TANJUNG REDEB, BERITAKALTIM.CO- Pendekatan dalam pendampingan desa yang dikembangkan The Nature Conservancy Indonesia, yaitu akSi Inspiratif Warga untuk Perubahan (SIGAP) sudah direplikasi di sejumlah kampung di Kabupaten Berau, salah satunya adalah Kampung Semanting.
“Di Semanting, kami mengajak warga dan aparat desa untuk menjadi membangun bersama hingga menjadi desa Mandiri tapi lestari,“ kata Senior Manager Berau Program TNC Indonesia Saipul Rahman.
Kampung Semanting terletak di bagian timur Kabupaten Berau, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Derawan. Kampung ini memiliki luasan sekitar 22 ribu hektar yang terdiri dari kawasan hutan produksi, sebagian kawasan perkebunan sawit dan hutan mangrove sepanjang garis pantai. Untuk menuju kampung ini, pengunjung harus menempuh perjalanan darat selama dua jam dari ibukota Kabupaten Berau dan sekitar 1.5 jam melalui jalur sungai dengan speedboat.
Meskipun kondisinya jauh dari ibukota kabupaten, kampung nelayan ini mulai bergeliat membangun perekonomiannya. Pada tahun 2017, kampung Semanting memiliki Alokasi Dana Kampung sejumlah 2.3 milyar, Dana Desa Rp. 800 juta dan dana retribusi/pajak desa sejumlah 25 juta. “Nilai yang cukup banyak untuk pembangunan kampung,” Saipul menambahkan.
Apalagi, jumlah penduduk hanya 500 jiwa dan 163 kepala keluarga dan bermata pencaharian nelayan pencari ikan. Ibu-ibu di Semanting, tak mau kalah membantu perekonomian keluarga di kala suami berjibaku di laut. Mereka mengembangkan keterampilan membuat kerupuk ikan yang berbahan baku ikan hasil tangkapan.
Kegiatan warga di Semanting ini menarik perhatian Forum Lingkungan Mulawarman (FLIM). Mulai 2015, FLIM mendampingi kampung melalui pendekatan SIGAP dengan pendanaan dari Tropical Forest Conservation Act-Kalimantan (TFCA-Kalimantan) yang salah satu penyokong dananya adalah The Nature Conservancy (TNC). Para pendamping FLIM melakukan pendekatan kepada warga agar secara sadar terlibat dalam proses mengelola sumber daya alam.
SIGAP, sebuah pendekataan yang dikembangkan oleh TNC terdiri dari tujuh tahapan, Disclosure, Define, Discover, Dream, Design, Delivery dan Drive. Dalam tahapan disclosure dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat (termasuk tokoh-tokoh kunci), caranya fasilitator lapangan tinggal dan hidup bersama warga dan membantu aktivitas warga Semanting.
Warga kampung sangat percaya dengan pendamping lapangan sehingga selalu mengajak pendamping terlibat dalam kegiatan warga, seperti rapat-rapat kampung, kegiatan ekonomi masyarakat dan lainnya. Kegiatan define dilakukan dengan diskusi tentang fenomena perubahan iklim lokal, seperti pergeseran waktu melaut, makin berkurangnya hasil tangkapan dan pentingnya keberadaan mangrove.
Dari kegiatan ini, masyarakat sudah sangat menyadari betapa penting keberadaan mangrove bagi mereka. Warga menganggap, mangrove bisa menjaga kampung dari bencana tsunami, menjadi tempat berkembang biak beberapa binatang tangkapan mereka, seperti udang, kepiting, kerang yang selama ini menjadi komoditas warga. Bila rusak, maka akan mengganggu ekonomi warga.
Kegiatan discover dilakukan dengan mengenali potensi kampung. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan studi biodiversitas, dimana masyarakat diajak bersama untuk ikut survey potensi mangrove yang ada. Ternyata potensi mangrove sangat tinggi.
Keberadaan fauna, flora yang sangat menakjubkan. Di samping itu, ada beberapa situs sejarah berupa makam leluhur mereka ditemukan di sebuah kawasan mangrove, yang selama ini belum ditemukan. Kegiatan ini juga dilakukan dengan menggali potensi yang lain, seperti keberadaan perusahaan kayu yang sudah lama beroperasi, keberadaan perkebunan sawit.
Setelah warga mengetahui potensi yang ada, masuk ke tahapan Dream, dimana warga membuat “visi” bersama yang menjadi mimpi panjang. Untuk lebih menguatkan ingatan warga, FLIM membantu menterjemahkan dalam bentuk “mantra” kampung yaitu Kampung MANGROVE; Mandiri, Amanah, Nyaman, Religius, Optimis dan Edukatif.
Dengan mantra ini, warga menjadi lebih bangga dengan apa yang dimilki dan mengetahui dengan jelas apa yang mereka impikan. Bahkan, seorang warga membuat menjadi lagu mars kampung Semanting. Warga pun diajak untuk membuat peta tiga dimensi dan tata guna lahan sehingga secara visual warga betul-betul memahami kondisi kampung.
Untuk mencapai mimpi itu, maka perlu dilakukan langkah-langkah pencapaiannya, yang di dalam SIGAP disebut tahapan design. Dalam tahapan ini, pendamping ikut terlibat dalam proses penyusunan rencana kegiatan kampung. Dengan mereview Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kampung, warga dan pendamping secara bersama “memformat” ulang RPJM ini sesuai dengan potensi dan mimpi yang sudah dibuat.
RPJM menjadi panduan bagi warga untuk menjalankan program pembangunan desa yang dalam SIGAP disebut sebagai delivery. Warga kemudian merumuskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang sejalan RPJM. Kegiatan di dalam RPJM tersebut meliputi mitigasi pengelolaan sumberdaya alam pembuatan persemaian mangrove, penanaman mangrove di beberapa lokasi yang sudah rusak. Selain itu, dilakukan juga pengembangan kerupuk ikan yang lebih bernilai ekonomis.
Sampai saat ini, tahapan SIGAP masih sampai pada tahapan DELIVERY. Meskipun belum sampai tahap akhir SIGAP yaitu drive, tapi warga kampung sudah merasakan manfaatnya. Kepala Kampung menyatakan bahwa pendekatan SIGAP yang digunakan FLIM membantu mentranformasi visi kepala kampung menjadi visi warga sehingga seluruh warga bertanggung jawab dan terlibat aktif dalam mencapai visi dan mimpi mereka.
Menurut beliau, dengan SIGAP, warga kampung bisa terlibat secara aktif dalam memikirkan kemajuan kampungnya. Keterlibatan warga dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atas seluruh kegiatan pembangunan kampung yang ada. Warga semangat ikut trelobat dalam semua tahapan pembangunan dan mereka bangga dengan potensi yang dimiliki.
Dalam rangka ikut menyebarluaskan pemahaman terkait SIGAP, TNC mencoba mempermudah pengenalan pendekatan ini dengan mengembangkan website pemerintah kampung dan APLIKASI SIGAP, sebuah aplikasi berbasis android. Aplikasi SIGAP ini diharapkan bisa membantu pendamping dan warga kampung untuk bisa aktif melaksanakan tahapan SIGAP secara lebih praktis. “Kami ingin lebih banyak lagi kampung-kampung yang mandiri karena SIGAP,” kata Saipul. #MAR
Comments are closed.