TANJUNG REDEB, beritakaltim.co- Keberhasilan Satreskrim Polres Berau membekuk pelaku pecabulan (sodomi) BH (38), warga Kilo II, Kelurahan Sungai Keledeng, Kota Samarinda, dalam waktu cukup singkat, diapresiasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Berau.
Ketua P2TP2A Berau, Fika Yuliana, pertama-tama ingin mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi atas berhasilkan yang baru-baru ini dicapai Polres Berau, yang kini dipimpin AKBP Handoko. Namun, sisi lain dari keberhasilan itu, dirinya juga menyadari bahwa masih ada tugas berat yang harus diselesaikan oleh P2TP2A Berau.
Mengingat, tindakan pidana itu masih meninggal trauma bagi si korban, yang masih berusia 10 tahun. Selain itu, pasca kejadian tersebut, si korban juga telah menjadi bahan ejekan dari teman-temannya, bahkan kerap memiliki rasa ketakutan yang luar biasa di malam hari.
“Saya berterima kasih kepada pihak kepolisian Polres Berau. Namun, saat ini, kami memiliki tugas agar bagaimana kondisi si korban ini kembali berangsur membaik. Jadi, kalau malam hari, ia kerap ketakutan jika sendirian di kamar dan dia juga enggan untuk tidur bersama dengan temannya yang lain,” katanya saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin (6/3/2017) kemarin.
Sebelumnya, ditambahkan Fika, jika si korban telah diberikan perawatan dan pendamping secara penuh di rumah aman, yang dikelola P2TP2A Berau. Namun, saat ini, pihak keluarga yang kerap mengunjungi si korban, telah meminta kepada P2TP2A untuk mengijinkan si korban dapat beristirahat di rumahnya di malam hari. Sementara, untuk siang hari, si korban akan kembali ke rumah aman untuk diberikan kembali perawatan dan pendampingan lagi.
“Kami dari P2TP2A membolehkan saja pihak keluarganya, asal dijaga betul-betul. Dan, jika terjadi sesuatu di luar pengawasan kami, maka itu menjadi tanggung jawab tantenya. Namun, jika selama sama kami, itu tentu jadi tanggung jawab dari P2TP2A,” tambahnya.
Diakui wanita yang juga memiliki suara bagus ini, memang tidak mudah untuk dapat kembali memulihkan kondisi psikologis si korban tersebut. Diperlukan keikhlasan dalam mengemban tugas ini, sebab si korban akan kerap mengalami rasa ketakutan yang luar biasa jika didekati oleh orang-orang yang tidak dikenalnya.
Bahkan, diperlukan pendekatan dari hati ke hati dengan si korban, hanya untuk memulai sebuah percakapan. Utamanya, diperlukan juga perdampingan secara khusus guna bisa memulihkan kondisi psikologis si korban sehingga bisa menghilangkan rasa trauma yang ada.
“Saat ini, kami fokus untuk memulihkan rasa percaya diri para korban, yang kami tangani. Kami tidak ingin mereka terbebani oleh masa lalu dan meyakinkan mereka untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat perilaku menyimpang para pedofil tersebut,” pungkasnya. #MAR
Comments are closed.