Apa yang harus kita lakukan sebagai publik untuk menghadapi hal tersebut?
Seperti yang Anda lakukan sekarang, membuka ruang lalu mendiskusikan, menyebarkan informasi bukan menebar kebencian, menyebar informasi atau pengetahuan, lalu mengoptimalkan mekanisme-mekanisme yang ada. Bahwa ombudsman, misalnya tidak efektif, itu tidak apa-apa. Tapi kalau terus dihujani pertanyaan kapan selesai, mana hasilnya, saya pikir itu bisa menjadi instrumen. Lalu terus mengawasi negara, polisi, tentara, birokrasi, para pengusaha juga harus diawasi. Informasi-informasi tentang apa kelakuan mereka harus terus diangkat dan dipertanyakan. Kita mempertanyakannya tidak masalah, misalnya, tentara harus menjaga bandara, tapi mengapa tentara harus mengawal distribusi bawang?
Apa dampaknya ke depan jika kita sebagai publik, sebagai masyarakat, hanya diam tidak mempertanyakannya?
Dampak ke depannya adalah kita sedang berinvestasi menabung untuk membangun satu model otoriterisme baru. Anda bayangkan posisi hari ini dengan Soeharto pada 1970-an. Saat itu masyarakat tidak ada yang komplain, yang komplain hanya mahasiswa, maka ada peristiwa 1974 dan 1978. Masyarakat mulai kena dampak buruknya ketika tanahnya diambil, ketika orang protes sedikit langsung dituduh PKI, dan itu semua terakumulasi setelah 30 tahun. Apakah kita sekarang mau mengulangi itu? Jadi menurut saya sekarang kita tidak boleh diam, ada sesuatu kesalahan pun, sesuatu yang aneh, kita mesti cari tahu ini apa.
Secara garis besar apakah penegakan HAM dan pelaksanaan demokrasi di Indonesia ini berjalan sesuai atau hanya jalan ditempat?
Saya lagi khawatir dan saya ingin mengatakan zaman Jokowi agak mundur.
Dimana kemundurannya?
Ada banyak orang ditangkapin karena kebebasan, jadi misalnya teman-teman Papua berdemo lalu ditangkap.
Bukankah yang menangkap aparat setempat, bukan Presiden Jokowi?
Tapi dia yang bertanggung jawab karena aparat setempat adalah anak buahnya Jokowi. Kalau dia tahu ada masalah seperti itu seharusnya dia bisa melarang anak buahnya. Kedua, seharusnya dia kasih pesan. Saya khawatir Jokowi sebetulnya tidak paham dengan hukum, politik, hak asasi, hak-hak konstitusi. Dia baca dan mengerti tapi dia tidak dapat jiwa dari dinamika-dinamika hukum. Sehingga kita tidak tahu apa sebetulnya posisi dia. Yang kita lihat dia cuma sibuk dari satu acara investasi ke acara pameran ekonomi, ke acara pertemuan kerja sama ekonomi, dan selalu menganggap ekonomi itu penting.
Menurut saya, kalau sudah bicara seperti ini merupakan cara-cara halus gaya-gaya Orde Baru. Ini yang menurut saya kita sekarang masih nyaman karena kita masih bisa punya banyak TV, kita masih bisa dengar macam-macam, ada internet yang cukup menghibur, orang Jakarta juga masih sibuk dengan urusan macet. Menurut saya situasi ini masih menguntungkan Jokowi untuk berbuat semena-mena dengan cara-cara dia yang halus sambil cengengesan dikit-dikit. Lalu kalau ada yang lapor si ini ditangkap, si itu belum pulang karena tanahnya diambil tidak tergubris. Misalnya, dua bulan lalu ada 16 ribu kepala keluarga diusir dari tanah adat mereka sendiri, siapa yang ramai di sini? Tidak ada. Padahal itu merugikan dan berdampak pada 66 ribu masyarakat.
Yayasan Perspektif Baru bekerjasama dengan Yayasan Konrad Adenauer memproduksi program PERSPEKTIF BARU, dimuat sebagai sindikasi empat koran se-Indonesia, yaitu Duta Masyarakat Surabaya, Harian Jogja, Joglo Semar Solo, B Magazine dan Harian Pagi Siwalima.
Naskah ini merupakan transkrip wawancara radio yang disiarkan sindikasi ratusan stasion radio melalui Jaringan Radio KBR 68 H, Jaringan Radio Antero NAD, Bravo FM Palangkaraya, Gemaya FM Balikpapan, Metro RGM Purwokerto, Global FM Bali, Lesitta FM Bengkulu, Maya Pesona FM Mataram, Pahla Budi Sakti Serang, Poliyama FM Gorontalo, BQ 99 FM Balikpapan, Gita Lestari Bitung, Dino FM Samarinda, Genius FM Pare-Pare, Civica FM Gorontalo, Shallom FM Tobelo Maluku Utara, Marss FM Garut, Sangkakala FM Banjarmasin, M83 FM Kutai Kartanegara, RPFM Kebumen, BFM Bangka Belitung, Sehati FM Bengkulu, Gemma Satunama Yogyakarta, BPKB FM Gorontalo, Suara Pangaba Balikpapan, RDP Kutim,Citra FM, Hulontalo FM, Suara Celebes FM.
PERSPEKTIF BARU ONLINE : www.perspektifbaru.com
E-mail : yayasan@perspektifbaru.com
Hak cipta pada Yayasan Perspektif Baru, faks. (021) 722-9994, telp. (021) 727-90028 (hunting)
Comments are closed.