BeritaKaltim.Co

Ini Reaksi Komisi III DPRD Bontang Atas Mangkraknya Proyek Water Treatment

BONTANG, beritakaltim.co- Ketua Komisi III DPRD Bontang, Rustam, bereaksi keras atas pelaksanaan proyek tiga sumur untuk sumber air di Water Treatment Plant (WTP) KS Tubun yang dilaporkan mangkrak. Bahkan, satu diantaranya tiang pengeborannya runtuh. Sementara dua lainnya belum selesai dan tak pula dikerjakan.

Komisi III DPRD Bontang pun mempertanyakan kinerja para kontraktor. Pihak foreman WTP KS Tubun juga tak mampu menjawab pertanyaan Komisi III DPRD tersebut. Pasalnya mereka menyebut laporan disampaikan langsung ke atasan.

Ketua Komisi III DPRD Bontang Rustam mengatakan, beberapa bulan lalu saat Komisi III sidak ke WTP KS Tubun kondisinya masih becek, namun kali ini sudah ada semenisasi untuk akses masuk. Termasuk tiang-tiang lampu jalan sudah cukup bagus.

Namun dirinya sedikit terganggu dengan suara bising dari mesin di WTP, mengingat lokasi WTP tersebut bersebelahan dengan SMPN 7 Bontang. Termasuk soal handle tangga menuju kantor foreman yang kurang safety menjadi perhatian para anggota dewan.

“Handle kalau bisa diperbaiki khawatir terjadi sesuatu, kami berharap WTP yang ada di Bontang ini bisa jadi contoh kota lain untuk tempat study banding,” ungkapnya, Rabu (12/4/2017).

Tak hanya soal perkembangan yang mulai bagus, Komisi III juga mempertanyakan soal ambruknya alat bor di lokasi pembangunan sumur di WTP KS Tubun. Mereka mendapatkan informasi tersebut dari laporan masyarakat.

Bahkan, anggota Komisi III Rusli mempertanyakan papan kontrak yang tidak dipasang oleh kontraktor. “Proyek tiga sumur ini sudah habis masa kontraknya tapi tidak menghasilkan, sebenarnya yang menang kontraktor nomor berapa? Karena jangan sampai ada kongkalikong terkait proyek ini. Tiang kontrak saja tidak dipasang,” tegas Rusli.

Menanggapi hal itu, foreman WTP KS Tubun Asmuran mengatakan, terkait runtuhnya alat bor tak bisa dijelaskan olehnya. Pasalnya, saat kejadian dirinya sedang tidak berada di lokasi.

Pihaknya hanya mengira jika runtuhnya alat bor sumur itu karena faktor cuaca. Diluar faktor alam, para kontraktor pun tidak memikirkan pemasangan yang baik jika cuaca memasuki musim hujan, sehingga mengakibatkan alat bor tersebut rebah.

“Kejadiannya siang sekira pukul 14.00 Wita, alasan pastinya tak bisa diprediksi,” ujarnya.

Dikatakan dia, WTP KS Tubun ini masih dalam tahapan pembenahan, baik itu sumur, maupun penyesuaian bahan kimia. Sebenarnya, pasokan air untuk WTP KS Tubun ini belum siap karena sumber airnya kurang.

Oleh karena itu dibangunlah tiga sumur bor untuk menambah sumber air. Tetapi, proyek tersebut kontraknya sudah habis namun ada perpanjangan.

“Hanya saja dari perpanjangan waktu itu, tak ada pekerjanya sampai sekarang. Kelanjutannya kami tidak mengerti, dan masih tanggung jawab pihak kontraktor bukan PDAM,” ujarnya.

Beruntung, jatuhnya alat bor tidak merusak rumah warga di sebelahnya. Akibat robohnya juga, semua pekerja menunda pekerjaannya tanpa kejelasan.

Sementara terkait kebisingan, suara tersebut berasal dari blower. Pihaknya juga berkoordinasi dengan atasan PDAM. Hanya saja, karena masih belum ada komplain dari pihak sekolah, maka tak ada laporan rinci ke atasan.

“Masyarakat sekitar pun belum ada yang komplain, makanya dengan atasan PDAM hanya sekedar koordinasi,” ungkapnya. #adver

Comments are closed.