SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM– Paska musibah kebakaran, Kamis (10/3/2016) pukul 18.30 Wita, yang menimpa warga Jalan Selamat Riyadi Kelurahan Karang Asam, Kecamatan Sungai Kunjang, baru bisa padam pukul 22.00 Wita dan memusnahkan 400 unit rumah di empat wilayah RT (Rukun tetangga), yaitu RT 33, RT 31, RT 32 dan RT 16, mengakibatkan ribuan orang harus mengungsi mencari tempat bermukim sementara.
Pantauan wartawan beritakaltim.com kemarin, Jum’at (11/3/2016) siang, di lokasi eks kebakaran, banyak sekali terlihat puing-puing bangunan rumah yang sudah jadi arang, dan benda-benda lainnya tampak berserakan dimana-mana.
Peristiwa ini, adalah salah satu musibah terbesar ke tiga kalinya pernah terjadi di kota Samarinda.
Di tahun 1958, musibah serupa pernah terjadi di Pasar Pagi yang dikenal dengan nama Bangsal Seng. Masyarakat Samarinda juga menyebutnya Peristiwa Empat April.
Musibah terbesar ke dua terjadi pada 1986, di sekitar Jembatan Baru atau arah Jalan Agus Salim. Kejadiannya juga pada sore hari, dan api baru bisa padam pada malam hari. Karena kobaran api sangat besar ketika itu, sehingga tidak mudah dipadamkan. Akibatnya, dua batas wilayah, antara Kelurahan Sungai Pinang Luar dan Kelurahan Sungai Pinang dalam ludes terbakar, padahal kedua kelurahan itu dibatasi anak Sungai Karang Mumus. Karena kobaran api begitu besar ketika itu, membuat atap rumah dari bahan seng berwarna merah pijar dan masih mengandung bara api itu berterbangan ke udara hinggap di sejumlah rumah warga, api pun terus membesar dan sulit dipadamkan. Peristiwa ini menghanguskan 500 unit rumah dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Rentetan peristiwa bersejarah tentang musibah kebakaran terbesar, yang pernah dialami warga kota Samarinda itu, pertama tahun 1958, ke dua tahun 1986 dan terakhir di tahun 2016, terjadi Jum’at sore memasuki senja menjelang sholat magrib.
Menurut keterangan Ketua RT 33, Daeng Raga yang juga salah satu korban musibah itu, kejadiannya bermula pukul 18.30 Wita. Kobaran api berasal dari rumah berlantai dua milik salah seorang warga RT 31.
“Saya melihat api sudah melahap bangunan tingkat dua itu, cukup besar. Penyebabnya Saya juga juga tahu, karena hingga sekarang ini belum ada laporan dari mana pun tentang penyebab kebakaran itu,” terang Daeng Raga kepada beritakaltim.com.
Daeng Raga mengungkapkan, rumah warganya yang terbakar diatas lahan seluas empat hektar itu, sebagian wilayah RT 33 sebanyak 95 unit rumah tinggal, terdiri dari 120 Kepala keluarga (KK) dan 510 jiwa yang kehilangan tempat tinggalnya.
“Bantuan yang kami dapatkan sekarang ini, ada dari BNPB (Badan Nasional Penangan Bencana – red) Pemkot Samarinda yang mendirikan tenda untuk tinggal sementara bagi warga yang terkena musibah itu,” ujarnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Kepala Seksi Peralatan BNPB Pemkot Samarinda, Yudi, di sela-sela kesibukannya mengatur anak buahnya di lapangan menyebutkan, untuk sementara ini pihaknya hanya bisa memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada semua yang terkena musibah itu, dengan mendirikan tenda-tenda darurat sebanyak tiga unit dan tiap tendanya bisa menampung sampai 20 orang.
“Selain itu juga, ada kami berikan bantuan makanan siap saji, berupa paketan yang merupakan program bantuan dari Pemerintah Pusat,” terangnya.
Bantuan makanan siap saji itu, diakui Yudi, belum bisa merinci dengan pasti, karena hingga saat ini pihaknya belum menerima data lengkap dan jelas dari masing-masing Ketua RT, berapa banyak warganya yang harus dibantu. #Amran
Comments are closed.