NUNUKAN, BERITAKALTIM.com – Warga di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, akhirnya bisa menikmati BBM bersubsidi setelah Pertamina mensuplai BBM bersubsidi dengan menggunakan pesawat khusus.
Kepala Bidang Migas Dinas Petambangan dan Energi Kabupaten Nunukan Elirat mengatakan, warga di 5 Kecamatan di wilayah perbatasan tersebut mendapat kuota 3 hingga 4 ton perhari BBM bersusbidi jenis solar.
Mereka lebih banyak menggunakan BBM bersubsidi jenis solar karena kebanyakan kendaraan dari Malaysia yang mereka gunakan berbahan bakar jenis solar.
“Targetnya memang 3 sampai 4 kilo liter perhari, karena kuotanya 70 ton solar perbulan. Kalau premiumnya itu nanti menyesuaikan tergantung permintaan. Kan di sana kendaraannya rata rata menggunakan solar,“ ujar Elirat, Senin (13/06/20106)
Dengan adanya BBM bersubsidi itu, warga di wilayah perbatasan bisa membeli solar dengan harga 5.150 rupiah per liter. Biasanya warga membeli solar dengan harga normal Rp15.000, namun jika terjadi kelangkaan solar karena pemerintah Malaysia memperketat keluarnya BBM ke wilayah perbatasan, maka satu liter solar bisa mencapai harga 25.000 hingga 50.000 rupiah.
Sebelumnya warga di wilayah perbatasan di 5 Kecamatan di Kabupaten Nunukan bergantung sepenuhnya kepada Negara Malaysia untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar karena sulitnya pengiriman BBM bersubsidi ke wilayah tersebut. Satu satunya moda transportasi yang bisa menjangkau kecamatan Krayan adalah dengan pesawat udara.
Untuk pengiriman 1 liter BBM bersubsidi ke wilayah perbatasan, pemerintah mensubsidi ongkos angkut sebesar 30 ribu rupiah. ”Warga seperti mimpi ada BBM bersubsidi. 70 tahun Indonesia merdeka kita belum menikmati BBM bersubsidi,” ujar Ketua Komisi I DPRD Nunukan asal Krayan, Aprem.
Lima Kecamatan di wilayah perbatasan, yaitu kecamatan Krayan Induk, Kecamatan Krayan Selatan, Kecamatan Tengah, Kecamatan Krayan Timur dan Kecamatan Krayan Barat akan mendapat kuota 70 kilo liter setiap bulan jenis solar. Untuk pengiriman solar bersubsidi ke wilayah perbatasan, Pertamina menggunakan pesawat khusus Susi Air yang khusus mengangkut bahan bakar. Sementara untuk BBM bersubsidi jenis premium, Pertamina masih menunggu permintaan warga.
Adanya suplai BBM bersubsidi ke wilayah perbatasan juga membuat PLN di wilayah perbatasan bisa beroperasi 24 jam.
”Yang mahal memang ongkos angutnya. Subsidi ongkos angkutnya 30 ribu rupiah perliter. Berkat BBM bersubsidi menjangkau wilayah perbatasan sekarang PLN disana juga bisa beroperasai 24 jam, biasanya 6 hingga 12 jam,” ujar Elirat.
Meski mampu mensuplai BBM bersubsidi ke wilayah perbatasan dengan menggunakan pesawat, Pertamina masih mengupayakan kerjasama dengan Petronas untuk mesuplai kebutuhan BBM bersubsidi ke wilayah Kecamatan Krayan. Pertamina masih menunggu Petronas mendapat izin dari Pemerintah Malaysia untuk melakukan ekspor BBM ke wilayah Kecamatan Krayan. Dengan mendatangkan dari Malaysia, pemerintah akan mampu menghemat subsidi ongkos angkut barang sebesar 30.000 rupiah.
“Persiapannya sudah siap, semua perijinan segala macam, yang kita tunggu izin ekspor Petronas dari Pemerintah Malaysia,” pungkas Elirat. #dhim
Comments are closed.