BeritaKaltim.Co

Kolam ECI Makan Korban Lagi, Kali Ini Karyawan Tambang

tanda peringatan perusahaan ECISAMARINDA, BERITAKALTIM.com- Tambang batubara yang dikenal sebagai industri keruk yang mamatikan kembali mengahadirkan duka. Agus Pawon dan Medi yang merupakan operator alat berat yang sedang bekerja untuk mengangkut batubara, pada pukul 09:00 Wita, Selasa 8 Maret 2016, di lokasi PT Mitra Indah Lestari, tiba-tiba tertimpa tanah longsor yang diduga merupakan overburden dari aktivitas pertambangan batubara di Bukuan, Kecamatan Palaran, Samarinda.

Kejadian itu memberi petunjuk, korban tambang kini tak hanya anak-anak tapi juga para karyawan. Dalam 1,5 bulan ini sudah 2 kali terjadi longsor di areal tambang yaitu di Bukit Merdeka, Samboja Kukar dan kini di Bukuan, Palaran Samarinda. Sudah 8 korban terkubur dan 4 nyawa melayang.

Menurut keterangan beberapa pekerja PT MIL, Agus Pawon pada saat itu sedang mengoperasikan truk besar. Ia beruntung masih sempat diselamatkan dan saat ini sedang dirawat di RSUD. AW Syahrani, Samarinda. Sedangkan, Medi baru dapat dikeluarkan dari timbunan longsor tersebut setelah sekitar 9 jam pencarian yang dilakukan bersama dengan BPBD, Koramil, Basarnas, Polsek dan pihak perusahaan sekitar pukul 17:45 Wita. Jenasah Medi langsung dibawa ke RS. I.A Moeis yang rencananya akan divisum.

Medi (30 tahun) merupakan warga Palaran, yang telah lebih kurang 5 tahun bekerja sebagai operator eksavatoruntuk PT MIL. Ia merupakan ayah dari seorang bocah perempuan bernama Meldasari yang kini berumur 4 tahun. Medi merupakan anak ke 2 dari 9 bersaudara yang berasal dari Pinrang, Sulawesi Selatan.

Menurut Samsul dan Ukat, yang juga merupakan teman sejawat dari kedua korban tersebut, PT MIL sudah cukup lama beropersi di lokasi ini sebagai subkontraktor dari PT ECI (Energi Cahaya Industritama). Mereka juga menyebutkan pada saat kejadian, perusahaan memang sedang melakukan proses produksi berupa pengerukkan.
Hingga saat ini pun, proses evakuasi untuk kedua kendaraan tersebut masih terhenti dikarenakan timbunan tanah yang banyak dan saat ini lokasi kejadian hanya diterangi oleh lampu sorot yang terang tanpa ada aktivitas apapun.

Di rumah sakit dalam pantauan aktivis JATAM Kaltim Merah Johansyah, Maretasari dan Fahri , seorang perempuan separuh baya yang dipanggil Bu Ece hanya dapat terus mengelus rambut Meldasari, sang cucu yang kini telah menjadi yatim. Ibu berlogat bugis ini dengan penuh kesedihan hanya dapat duduk di kursi depan kamar menungu jenasah putranya, Medi yang sedang dimandikan.

“Ketika mendengar kabar ini, saya langsung pesan tiket pesawat dari Tarakan dan berangkat ke sini sekitar jam 2 siang tadi,” ujarnya sambil menahan tangisnya. Bersama dengan sanak saudaranya, Bu Ece juga menyampaikan bahwa jenasah anaknya akan dimakamkan di Pinrang.

Pukul 19:21 Wita, kamar jenasah dibuka dan pihak keluarga yang ingin melihat jenasah dipersilakan. Seketika, kamar jenasah penuh karena banyak keluarga yang datang adapula beberapa orang berseragam perusahaan datang dan menunggu di RS. I.A Moeis.

Pihak keluarga meminta kepada perusahaan untuk dapat memberikan tanggungjawabnya berupa sejumlah uang yang kemudian akan digunakan untuk proses keberangkatan jenazah, pemakamam dan santunan bagi keluarga. Hingga pukul 20:30 Wita belum ada kepastian berapa yang akan diberikan oleh pihak perusahaan sehingga kelurga masih bertahan di RS tersebut. #jatam

 

Comments are closed.