BeritaKaltim.Co

Ayo ke Perpustakaan

420.inddSANGATTA, BERITAKALTIM.com- Permerintah Kutai Timur menggalakkan ‘gemar membaca’ melalui program perpustakaan daerah. Sejumlah kiat dilakukan untuk menarik warga menggemari buku.

Inilah data tentang minat baca anak Indonesia. Jika merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2012, terasa sangat memprihatinkan. Data itu menjelaskan, sebanyak 91,68 persen penduduk yang berusia 10 tahun ke atas lebih menyukai menonton televisi, dan hanya sekitar 17,66 persen yang menyukai membaca dari berbagai sumber seperti surat kabar, buku atau majalah.

Berdasarkan data United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan Ilmiah dan Kebudayaan PBB, pada 2012, indeks minat membaca masyarakat Indonesia baru mencapai angka 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 orang Indonesia hanya ada 1 orang saja yang punya minat baca.

Masyarakat Kabupaten Kutai Timur, berada di dalam angka-angka yang membuat miris itu. Padahal, membaca adalah jendela informasi pendidikan agar masyarakat berkualitas.

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur mencari solusinya. Salah satunya dengan mengadakan Perpustakan di banyak tempat.

Mengapa perpustakaan? Karena perpustakaan merupakan sarana pembelajaran untuk mencerdaskan suatu bangsa, perpustakaan adalah jembatan yang sangat vital dalam meningkatkan kuwalitas manusia atau sumber daya manusia.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kutai Timur.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kutai Timur.

Dunia pendidikan tidak akan lepas dari aktifitas membaca dan menulis, oleh karena itu perpustakaan di setiap tingkatan pendidikan wajib ada keberadaannya. Kewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara telah di amanatkan dalam pembukaan undang-undng 45. Salah satu wujud kongkret dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia adalah adanya perpustakaan yang memadai.

“Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang unggul, perpustakaan yang memadai perlu ada di setiap daerah, setiap instansi, dan setiap eleman masyarakat bahkan sampai tingkat RT,” ujar Budi Santosa, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kutai Timur.

Ia mengakui, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah terutama di daerah-daerah yang terpencil dan terisolir. “Di samping itu tingkat pendidikan yang masih rendah juga banyak, bahkan masyarakat yang masih buta huruf masih ada. Hal ini menjadi tantangan dan tugas kita bersama untuk mencerdaskan bangsa,” kata Budi Santosa.

Budi Santosa juga menjelaskan, saat ini program yang paling utama adalah merangsang minat baca masyarakat. Menumbuhkan minat baca ini tidaklah mudah perlu proses yang kontinyu, karena sifatnya mengedukasi masyarakat.

Semua unsur masyarakat harus disadarkan pentingnya membaca, dengan membaca jendela dunia akan terbuka, disamping itu membaca juga punya manfaat bagi pelakunya baik secara intelektual maupun psikologis. Salah satu manfaat membaca secara psikologis adalah mengurangi setres.

Dengan menumbuhkan minat baca pada masyarakat, otomatis kita punya kontribusi dalam pembangunan negara, bahkan peradaban dunia. Negara yang maju pasti memiliki koleksi buku yang banyak, hal itu menandakan budaya membaca pada masyarakat tinggi.

Dengan tingginya minat membaca masyarakat maka otomatis kuwalitas manusianya juga unggul. “Hanya dengan membaca ketertinggalan bangsa dengan bangsa lain akan terkejar karena masyakat yang cerdas unggul sudah tentu akan bisa menghasilkan mahakarya,” ujarnya.

Menurut Budi, sebagai warga negara musti prihatin mendengar pengumuman hasil survei yang dilakukan UNESCO bahwa minat baca bangsa Indonesia sangat rendah. Dari 1000 orang hanya 1 orang saja yang suka membaca, dengan membandingkan negara yang sudah maju seperti Amerika kita sangat jauh.

Penduduk Amerika bisa membaca buku 20 sampai 30 judul buku pertahun, Jepang 10 sampai 15 buku, sedangkan Asia 1 sampai 3 buku pertahunnya yang selesai dibaca. Hal ini diperparah dengan kondisi pendidikan nasional kita yang kurang bersinerginya program kerja dan anggaran antara kementrian pendidikan dan Badan Perpustakaan Nasional dan daerah.

Dalam pandangan Budi, bangsa yang maju peradabannya, selalu menginvestasikan keilmuanya melalui budaya membaca. Peradaban masyarakat yang maju selalu meninggalkan maha karya yang jadi pedoman dalam menentukan arah kemajuan bagi generasi berikutnya. Seperti agama pasti memiliki kitab suci hal ini menunjukan bahwa membaca dan menulis adalah ciri masyarakat yang beradab. Dengan kata lain membudayakan membaca dan menulis adalah ibadah bagi setiap pemeluk agama bukan hanya sekedar menjalankan amanah undang-udang saja.

Solusi bagi permasalahan kurangnya minat baca masyarakat di Kutai Timur melalui Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah adalah membangun perpustakaan di setiap Desa. Saat ini sudah lima puluh desa dan tujuh belas kecamatan yang telah memiliki perpustakaan, dari seratus tiga puluh lima desa yang ada.

Kedepan, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Kutai Timur berupaya setiap desa dan kecamatan ada perpustakaanya. Hal ini awal dari menumbuhkan minat baca masyarakat. Tentunya setelah infrastruktur perpustakaan terpenuhi baru melangkah pada program-program yang sifatnya pelatihan, pembentukan kelompak masyarakat suka membaca dan motifasi kepada masyarakat agar suka mengunjungi perpustakaan yang ada.

Harapan kita adalah meningkatnya minat baca masyarakat meningkatkan pula kualitas manusia Indonesia. Dengan banyaknya buku yang dibaca akan menambah wawasan, pemahaman dan cara pandang terhadap persoalan hidup lebih konprenship. Sehingga tujuan dari bangsa indonesia lepas dari penjajahan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan masyarakat bisa tercapai sesui dengan amanah pembukaan undang-undang 45.

Budi Santosa menghimbau kepada seluruh masyarakat Kutai Timur agar meluangkan waktu untuk berkunjung ke perpustakaan yang telah tersedia di desa-desa. “Karena hanya dengan membaca pengalaman, wawasan dan pengetahuan di dapat. Untuk meningkatkan sumberdaya masyarakat Kutai Timur tidak ada jalan lain selain membaca,” tegas Budi Santosa. #adver

Comments are closed.