SAMARINDA, BERITAKALTIM.COM – Keberadaan conveyor batu bara perusahaan PT STA/SJA yang melintasi jalan poros Loa Janan – Loa Duri, tepatnya di Gunung Loa Duri menimbulkan kekhawatiran warga. Terutama dampak lingkungan bagi warga yang bermukim di Desa Loa Duri, Kabupaten Kutai Kartanegara. Warga juga merasa keberatan PT STA/SJA mendaratkan alat-alat berat melintasi jalan negara tanpa mengantungi izin lintas jalan.
Hal tersebut disampaikan Yahya Anja ketika melaporkan hasil kegiatan reses masa persidangan pertama 2016 saat Rapat Paripurna ke-8 DPRD Kaltim, Selasa (15/3).
“Ketika aktivitas perusahaan batu bara berlangsung, masyarakat merasakan polusi udara tidak sehat. Hal ini tentu saja mengganggu. Terlebih adanya perubahan air akibat limbah cair buangan batu bara mengalir langsung ke DAS Mahakam. Ini menjadi sorotan warga setempat,” kata Yahya, juru bicara Daerah pemilihan (Dapil) IV meliputi Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Barat dan Mahakam Ulu.
Selain soal lingkungan, reses sejumlah anggota DPRD Kaltim ini mendapati fasilitas listrik dan air bersih menjadi persoalan utama untuk daerah delta dan pesisir Mahakam. Warga meminta bantuan kepada pemerintah untuk pengadaan listrik tenaga surya bagi daerah yang belum teraliri listrik PLN, dan bantuan kapal pengangkut air bersih.
Pada sisi lain warga Desa Kelian, Kecamatan Long Iram, Kabupaten Kutai Barat meminta Pemerintah Provinsi Kaltim untuk menyelesaikan pembangunan Jembatan Tering – Long Iram. Jembatan tersebut mangkrak lebih sepuluh tahun. Keberadaan jembatan yang menghubungkan Kampung Jelemuq ke Kampung Tering Baru oleh masyarakat setempat dianggap sangat penting membuka keterisolasian masyarakat pedalaman di Kubar dan Mahakam Ulu.
“Masyarakat mengharapkan, pemerintah dapat berlaku adil memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan pada setiap perkampungan atau kecamatan. Sehingga pembangunan dapat terasa merata oleh masyarakat dan memberikan nilai manfaat,” kata Yahya Anja. #adv/rid/oke
Comments are closed.