BeritaKaltim.Co

Panen Perdana Udang Vaname Asal Amerika

IMG-20160519-WA0000NUNUKAN, BERITAKALTIM.COM – Proyek percontohan echosrimp busmetik udang vaname di Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan menghasilkan udang hampir 2 ton dalam satu petak kolam dengan ukuran 30 kali 30 meter. Proyek percontohan echosrimp busmetik udang vaname di Desa Balansiku merupakan hasil kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara dengan BAPL Serang, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dan pengusaha dari Sebatik.
Keberhasilan panen perdana udang Vaname bahkan dihadiri Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie pada Selasa (17/5/2016). Kepala Dinas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Amir Bakrie mengatakan, potensi udang vaname adalah untuk diekspor. Sayangnya petambak di Nunukan harus menjual ke Tarakan karean di Kabupaten Nunukan belum ada pedagang yang mampu mengekspor udang vaname.
”Kita masih menjual di Tarakan, di Tarakan masih menjual ke Surabaya untuk di ekspor karena kuota Ekspor di Tarakan belum tersedia,” ujarnya, Rabu (19/5/2016).

Diharapkan dengan adanya percontohan echosrimp busmetik udang vaname di Desa Balansiku bisa ditiru oleh masyarakat petambak di Sebatik mengingat daya tahan udang vaname sangat tinggi sehingga hasil panen cukup banyak. Meski membutuhkan modal awal yang cukup banyak, Amir Bakrie memastikan dengan 3 kali panen modal sudah bisa kembali mengingat potensi udang vaname cukup menjanjikan.
IMG-20160519-WA0001“Anggaran 1 hektar kurang lebih 1 milyar untuk bikin demlpot. Investasi kita 3 kali panen sudah kembali modal,” imbuhnya.

Sementara pengusaha di Kecamatan Sebatik H Ali karim mengaku cukup tertarik untuk mengembangkan udang vaname. Dia mengatakan selain daya tahan hidup yang tinggi, menurutnya peluang usaha udang vaname sangat menjanjikan dikemudian hari. Dari pemasangan benur dari Takalar sebanyak 150.000 ekor, dalam satu kolam ukuran 30 meter kali 30 meter akan menghasilkan 2 ton udang vaname.
“Kita punya 4 petak setiap petak panjangnya 30 lebarnya 30 meter. Dari 4 kotak kita perkirakan akan menghasilkan 8 ton. Panen perdana ini sesuai target. Umur 45 hari udang harus sudah mencapai berat 5 sampai 6 gram, sekarang sudah ada yang 15 sampai 17 gram,“ ujar H Ali Karim.

Meski dari prospek cukup menjanjikan, namun dari dukungan infrastruktur ketersediaan listrik masih menjadi Kendala bagi perkembangan udang vaname di Sebatik. Hal ini dikarenakan belum tersedianya daya yang cukup untuk mengembangkan udang vawname yang membutuhkan kincir air yang diputar dengan dynamo listrik.
Selain itu ketersediaan bibit juga masih terkendala transportasi terkait ketersediaan bibit serta pakan udang.
“Dari Makasar harga benur 45 rupiah sampai di tempat, kita tambah ongkos 23 rupiah jadi benur 68 rupiah. Makanan di Makassar Cuma 14 ribu, kita sampai di Nunukan 17.000. Kendala kita juga listrik. Dalam satu bulan 15 drum, kalau kita pakai listrik bisa 10 juta saja,” ujar H Ali Karim.

Meski masih menemuai banyak kendala, H Ali Karim mengaku akan menambah lagi kolam untuk pengembangan udang vaname. Menurutnya peluang udang vaname masih cukup bagus mengingat air dan konstur tanah di Sebatik cocok untuk mengembangkan udang vaname. #dhim

Comments are closed.