DYAH FORENTINA warga Berau baru saja terpilih mengikuti program YSEALI (Young South East Asian Leaders Initiative) selama 5 minggu, 13 September – 13 Oktober di Northern Illinois University, Amerika Serikat untuk program Civil Enggement Bersama 19 teman dari 9 negara ASEAN (Indonesia, Laos, Vietnam, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Myanmar, Cambodia).
Selama 3 minggu pertama, Dyah yang akrab dipanggil Vita ini lebih banyak melakukan kegiatan di dalam kelas, seperti mendengarkan dosen menyampaikan kuliah.
“Saya bersama 19 teman banyak belajar tentang sejarah pergerakan hak-hak sipil di Amerika, belajar tentang usaha Martin Luther King Jr ketika menjadi salah satu pemimpin penggerak di komunitasnya untuk menuntut, juga belajar tentang Feminism, hak LGBTQ, dan hak-hak penyandang disabilitas. Kami juga belajar leadership, professional communication dan workshop grant writing,” papar Vita, yang telah tiba di Bumi Batiwakkal.
Setiap Senin-Kamis Vita yang kelahiran Bontang 29 Nopember 1992 ini lebih banyak di kelas mendengarkan kuliah dari dosen-dosen, biasanya Jum’at kami lebih fokus mengerjakan action plann yaitu rencana projek yang akan dikerjakan ketika kembali peserta program ke negara masing masing. Sabtu biasanya ada kunjungan ke museum untuk melihat langsung kejadian-kejadian yang dipelajari selama di kelas.
Selain itu juga kami melakukan voluntary work ke beberapa NGO di sana. Kami juga diberi tugas membaca 8 buku selama sebulan dengan reading list setiap hari. Jadi satu hari kami bias diminta membaca 1-3 bab buku berbahasa Inggris dan menuliskan refleksi dari bacaan tsb di paper.
“Selama itu, saya jadi lebih banyak belajar menghargai setiap waktu karena kalau lalai sedikit bias ketinggalan target bacaan dan bisa menumpuk. Karena setiap akhir pekan kami akan ada pertemuan dengan dosen untuk berdiskusi lagi tentang paper yang sudah ditulis,” ungkap puteri pertama dari Sutarno Hartanto dan Eva Rolyda ini.
Selama mengikuti program belajar, Vita datang ke tempat kegiatan lebih awal, biasanya saya datang setengah sampai satu jam sebelum kelas dimulai karena kadang ketika saya datang ke kelas sudah ada dosen yang sedang menunggu di kelas.
Bagaimana beradaptasi dengan teman yang berbeda agama, budaya dan bahasa ?
“Dengan teman yang berbeda agama, budaya, bahasa, saya jadi lebih respect dan menghargai perbedaan. Mereka akan bersedia menjaga kami ketika kami harus shalat di tempat-tempat umum agar tidak ada yang datang dan menggangu. Mereka juga bersedia menurunkan suara ketika saya harus menjamak shalat di dalam bus selama perjalanan. Begitu juga ketika saya tinggal di rumah orang tua angkat, mereka membantu saya mempersiapkan ruangan untuk salat dan selalu memastikan makanan yang saya makan adalah makanan yang bisa saya makan.” Cerita sarjana jebolan STIT jurusan Bahasa Inggris ini.
Ketika Vita diajak untuk makan di restaurant mexico dan menggunakan Bahasa asli dalam menu, teman teman bersedia membantu menerjemahkan dan menunjukkan makanan yang layak saya makan atau tidak sebagai muslim.
Selama 2 minggu terakhir, Vita melakukan study tour untuk menelusuri jejak sejarahnya Martin Luther King di Alabama, Atlanta dan terakhir ke Washington DC untuk bertemu dengan Departement State dan menghadiri US ASEAN Conference di U.S Capitol bersama peserta YSEALI Academic Fellowship dari Nebraska dan Connecticut serta peserta YSEALI Professional Fellowship Program.
Dari pengalaman belajar selama di sana, yang masih membekas di dalam hati dan pikiran Vita adalah perjalanan ke Alabama. Melihat perjalanan Martin Luther King dan beberapa aktivis muda lain termasuk Malcolm X dan Rosa Parks untuk menggerakkan orang-orang melakukan perubahan dan Amerika menjadi seperti sekarang ini adalah satu penyemangat, karena ketika kembali ke Indonesia dan bekerja bersama teman-teman untuk kemajuan masyarakat, “Saya akan selalu mengingat semangat dan perjuangan Dr. King untuk tidak menyerah demi perubahan yang baik di masa depan. Saya belajar untuk menjadi pribadi yang disiplin, lebih rajin membaca banyak hal agar tau lebih banyak, respek dan menghargai minoritas.
Kembali ke bumi batiwakkal, Vita koordinator english learning community development and volunteering program (koordinator pengembangan komunitas belajar bahasa inggris dan priogram untuk sukarelawan) di Yakobi Tanjung Redeb.
Vita membayangkan dan berharap agar pemuda Berau beberapa tahun ke depan bersemangat kuliah di luar dan bisa kembali ke Berau untuk membangun daerah .”Mahasiswa Berau bukan hanya hobi kupu kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, tapi sudah mulai sadar untuk membangun daerah dengan potensi yang mereka miliki terutama bahasa Inggris yang sekarang sangat dibutuhkan sekali dalam segala bidang.” Papar Vita.
Cara memulai perubahan yakni aktif mengikuti kegiatan sosial untuk masyarakat . dan sekarang Berau juga menjadi salah satu destinasi wisata dan obyek penelitian untuk orang asing. “Kami kadang sering kewalahan kala diminta untuk membantu menjadi penerjemah , guide yang bisa berbahasa Inggris atau asisten peneliti dari luar,” kata Vita. Adji Sumarly Saputera
Comments are closed.