NUSA DUA, BERITAKALTIM.com- Hari pertama penyelenggaraan Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) Partai Golkar, Minggu (15/5/2016), ruang persidangan di Nusa Dua Convention Center sudah penuh dinamika. Dari pagi sampai malam, setidaknya terjadi dua kali insiden yang membuat sidang diskor.
Sejak pembahasan tata tertib sudah terjadi silang pendapat. Pertama menyangkut siapa saja yang menjadi pemimpin persidangan. Apalagi adanya saran dari Akbar Tanjung yang ingin unsur Dewan Pertimbangan diikutkan menjadi salah seorang pimpinan persidangan.
Namun karena sudah ada unsur DPP (Dewan Pengurus Pusat) yang menjadi pimpinan sidang, disepakati dari 5 pimpinan sidang terdiri 3 dari unsur daerah, 1 DPP dan 1 ormas pendiri/didirikan dan sayap.
Masalah berikut muncul tentang siapa yang menjadi pemimpin sidang. Pembahasan hal ini sempat alot, sebab muncul kekuatiran pemimpin sidang tidak netral dan menguntungkan Caketum tertentu.
Malam harinya, keributan di ruang sidang terjadi lagi. Kali ini menyangkut dualisme kepengurusan dari dua organisasi pendiri Golkar, yakni SOKSI dan Kosgoro. Masing-masing pengurus merasa berhak untuk menjadi peserta Munaslub dan memberikan suara, sehingga antar mereka nyaris terjadi baku pukul dan membuat persidangan diskor.
Suasana di Pulau Dewata Bali sejak berlangsungnya Munaslub Partai Golkar terasa begitu meriah. Sejak dari Bandara Internasional Ngurah Rai, berbagai billboard, spanduk, umbul-umbul dan bendera Golkar mengisi berbagai sudut kota wisata itu. Bahkan bendera Golkar ditancapkan di laut dangkal sisi jalan tol yang mengundang perhatian pengendara yang melintasinya.
Satu-satunya Caketum dari Kalimatan Timur, Mahyudin, juga terlihat mengerahkan tim suksesnya untuk memeriahkan Munaslub. Foto Mahyudin terpampang disejumlah Billboard dan
umbul-umbul. Tidak mau kalah, 7 Caketum lainnya juga berusaha mencuri perhatian dengan memasang alat peraga.
Mahyudin membuka Posko di Villa 88 Nusa Dua, dekat dengan lokasi Munaslub. Seluruh anggota Timses, termasuk pendukung dari DPD Golkar Kutai Timur melakukan koordinasi di situ.
Salah seorang panitia penyelenggara, Tantowi Yahya mengatakan, dinamika yang terjadi saat pembahasan Tatib masih dalam batas wajar, tidak sampai membuat deadlock. Suasana sempat memanas, karena ada perbedaan pandangan mengenai sistim pemilihan Ketua Umum Partai Golkar apakah dilakukan dengan opsi voting tertutup atau terbuka.
Mayoritas Caketum yang mengikuti persidangan, menurut Tantowi Yahya kepada sejumlah Wartawan – termasuk beritakaltim.com, menghendaki pemilihan tertutup. Dari informasi yang beredar di kalangan wartawan, hanya Setya Novanto yang menginginkan voting terbuka.
Menurut Tantowi Yahya, walaupun mayoritas Caketum menginginkan voting dengan sistim pemilihan tertutup, namun yang menentukan adalah para voters atau pemegang sah hak suara.
Untuk hal tersebut, kata Tantowi akan diputuskan pada sidang pleno berikutnya, yakni pada hari Senin (16/5/2016).
“Jadi hari Senin itu agendanya adalah memutuskan apakah dilakukan voting pemilihan ketua dengan sistim tertutup atau sistim terbuka,” ujar Tantowi Yahya.
Sampai Minggu malam, acara Munaslub masih diisi oleh pandangan umum dari DPD (Dewan Pimpinan Daerah). Ada 46 unsur yang ditetapkan berhak menyampaikan pandangan atas LPj
(Laporan pertanggungjawaban) Ketua Umum Aburizal Bakrie selama masa periode kedua 2014-2016.#le
Comments are closed.