NUNUKAN, BERITAKALTIM.CO – SMA Negeri 1 Nunukan dipastikan akan menolak rencana pembukaan 1 ruang kelas baru untuk menampung siswa SMP yang informasinya banyak tidak tertampung di SMA Negeri maupun SMA swasta. Kepala SMA N 1 Nunukan Khoirul Naim mengatakan, pada awalnya pihak sekolah menyanggupi usulan membuka 1 ruang kelas pasca didesak oleh kepala Dinas Pendidian Nunukan dan sejumlah anggota DPRD serta Dewan Pendidikan yang ngeluruk ke sekolah mereka.
“Tidak tahu itu koordinasinya bagaimana, yang jelas tidak ada koordinasi dengan DInas Pendidikan Provinsi. Dari Kabupaten (Kadisdik Nunukan) kemarin menyampaikan sudah koordinasi, tapi dari provinsi bilangnya belum,” ujarnya, Jumat (23/06/2017).
Tahun ajaran 2017, SMA N 1 Nunukan hanya menerima 4 kelas. Padahal, tahun sebelumnya SMA N 1 Nunukan menerima 7 ruang kelas untuk siswa baru. Khoirul Naim mengaku menerima siswa melebihi kapasitas kelas yang mampu menampung 36 siswa dipaksa menjadi 42 siswa. Hal itu karena belum ada juknis, dan ada aturan yang ketat diberlakukan.
Namun setelah ada pendataan pada bulan Agustus 2016 pihak sekolah menerima peringatan bahwa jumlah siswa dalam satu kelas melebihi kapasitas. “Begitu bulan agustus pendataan, di komputer diblock merah bahwa siswa dalam kelas Anda tidak valid. Kami disarankan untuk memecah kelas menjadi 9, sehingga mengurangi jatah ruang kelas saat ini yang seharusnya 7 sekarang hanya mampu menerima 4 kelas,” imbuhnya.
Khoirul Naim menambahkan, penerimaan siswa tahun 2016 pihaknya menerima 72 siswa titipan baik dari pejabat hingga anak penjual sayur. Tahun lalu phak sekolah masih mau menerima siswa titipan meski dengan konsekuensi beban mengajar guru yang bertambah serta ruangan kelas yang mengalami over kapasitas.
Hal itu karena adanya kebijakan bina lingkungan serta adanya janji janji dari pejabat yang akan membangunkan ruang kelas baru. Sayangnya tahun berganti hingga saat ini belum terlihat adanya pembanguna RKB baru untuk menampung siswa titipan tersebut.
”Pohonnya sudah kami tebang, tempat teduh anak anak justru hilang, pembangunanya tidak ada. Janjinya ada pembangunan 2 ruang tapi sampai sekarang tidak ada. Pada saat ujian kelas 3 kewalahan kita sehingga anak kelas 1 kita pindahkan ke ruang kelas 3 karena kelas 3 sudah tidak ada belajar,” katanya.
Adanya desakan dari Kapala Diknas Nunukan dan berberapa anggota DPRD Nunukan dan Dewan Pandidikan Nunukan terkait pemanfaatan lab computer untuk menerima siswa tambahan, menurut Khoirul Naim, akan mempengaruhi dapodik karena invetarisasi ruangan lab komputer dan ruangan perpustakaan sudah masuk dalam dapodik.
SMA N 1 Nunukan memiliki 80 unit komputer yang juga masih kekurangn ruang dan unit komputer dari seharusnya 95 unit komputer karena jumlah peralatan tersebut sesuai dengan 30 persen yang ditambah 10 persen dari jumlah siswa.
“Lab tidak hanya untuk ujian saja, tapi juga untuk uprestasi era voting, setiap 2 bulan sekali ada update pengembangan siswa, tidak hanya siswa tapi juga guru semua didata secara nasional. Mid semester kami juga sudah menggunakan komputer, bukan hanya ujian nasional berbasis komputer saja,” ucapnya. #dhi
Comments are closed.