung Andi Harun maju dalam Pilwali Bontang. Belakangan, Mukmin menyebut mantan Sekda Bontang itu telah dipecat dari kepengurusan Golkar Kaltim.

Terakhir 2015. Dualisme pengurus pusat –kubu Aburizal Bakrie versus Agung Laksono– menjalar ke Kaltim. Kelompok yang dahulu ingin melakukan kup kepada Mukmin bersatu kembali dengan kelompok Sofyan. Kekuatan oposisi ini makin bertambah dengan bergabungnya para politikus gaek Golkar. Sebut saja seperti Hatta Zainal, Suwandi, Abdul Kadir, dan Zulkifli Syahab. Makin meyakinkan lagi ketika Mahyudin, sang wakil ketua MPR RI, terang-terangan menyeberang mendukung kubu Agung Laksono.

Peta konstelasi kemudian berubah 180 derajat di awal 2016. Mukmin yang semula menjadi loyalis Ical –sapaan Aburizal Bakrie– justru kini berseberangan. Sang Wakil Gubernur Kaltim itu terdepak. Sofyan naik panggung kembali setelah mendapat mandat. Lewat tandatangan Ical, Sofyan menjadi Plt Sekretaris Golkar Kaltim menggusur posisi Akhmad Albert via SK KEP-76/DPP/GOLKAR/2016.

Bila menarik benang merah semua kejadian di atas, tentu saja nuansa dendam lama Sofyan kepada Mukmin cukup terasa. Apapun titik kepentingannya, Sofyan dan kawan-kawan boleh dibilang selangkah lebih maju menggulingkan Mukmin cs. #fs

———————————————————————————————————————————————————————————

 

408.inddBergerilya di Jakarta

Dua poros besar pohon beringin Kaltim adu kuat berebut tampuk kekuasaan; Mukmin Faisyal dan Rita Widyasari –diwakili Sofyan Hasdam. Inilah perang –dalam senyap dan juga terbuka– antara kubu pengurus provinsi melawan kabupaten/kota di Bumi Etam.

TAK ada yang pasti dalam konstelasi Golkar sebelum gong berakhir ditabuh. Termasuk perang antara Sofyan Hasdam dan Mukmin.

Sofyan yang jelas berseberangan dengan Mukmin, boleh jadi bernafas lega saat menerima mandat pelaksana tugas yang dilansir DPP Golkar hasil Munas Bali –meski pengurusnya tak diakui pemerintah pusat. Tapi semua mendadak berubah 180 derajat. Menkumham secara eksplisit memperpanjang SK kepengurusan hasil Munas Riau yang digelar 2009 lalu hingga Juni 2016 mendatang.

Itu artinya, Plt yang didapuk DPP Golkar hasil Munas Bali, tak lagi relevan dengan situasi terkini.

Sekarang, justru mengemuka dua opsi.

Pertama; mengembalikan kepengurusan Mukmin dan memperpanjang masa kerja yang kadung habis 31 November 2015 lalu.

Atawa yang kedua; DPP hasil Munas Riau menunjuk Plt anyar menggantikan Plt yang diberi mandat DPP Golkar hasil Munas Bali.

Sedari awal, perang kekuasaan di Golkar Kaltim terjadi antara pengurus DPD Golkar Kaltim –diwakili Mukmin– dengan 10 pengurus DPD Golkar di kabupaten/kota –diwakili Sofyan– yang belakangan melengserkan Mukmin cs dari kepengurusan Golkar Kaltim.

Kini, kedua kubu sama-sama sedang bergerilya mengamankan posisi di Golkar Kaltim. Segala daya dan upaya dikerahkan. Termasuk koneksi tingkat tinggi di DPP Golkar. Siapa yang akan menang dan berkuasa?

Dari Jakarta, sayup terdengar kabar come back Mukmin Faisyal sebagai Ketua Golkar Kaltim. Adalah Andi Harun –politisi muda pohon beringin– yang disebut-sebut paling giat bergerilya di ibukota mengembalikan tahta mantan nahkoda DPRD Kaltim itu. Gosip yang beredar, Andi Harun mengerahkan koneksi di Jakarta via Mahyudin dan Popo Parulian.

Munculnya dua opsi –sedikit-banyak– memberikan angin segar kepada Mukmin cs. Dahri Yasin, Ketua Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan DPD Golkar Kaltim, bahkan menyebut Plt saat ini akan ditinjau ulang. “SK-nya diterbitkan DPP Golkar hasil Munas Bali,” ucapnya.

Dahri menyatakan, kedua opsi sangat memungkinkan terjadi. Namun jika ada Plt baru, jabatan ketua dipastikan diisi pengurus DPP. Komposisinya sendiri 1 di pengurus provinsi dan 10 di pengurus kabupaten/kota.

Namun dari gosip yang beredar, jika skenario kubu provinsi gagal mengembalikan tahta Mukmin, maka mereka akan menyokong Yoris Raweyai.

Nama lain yang beredar untuk tingkat pengurus kabupaten/kota adalah Nurdin Halid, Aziz Syamsuddin, Ahmadi Noor Supit, serta Mahyuddin.

Kabar baik untuk Mukmin ini juga datang dari Sekretaris Golkar Kaltim, Akhmad Albert. Ia membeberkan sinyal bahwa Golkar Kaltim pimpinan Mukmin Faisyal segera dikembalikan dan bakal diperpanjang.

Hanya saja, langkah itu masih menunggu surat keputusan bersama dari rapat konsolidasi pengurus DPP Golkar hasil Munas Riau.

“Aman sudah,” jawab Albert di Jakarta, saat menunggu hasil rapat konsolidasi DPP Golkar hasil Munas Riau, di Slipi, Jakarta Barat.

“Tinggal tunggu surat keputusan bersama saja,” lanjut Albert.

Sebagai informasi, berubahnya kontelasi di Golkar Kaltim terjadi pasca pertemuan tripartit petinggi DPP Golkar. Aburizal Bakrie (Ketua Umum DPP Golkar hasil Munas Riau, Red.), Agung Laksono (Wakil Ketua Umum DPP Golkar hasil Munas Riau, Red.), serta Jusuf Kalla (Ketua Tim Transisi Golkar, Red.), melakukan pembicaraan empat mata.

Salahsatu poin yang diamini, kader yang dipecat semasa konflik dualisme –Munas Bali dan Munas Riau– akan direhabilitasi. #fs

=====================================================================================================

 

408.inddAnak Masyumi Dikejar PKI

Trah politik Haji Andi Sewang –karib dikenal dengan Daeng Muntu Hasdam– mengalir dalam diri pria bermata sayu itu. Andi Sofyan Hasdam hidup dalam pergolakan sedari kecil hingga kini.

EMPAT Februari 1956. Sofyan kecil sudah dibopong ke Jakarta. Sang ayah, ketika itu, sukses menancapkan kuku di ibukota negara. Hasil pemilu medio 1955, menempatkan salahsatu politisi Masyumi ini sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Repupblik Indonesia (DPR RI).

Sayang, petaka datang di tahun kabisat tersebut. Kup Partai Komunis Indonesia (PKI) pecah. Mereka yang bersemat orang Masyumi, dikejar palu arit. Termasuk Haji Andi Sewang.

Tak butuh waktu lama untuk berpikir, sang kepala keluarga memutuskan kembali ke kampung halaman sekaligus tanah kelahiran. Tapi di Makassar, Sulawesi Selatan, Haji Andi Sewang justru belum merasa aman. Bahaya masih mengintai di mana-mana. Keselamatannya terancam. Pun dengan keluarga. Kup di Batavia sudah kadung menjalar ke daerah. Dengan pelbagai pertimbangan, Haji Andi Sewang angkat kaki menuju La Baka –sebuah kecamatan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau Pangkep– bersembunyi dari bidikan PKI dan kaki tangan mereka.

Selama menjalani kehidupan di La Baka bersama keluarga, Sofyan justru jadi remaja kampung yang sibuk dengan dua aktivitas. Saat pagi sekolah formal. Selama rentang 1962 hinga 1970, Sofyan menimba ilmu di SD Negeri 1 Labakkang dan SMP Negeri 1 Labakkang di Kabupaten Pangkep. Pun ketika duduk di bangku SMA Negeri Pangkajene (1971-1972). Tapi di sana Sofyan urung rampung sekolah. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Ujung Pandang pada 1972 sampai 1973. Tuntas dengan sekolah formal di pagi hari, Sofyan kemudian menghabiskan waktu di sekolah agama pada sore hari. Dari situlah sosok yang mengidolakan Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meraup bekal-bekal berdakwah.

Meski dalam pelarian, sang ayah, Haji Andi Sewang, rupanya masih aktif berkutat di panggung politik lokal. Tak butuh waktu lama baginya untuk menduduki posisi sebagai Ketua Pimpinan Muhammadiyah Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra).

Dunia yang awalnya berbeda dengan sang ayah justru menautkan pengagum mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Teacher, itu dengan politik. Sofyan perlahan-lahan terlibat ketika masih SMP. Ia aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Tapi Sofyan mengaku tidak merasa terjun politik karena itu arahan dari sang ayah. Namun lambat laun kematangan berpolitiknya terus terasah. Ini terjadi sewaktu Sofyan belajar dari organisasi-organisasi ekstra seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di bangku kuliah. Sedari kecil, Sofyan sebenarnya tumbuh di dunia itu. Mulai tertarik di kemudian hari lantaran secara tidak langsung mengikuti kegiatan Haji Andi Sewang ketika aktif menjadi anggota DPR RI. Kebiasaan yang ternyata berlanjut saat Sofyan juga kerap hadir dalam sejumlah rapat organisasi yang dihadiri Haji Andi Sewang ketika masa pelarian.

MATA UDANG DUA BIDANG

Dunia politik dan kesehatan, bagi Sofyan, merupakan dua sisi mata uang. Sofyan faham darah politik sang ayah mengalir dalam dirinya. Apakah itu genetik? Sofyan tak mengamininya. Kata Sofyan, dalam ilmu kedokteran persepsi itu tidak ada teorinya. “Manusia itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Orang-orang baik, jika berada dalam lingkungan narkoba tidak lama pasti orang tersebut bisa jadi pemakai narkoba,” ujarnya.

Bagaimana dengan profesi dokter? Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Universitas Makassar (Unhas), ini mengakui memang sejak kecil bercita-cita menjadi dokter.

“Melihat dokter berpakaian putih dan bersih, membuat hati saya semakin teguh untuk menjadi dokter. Bahkan, ketika saya naik mobil dan melewati fakultas kedokteran depan masjid raya di Makassar, saya selalu berdoa ya Allah mudah-mudahan bisa sekolah di sini. Menjadi walikota bukan cita-cita dan tidak pernah mimpi sedikitpun,” ujarnya.

Menariknya, selama kuliah di kedokteran Sofyan memilih spesialisasi saraf. Alasannya, gangguan saraf merupakan penyakit masa depan masyarakat Indonesia. Penyakit parkinson, stroke, rematik, akan mendominasi masyarakat Indonesia pada usia-usia tua. “Ilmu politik dan ilmu kedokteran sama-sama sulit. Tapi keduanya merupakan seni yang indah,” tandasnya. #fs

==========================================================================================

Biodata

 

Nama: dr H Andi Sofyan Hasdam, Sp.S

Tempat Tanggal Lahir: Makassar, Sulawesi Selatan, 4 Februari 1956

Isteri: dr Hj Neni Moerniaeni, SpOG

Anak: Andi Satya Adi Saputra, Andi Faisal, Andi Nevi Amalia Puteri

 

Pendidikan

1962-1967: SD Negeri 1 Labakkang

1968-1970: SMP Negeri 1 Labakkang

1971-1972: SMA Negeri Pangkajene –tidak sampai selesai dan dilanjutkan di SMA Negeri 3 Ujungpandang.

1972-1973: SMA Negeri 3 Ujungpandang

1974-1981: Fakultas Kedokteran Unhas –dilanjutkan di Fakultas Kedokteran Unair, karena Unhas belum memenuhi persyaratan untuk mendidik.

1987-1988: Penyelesaian Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di Fakultas Kedokteran Unair

 

Karya Buku

– Komparasi Kebijakan Publik dan Praktik Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Bontang (Juni 2004)

– Merekat Keluarga Sakinah

– Dari Los Palos ke Benua Etam (Februari 2005)

– Bontang Bebas Kemiskinan 2020 (Januari 2006)

– Bontang Cerdas 2010; Memadukan Kuantitas dan Kualitas Pembangunan (Januari 2006)

– Bontang Sehat 2008; Mengutamakan Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Sehat (5 Februari 2007)

– Bontang Lestari 2010; Meningkatkan Mutu Lingkungan Melalui Partisipasi Masyarakat (7 April 2007 di Samarinda)

 

1982-1983: Dokter Puskesmas Lospalos Timor Timur

1983-1984 : Pj. Kepala Cab. Dinkes Kab. Lautem Timor Timur

1983-1984 : Pj. Kepala BKKB Kabupaten Lautem Timor Timur

1988 – 1997 : Staf pada Bagian Penyakit Saraf RSUD A Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan timur

1990 – 1998 : Tenaga Pengajar Luar Biasa pada SPK Depkes dan SPK Dirgahayu Samarinda Kaltim

1990 – 1995 : Dosen Luar Biasa pada AKPER Pemda Kaltim

1991 – 1994 : Kepala Bidang perencanaan & Diklat RSU A. Wahab Sjahranie Samarinda Kaltim

1996 – 2007 : Dosen Luar Biasa pada AKPER Muhammadiyah Samarinda

1998 -1991 : Anggota DPRD Propinsi daerah tingkat I Kaltim :

– 1998 -1998 : Wakil Ketua Komisi E

 

– 1998 -1999 : Ketua Fraksi Karya Pembangunan

1999 : Ketua SMF Penyakit Syaraf RSU A. Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan timur

1993 : Dokter spesialis purna waktu pada rumah sakit PT. Pupuk Kalimantan timur Bontang

1994 : Dokter penasehat Depnaker Kalimantan timur

2001 – 2005 : Walikota Bontang ( Periode I )

2006 – 2011 : Walikota Bontang ( Periode II )

Sumber: Pelbagai sumber.

——————————————————————————————————————————————————————–

 

408.inddMeniti dari Pilwali

 

Andi Sofyan Hasdam kembali. Apapun hasil akhir prahara pohon beringin Bumi Etam, Sofyan telah menapak ke panggung politik untuk kali kesekian. Episode ini diawali dari Pilwali Kota Taman.

BONTANG awal 2015. Waktu pemilihan walikota Bontang masih jauh di penghujung tahun. Namun, lamat-lamat genderangnya telah ditabuh. Bukan anak Haji Andi Sewang namanya kalau tidak piawai memainkan ritme politik lokal. Kemunculan Sofyan ditandai safari politik sang istri, Neni Moerniaeni, sebagai anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi Energi Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup.

Ketika itu, Neni memang belum menyatakan secara resmi maju di Pilwali. Konstelasi politik apapun tetap akan memenangkan Adi Darma –walikota Bontang sekaligus calon petahana yang berambisi naik tahta kali kedua. Hanya saja, reses di Kantor Walikota Bontang lama, dihadiri seteru; mantan Sekda Bontang yang melawan Sofyan-Neni di Pilwali Bontang 5 tahun lalu.

Siapapun yang hadir di sana sontak terkejut. Sofyan secara eksplisit justru menyokong Adi Darma. “Kita harus dukung program-program pak walikota. Ya, kalau bisa kita harus pastikan Pak Adi menang dalam Pilwali nanti,” ucapnya, ketika itu.

Alibi Sofyan, elektabilitas Adi Darma tinggi. Kans untuk menang di Pilwali jelas terbuka. Terlebih belum ada calon lain yang menyatakan maju. “Sejauh ini yang paling tegas menyatakan untuk majukan Pak Adi. Ya, saya rasa, sebagai orangtua di Bontang, Pak Adi laik untuk didukung kembali,” katanya, dalam reses itu.

Kemesraan Sofyan-Adi bahkan berlanjut ketika prahara Golkar di tingkat pusat merambah Bontang. Sofyan yang lebih dulu terlempar dari kepengurusan Golkar Kaltim pimpinan Mukmin Faisyal yang pro Aburizal Bakrie, bersekutu dengan Adi Darma yang ketika itu condong kepada Agung Laksono. Tapi musabab sebenarnya adalah Adi Darma merasa tersakiti ketika Andi Harun tak sekadar diplot mengisi posisi Ketua Golkar Bontang setelah melengserkan Neni. Melainkan juga didukung untuk maju sebagai calon walikota Bontang dari Golkar. Nuansa selanjutnya dapat ditebak; drama tak berkesudahan.

Adi Darma yang semula merasa di atas angin –sebelum prahara Golkar di tingkat pusat pecah– memang tak pernah waham siasat politisi gaek pohon beringin itu. Menurut sumber terpercaya Bongkar yang berada dalam ring satu Sofyan, Adi Darma kelak akan ditinggalkan, tidak didukung, untuk kemudian menjadi lawan politik kali kedua di Pilwali Bontang melawan Neni –kabar yang terbukti benar bila melirik perjalanan Pilwali Bontang tahun lalu. #fs

 

——-

///foto: musuh bersama Mukmin

Sofyan Diantara Mukmin dan Rita

Perintah Musda pohon beringin Benua Etam oleh DPP Golkar, 7 Januari 2016, bak pendulum liar. Kursi Ketua Golkar Kaltim kini jadi rebutan dua kutub politik; Mukmin Faisyal dan Rita Widyasari.

SUDAH jadi rahasia umum, agenda Musda Golkar Kaltim merupakan arena perebutan kekuasaan antara Mukmin dan Rita. Tapi dalam setiap kesempatan, Ketua Golkar Kukar itu selalu wait and see, enggan melakukan konfrontasi secara terbuka dengan Ketua Golkar Kaltim. Makanya, sosok Andi Sofyan Hasdam diperlukan. Mereka yang hidup-mati di Golkar Kaltim, waham kemana arah dukungan dan kepentingan Sofyan sedari awal.

Bukan tanpa musabab, riak jelang Musda Golkar Kaltim erat dengan Pilgub Kaltim 2018. Wacana itu barangkali terlampau dini bagi khalayak. Namun, bagi mereka yang berambisi melanjutkan kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak (AFI), menduduki jabatan Ketua Golkar Kaltim serupa dengan menjejakkan satu kaki di Kantor Gubernur Kaltim. Ya, hanya di partai itulah jalan untuk menggenggam jabatan orang nomor 1 di Kaltim sangat terbuka.

Faktornya banyak. Contoh bila merujuk Pasal 40 UU 8/2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Untuk membentuk perahu politik, syarat minimum pendaftaran calon kepala daerah, yaitu diusung partai politik atau gabungan partai politik yang memiliki paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPRD. Bila di DPRD Kaltim total kursi sebanyak 55, maka siapapun yang duduk sebagai Ketua Golkar Kaltim dan berniat maju sebagai calon gubernur Kaltim, hanya perlu 11 kursi saja.

Sebagai pemenang Pileg 2014 di tingkat provinsi, Golkar adalah penguasa DPRD Kaltim dengan 13 kursi. Di bawah Golkar, PDI Perjuangan dengan 10 kursi dan Gerindra 6 kursi. Dengan komposisi itu, hanya Golkar yang mampu memajukan calon gubernur dan wakil gubernur sendiri tanpa berkoalisi.

Bagi Mukmin, Pilgub 2018 kelak merupakan hajatan terakhir mengingat usianya sudah menginjak 68 tahun. Tak beralasan apabila Mukmin membidik posisi nomor satu di Kaltim itu.

Salahseorang sumber Bongkar di internal Golkar Kaltim, tak menampik gosip jika Musda Golkar Kaltim menjadi arena berebut kekuasaan. “Kalau berbicara itu (Ketua Golkar Kaltim, Red.), target berikutnya memang Pilgub 2018,” ucap sumber yang enggan namanya ditulis tersebut.

Selain itu, penunjukan 5 Plt Ketua Golkar di kabupaten/kota, ujarnya, menguntungkan Mukmin. Dengan skenario itu, Mukmin mengantongi 9 dukungan dari pemilik hak suara dalam Musda Golkar Kaltim. Secara hitung-hitungan, Mukmin jelas unggul karena total pemilik suara hanya berjumlah 16.

Saat ini, kabar yang beredar banyak dibantah. Sekretaris Golkar Kaltim, Akhmad Albert, misalnya. Ia menyebut masih terlalu jauh bila berpikir Pilgub 2018. Meski begitu, Albert tak menampik fakta jika Golkar Kaltim menjadi satu-satunya partai di Benua Etam yang bisa mengusung calon sendiri. “Selebihnya saya no comment. Kami sepakat satu pintu melalui Pak Dahri (Yasin, Red.),” jelasnya.

Sementara itu, ketegasan soal pelaksanaan Musda Golkar Kaltim diungkapkan Dahri Yasin. Ketua Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Golkar Kaltim itu menyebut, panitia pengarah dan panitia pelaksana sudah terbentuk. Ini ditandai dengan keluarnya keputusan Golkar Kaltim bernomor SKEP-112/DPD/GOLKAR/XII/2015 tentang Panitia Penyelenggara Musda Golkar Kaltim yang ditandatangani Ketua Golkar Kaltim Mukmin Faisyal dan Sekretaris Akhmad Albert pada 30 Desember 2015.

Dalam surat itu, Dahri ditunjuk sebagai ketua pengarah dan Yunus Nusi sebagai ketua panitia pelaksana. Dahri selaku ketua panitia pengarah mengaku, masih bernegosiasi dengan DPP untuk mengundur waktu agar persiapan lebih matang. Lagi pula, lanjut Dahri, bertepatan pelaksanaan, Ketua Golkar Kaltim sedang medical check-up dan umrah. “Setidaknya (Musda Golkar Kaltim, Red.) Februari. Itu juga masih dibicarakan dengan DPP kalau disetujui. Tinggal menunggu jawaban,” sebut Dahri. #fs

 

 

Comments are closed.