BeritaKaltim.Co

Warga Pulau Nunukan Darurat Air Bersih

Embung Sei Bilal kering, PDAM Nunukan siap tak beroperasi.
Embung Sei Bilal kering, PDAM Nunukan siap tak beroperasi.

NUNUKAN, BERITAKALTIM.COM- Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Nunukan mulai menunjukan kepanikan karena sumber air bersih mengalami kekeringan. PDAM mengaku siap tak beroperasi jika 4 hari ke depan pulau di perbatasan negara itu tak juga diguyur hujan.

Kepanikan PDAM Nunukan ditunjukkan dengan terbitnya surat kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan yang isinya menjelaskan situasi yang sedang dan akan terjadi. Dalam surat juga diberitahu kalau PDAM akan berhenti operasi.

Kepala Bagian Keuangan PDAM Nunukan Suparlan Kasmin mengatakan, penyerahan surat penghentian operasional kepada Bupati Nunukan diambil PDAM untuk melakukan antisipasi, langkah yang diambil pemerintah daerah karena minimnya pasokan air dari 2 embung yang dimiliki PDAM.

”Barangkali hari Sabtu kita sudah tidak bisa beroperasi kalau tidak ada hujan. Kita hanya berharap pada hujan. Kami tidak ada langkah yang bisa diambil, pilihannya ya kita berhenti operasi,” ujarnya, Selasa (08/03/2016).

Untuk memberikan layanan kepada pelanggannya, PDAM Nunukan membutuhkan lebih dari 4.000 liter kubik. Namun 4 bulan terakhir Kabupaten Nunukan jarang sekali diguyur hujan yang membuat debit air Sungai Bolong dan Sungai Bilal yang merupakan sumber air bagi embung milik PDAM mengalami penurunan.

“Embung Bilal dan Embung Persemaian sudah sangat kritis airnya. Perharinya saja kita membutuhkan air lebih kurang 4.320 liter kubik. Kalau perharinya kita ambil 4.320 dikalikan 30 berarti 129.600 liter kubik berarti habis sama sekali kalau tidak ada hujan,” ujarnya menambahkan.

Jika PDAM Nunukan berhenti beroperasi, maka 7.000 lebih pelanggannya akan kesulitan mendapakan air bersih. Satu satunya harapan warga Nunukan menurut Suparlan Kasmin adalah segera turun hujan sebelum hari Sabtu yang mampu membuat embung milik PDAM Nunukan kembali terisi.

Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Nunukan akhir-akhir ini diperparah dengan mulai beralih fungsinya Hutan Lindung Pulau Nunukan. Warga menjadikan hutan lindung Pulau Nunukan menjadi pemukiman dan perkebunan sawit.

Padahal kawasan Hutan Lindung Pulau Nunukan merupakan areal yang berfungsi sebagai resapan air hujan yang nantinya akan mengalirkan air di beberapa sungai yang nantinya menjadi bahan baku pengolahan air PDAM Nunukan.

Tidak adanya program reboisasi di kawasan bantaran sungai juga disinyalir membuat sungai di Pulau Nunukan kesulitan mendapat pasokan air. Minimnya kesadaran warga memelihara hutan lindung dan lemahnya pengawasan oleh pemerintah daerah disinyalir menjadi penyebab warga berani menjarah dan menjadikan hutan lindung sebagai perkebunan sawit dan pemukiman. #dim

Comments are closed.