BeritaKaltim.Co

Hutan Lindung Rusak, Warga Nunukan Tulis Surat ke Presiden

NUNUKAN,BERITAKALTIM.com – Sejumlah warga Nunukan mengaku prihatin dengan keberadaan Hutan Lindung Pulau Nunukan yang sudah rusak parah. Tidak adanya upaya penyelamatan oleh pemerintah daerah maupun aparat keamanan membuat warga menulis surat kepada presiden.

Mereka mengadukan kondisi hutan lindung Pulau Nunukan yang sudah berubah fungsi menjadi lahan sawit dan perumahan warga. Salah satu warga Nunukan yang ikut tandatangan dalam surat kepada Jokowi, Suparlan Kasmin mengatakan, hanya presiden satu satunya harapan warga Nunukan yang bisa menyelamatkan keberadaan HLPN.

Menurutnya Pulau Nunukan seharusnya memiliki kawasan tangkapan air lebih dari 7.000 hektar dari luasan pulau yang lebih dari 23.000 kilometer persegi. Jangankan adanya kawasan hutan sebagai kawasan tangkapan air hujan, sisa tegakan pun saat ini masih menjadi jarahan illegal loging.

“Sekarang masih ada kegiatan illegal loging. Kalau teman teman wartawan masuk ke sana, keberadaan hutan ini sungguh memprihatinkan karena kalau kita lihat dari pesawat, botak. Hutan lindung Pulau Nunukan sudah sangat parah,” ujar Suparlan Kasmin.

Suparlan Kasmin menambahkan, surat yang dikirim 3 bulan lalu melalui pengiriman pos tersebut ditanda tangani oleh 20 warga Nunukan yang prihatin dengan keberadaan Hutan Lindung Pulau Nunukan. Dalam surat yang ditulis kepada Presiden Joko Widodo itu, dijelaskan bahwa akibat rusaknya HLPN warga Nunukan mengeluh ketersediaan air bersih jika Pulau Nunukan seminggu saja tak diguyur hujan.

Sebagai staff dibidang Administrasi dan Keuangan PDAM Nunukan, Suparlan tahu betul berapa liter air dari Sungai Bolong sebagai sumber utama PDAM mendapat bahan baku air untuk diolah.

“Sungai Bolong satu satunya sungai terbesar yang berhulu dari hutan lindung sekarang berubah menjadi parit saking kecilnya debit air. Dulu kami mandi disitu main dengan batang pisang itu tenggelam, sekarang seperti parit. Kapasitas debit air Sungai bolong sekarang hanya 50 liter perdetik, kalau kita olah satu bulan kering sungai,”kata Suparlan.

Meski belum mendapat balasan dari presiden, Suparlan berharap ada tindak lanjut dari Presiden terhadap keberlangsungn HLPN. Suparlan mengaku, Hutan merupakan titpan anak cucu, bukan milik generasi sekarang. Kalau hutan dibabat habis dan mata air menghilang dipastikan anak cucu yang akan datang berlinang air mata karena kesulitan mendapatan ait bersih.

“Jika masih bisa berharap kepada perbaikan hutan lindung, jangan bicara kebutuhan air bersih dari mengolah air laut. Negara kaya saja kesulitan mengolah air laut karena mahal. Kenapa dengan merawat hutan lindung yang lebih murah kita malah tidak mau? Kita lahir besar dan meninggal di sini, jangan sampai meninggalkan air mata untuk anak cucu kita tapi tinggalkanlah mata air untuk mereka,” harap Suparlan. #dhim

 

Comments are closed.