Salam Perspektif Baru,
Tamu kita kali ini adalah Jimmy Agung Pambudi yang merupakan dokter di Rumah Sakit Jantung Binawaluya, Jakarta Timur. Jimmy akan berbagi dengan kita mengenai penyakit jantung dan hal-hal yang perlu kita perhatikan sebagai masyarakat awam.
Menurut Jimmy, Ada lima hal yang menjadi faktor risiko seseorang terkena serangan jantung, yaitu merokok, darah tinggi, kolesterol tinggi, mempunyai masalah jantung keturunan, dan kencing manis. Karena itu Anda harus mewaspadai beberapa gejala. Pertama, bila saat beraktivitas, Anda merasa tidak nyaman pada dada. Kedua, saat Anda beraktivitas ada rasa seperti terbakar di lambung, ulu hati, atau bahkan yang sangat khas sekali yaitu ada rasa nyeri dada menjalar ke lengan lalu tembus ke belakang sampai ke rahang. Masyarakat kebanyakan berpikir bahwa ini sakit gigi lalu berobat ke dokter gigi. Padahal hal itu namanya gejala sakit jantung. Kalau dalam medis disebut Angina.
Jimmy menjelaskan bahwa yang harus kita lakukan kalau mengalami Angina ada dua kuncinya, yaitu mengirim oksigen ke otot jantung dengan membebaskan aliran darah, lalu yang kedua ialah menurunkan kerja jantung. Caranya, tarik nafas dalam dahulu dua atau tiga kali, baru kemudian batuk beberapa kali. Setelah itu tenang lagi. Yang penting kita jangan hanya ingat batuknya saja tapi juga ingat prinsipnya. Tingkatkan aliran darah dan oksigen.
Berikut wawancara Perspektif Baru dengan narasumber dr. Jimmy Agung Pambudi dan sebagai pewawancara Wimar Witoelar Wawancara lengkap dan foto narasumber dapat pula dilihat pada situs http://www.perspektifbaru.com. Lewat situs tersebut Anda dapat memberikan komentar dan usulan.
Saya dengar penyakit jantung di Amerika Serikat (AS) termasuk satu dari tiga pembunuh manusia tertinggi. Bagaimana penyakit tersebut kalau di Indonesia, kira-kira berada di ranking berapa?
Kalau di Indonesia, menurut laporan terakhir, kita memiliki tiga besar penyakit penyebab kematian yaitu penyakit jantung, kanker, dan stroke. Saat ini jantung masih menempati ranking satu. Menurut saya, ini karena pelayanan di Indonesia dan tingginya angka penyakit jantung sehingga angka kematiannya juga ikut menjadi paling tinggi diantara ketiga penyakit tersebut.
Apa gejala yang harus diwaspadai seseorang pada umumnya bahwa dia mungkin terkena penyakit jantung, dan apakah ada action yang bisa segera dilakukan?
Jadi penyakit jantung memang gampang-gampang susah bagi orang awam karena banyak yang tidak mengenal serangan jantung. Mereka mengetahuinya angin duduk. Ini agak berperan penting dalam tingginya angka kematian jantung karena pelayanannya terlambat.
Bisa dijelaskan bagaimana serangan penyakit jantung?
Gejala serangan jantung ada dua yaitu yang khas dan tidak khas. Yang khas adalah kalau Anda merasakan nyeri dada yang sangat hebat, membuat Anda ketakutan, tidak jelas di mana titiknya dan keringat dingin.
Apakah itu tersebar atau di satu titik?
Tersebar. Itu sangat khas. Hal itu bisa diketahui oleh semua orang dan barangkali mudah. Namun yang jadi masalah adalah bila Anda merasa keluhan yang tidak khas. Yang dikatakan angin duduk itu bisa saja orang mengatakan merasa agak kembung, badan tidak enak, perut tidak enak, dada tidak nyaman. Yang dirasakan sekadar tidak nyaman. Masyarakat kebanyakan langsung berpikir bahwa ini adalah tidak enak badan, lalu “dikerokin”, diurut, atau dipijat. Namun yang terjadi ialah waktu terus berjalan sampai satu titik masalahnya menjadi hebat sekali, dan ketika dibawa ke pusat kesehatan, penderita sudah tidak tertolong.
Apakah hal tersebut terjadi dalam satu rangkaian kejadian?
Hal itu terjadi dalam satu rangkaian kejadian yang bisa terjadi hanya dalam waktu 15 menit, atau sampai setengah jam, atau bahkan bisa sampai dua hari.
Apakah penderita tersebut harus pernah menderita gejala serupa atau sakit jantung?
Tidak harus. Selama saya berpraktek, ada beberapa orang yang selalu bertanya, “Maaf Dok, Bapak saya tidak pernah sakit jantung sebelumnya.” Memang serangan jantung terjadi tiba-tiba karena itu dinamakan serangan jantung. Kalau dibilang gejala, seperti yang saya katakan tadi, sebelum terjadi serangan jantung ada gejala awal. Walau sebenarnya ada gejala awal, masyarakat hampir tidak tahu dan tidak menyadari. Ada satu pasien berkata, “Selama ini tidak pernah sakit jantung, kok tiba-tiba sakit jantung ya? Aneh ini Dok.” Gejala sebenarnya ada. Ini bisa ditemukan ketika kita gali dengan menanyakan apakah selama ini sering merasa tidak enak di dadanya.
Apakah gejala-gejala awal itu?
Sebenarnya kita harus mewaspadai dulu karena gejala awalnya ini ada beberapa yang berhubungan dengan penyakit lain. Contohnya, kembung (sering dibilang heartburn). Dalam pencernaan ada yang namanya Gastro-Esofageal Reflus Disease (GERD), yaitu katup di perbatasan antara perut (lambung) dan tenggorokan (esofagus) tersebut sering terbuka sehingga timbul rasa panas terbakar. Yang jadi masalah adalah tidak semua rasa itu berasal dari pencernaan. Sakit jantung juga bisa mempunyai gejala seperti itu, jadi kita harus waspada.
Hal yang harus kita waspadai adalah bila kita mempunyai lima hal yang menjadi faktor risiko, yaitu merokok, darah tinggi, kolesterol tinggi, mempunyai masalah jantung keturunan, dan kencing manis. Karena itu Anda harus mewaspadai beberapa gejala. Pertama, bila saat beraktivitas, Anda merasa tidak nyaman pada dada. Kedua, saat Anda beraktivitas ada rasa seperti terbakar di lambung, ulu hati, atau bahkan yang sangat khas sekali yaitu ada rasa nyeri dada menjalar ke lengan lalu tembus ke belakang sampai ke rahang. Masyarakat kebanyakan berpikir bahwa ini sakit gigi lalu berobat ke dokter gigi. Padahal hal itu namanya gejala sakit jantung. Kalau dalam medis kita menyebutnya Angina.
Apakah gejala tersebut pasti disusul oleh serangan jantung atau mungkin hilang saja begitu?
Ada yang menarik di sini. Pertama, kita harus membedakan antara Angina dengan serangan jantung. Angina adalah suatu keadaan dimana otot-otot jantung kekurangan oksigen karena ada penyempitan di pembuluh darah koroner. Kalau memakai perumpamaan lampu lalu lintas, Angina adalah lampu kuning atau tanda hati-hati. Terkena lampu merah adalah terkena serangan. Perbedaan antara keduanya adalah pada saat angina terjadi, ada penyempitan pembuluh darah sehingga oksigen ke otot jantung berkurang. Ada satu momen dimana penyempitan tersebut mengalami kerusakan epitel atau permukaan pembuluh darah sehingga mendadak menjadi tersumbat secara total.
Apakah Angina berubah menjadi serangan jantung dalam satu waktu atau di waktu berbeda?
Serangan jantung bisa terjadi di lain waktu atau berurutan. Jadi ada satu periode Angina bisa menjadi serangan jantung apabila Angina tersebut tidak disadari.
Apa yang harus kita lakukan kalau mengalami Angina? Saya pernah membaca informasi bahwa kalau mengalaminya maka perlu batuk-batuk. Apa itu ada dasarnya?
Sebenarnya batuk-batuk itu ilmiah. Barangkali jika orang disuruh batuk dan ia tidak paham maka akan berpikir cara itu cara tradisional. Tapi sebenarnya hal itu ilmiah. Ini cocok pada serangan jantung. Jika pada pembuluh darah ada penyempitan 70%, darah masih bisa mengalir dan artinya oksigen masih cukup, dan jika kurang sedikit saja dari itu maka timbul nyeri dada dan itu disebut Angina. Tapi jika pada saat itu area penyempitan mengalami lecet, akan timbul sel radang yang bisa menyumbat total.
Mengapa pada saat tersumbat total kita disuruh batuk? Sebenarnya pada saat serangan itu kuncinya dua yaitu mengirim oksigen ke otot jantung dengan membebaskan aliran darah, lalu yang kedua ialah menurunkan kerja jantung. Hubungannya dengan batuk apa? Jantung di dalam diafragma, jadi kalau kita “ngeden” atau kita batuk maka ada tekanan di jantung. Jadi begitu seseorang mengalami sumbatan maka suruh ia batuk yang bukan hanya batuk biasa namun barangkali batuk hebat.
Bagaimana contohnya batuk hebat?
Barangkali kalau saya contohkan itu seperti orang yang sakit Tuberculosis (TBC) dan batuk tidak berhenti-henti. Itu karena pada saat kita batuk, tekanan di diafragma di rongga dada meningkat keras selama sepersekian detik. Hal itu menekan darah untuk mengalir. Tapi harus jangan dilupakan prinsipnya adalah kita cukupkan oksigen di pembuluh darah agar sampai jantung.
Jadi kalau dengar info bahwa ada orang batuk namun serangan jantungnya tidak berhenti malah bertambah. Itu karena batuk ada aturannya. Tarik nafas dalam dahulu dua atau tiga kali, baru kemudian batuk beberapa kali. Setelah itu tenang lagi. Yang penting kita jangan hanya ingat batuknya saja tapi juga ingat prinsipnya. Tingkatkan aliran darah dan oksigen.
Andaikata orangnya memang dekat rumah sakit atau punya fasilitas pada saat bagaimana orang itu perlu lari untuk minta bantuan ke rumah sakit?
Sebenarnya penanganan serangan jantung itu saya bagi dua, yaitu penanganan di dalam rumah sakit dan di luar rumah sakit. Penanganan di dalam rumah sakit berbeda dengan di luar rumah sakit karena terdapat tenaga ahli dan alat-alat serta obat. Tapi tenaga ahli juga bila berada di luar rumah sakit dengan tanpa alat dan tanpa obat, maka kualitas tenaga ahli tersebut barangkali sama dengan orang awam.
Jadi saya akan informasikan apa yang harus kita lakukan sehingga Anda pun bisa menjadi tenaga ahli. Menyambung pertanyaan tadi, kapan kita ke rumah sakit dan kapan tidak? Kalau menurut saya, dengan pengetahuan masyarakat awam yang tidak mengetahui betul mana yang serangan dan mana yang bukan, bila timbul gejala dada tidak enak atau dada sakit maka jangan ditunda dan langsung ke rumah sakit. Itu yang bisa dilakukan.
Apa mungkin orang yang tidak pernah mengalami serangan lalu tiba-tiba terkena serangan jantung dan langsung meninggal?
Dalam pengalaman saya di rumah sakit, serangan jantung itu sangat erat kaitannya dengan nasib. Joke-nya seperti itu. Saya pernah menangani pasien serangan jantung yang dalam lima menit meninggal setelah kejang. Dia mempunyai uang sehingga penanganan apapun tersedia. Namun ketika kita tangani di Unit Gawat Darurat (UGD) ia mengalami kejang. Kita lakukan segala macam pertolongan, namun ia meninggal. Tapi saya pernah juga terima pasien penyakit jantung dengan serangan jantung yang sama. Karena tidak punya uang, maka orang itu kita tangani secara biasa dan terus pulang. Satu minggu kemudian ia datang lagi ke rumah sakit dengan masih hidup. Kedua kasus tersebut merupakan serangan pertama.
Apa hubungannya serangan jantung dan operasi jantung? Apakah operasi jantung dilakukan untuk orang yang mengalami serangan atau justru orang yang sehat?
Jadi tindakan terhadap penyempitan pembuluh jantung berbeda-beda. Untuk masalah penyakit jantung di koroner ini ada dua tindakan, yaitu operasi yang kita kenal dengan bypass, atau yang kedua Percutaneous Coronary Intervention (PCI) yaitu pemasangan ring di dalam pembuluh darah jantung. Pada saat serangan jantung tidak ada pilihan operasi karena ketika serangan jantung waktu kita hanya 12 jam. Jadi kalau orang bisnis memiliki motto time is money, maka kalau orang serangan jantung mottonya time is muscle. Artinya semakin lama ditunda, otot-otot jantungnya semakin mati. Dia tidak sama seperti otot yang lain, dia tidak bisa kembali hidup. Kalau ada orang mengalami serangan jantung kita suruh yang namanya tindakan. Yang dilakukan bukan operasi tapi PCI atau pasang ring dalam waktu 12 jam.
Mengapa kalau orang mengalami serangan jantung tidak bisa dibawa ke rumah sakit lalu dioperasi jam itu juga?
Jadi untuk operasi pilihannya adalah elektif. Kedua, operasi sekarang hanya untuk kasus yang kompleks. Misalnya, penyempitan di tiga pembuluh darah, atau pembuluh darahnya berkelok-kelok sehingga jika dipasang ring akan susah, atau pada masa lalu bagi orang yang tidak mempunyai uang sama sekali. Sekarang sudah ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maka barangkali sekarang sudah bisa, tapi tidak dianjurkan untuk operasi. Jadi untuk serangan jantung hanya PCI.
Beberapa kali saya mendengar pemain sepak bola di Italia ketika sedang bermain bola lalu pingsan dan meninggal karena penyakit jantung. Begitu juga di Wales dan Inggris. Mengapa bisa seperti itu karena atlet keadaan fisiknya okay dan pasti sering diperiksa namun masih bisa terkena penyakit jantung?
Jadi kita harus membedakan lagi serangan jantung karena penyempitan pembuluh darah koroner. Biasanya yang terjadi di lapangan, atlet yang meninggal akibat serangan jantung karena penyempitan pembuluh darah koroner. Itu terjadi hanya di Indonesia karena screening koroner bagi atlet di Indonesia masih sangat kecil atau belum baik. Jadi ada pasien juara binaraga pemegang medali emas Pekan Olahraga Nasional (PON) yang terkena serangan karena penyumbatan arteri koroner total. Itu karena pola makan.
Kalau ada atlet sepak bola meninggal di luar negeri, di sana screening-nya sudah bagus. Itu bukan karena penyempitan pembuluh darah koroner. Itu karena malignant arrhytmia. Aritmia yang sangat ganas yang menjadi gangguan listrik jantung. Itu sangat susah dicari. Jadi pada saat tertentu tiba-tiba listrik jantung bermasalah sehingga hanya bergetar.
Apakah itu karena kebanyakan atau kekurangan exercise atau karena nasib?
Overexercise atau olahraga yang keras atau denyut jantung yang terlalu cepat berpacu di lapangan. Pada orang normal kadang hanya menyebabkan aritmia yang tidak ganas seperti Supraventrikel takikardia (SVT). Namun pada kasus-kasus yang sudah memiliki gangguan listrik tertentu, itu akan menjadi hal yang berbahaya. Yang terjadi di luar negeri adalah kasus seperti itu, Jadi bukan penyempitan pembuluh darah tapi kita sebutnya Ventricular Fibrillation (VF). Jadi ventrikelnya hanya bergetar saja.
Bisakah emosi membuat orang terkena serangan jantung hingga meninggal?
Jadi prinsip serangan jantung di bidang koroner adalah orang berpotensi serangan jantung jika memiliki penyempitan dahulu. Penyempitan juga biasanya yang di atas 50-70%. Kalau sudah punya penyempitan 70%, ada hal yang bisa membuat serangan. Luka di plak akan terjadi pada saat peningkatan denyut jantung. Apapun yang membuat peningkatan denyut jantung bisa berpotensi membuat serangan jantung. Jadi jika ada penyempitan 60-70%, marah-marah bisa menyebabkan terjadi serangan. Kalau yang memiliki penyempitan 70% kesal di lampu merah, bisa saja terjadi serangan. Tapi jika pembuluhnya masih bagus maka bebas saja.
Misalnya, orang bekerja di sekretariat kabinet. Apakah orang tersebut lebih bisa terkena serangan jantung dibandingkan orang yang suka hura-hura?
Saya melihat dari sisi stress psikis. Penyempitan pembuluh darah jantung dipengaruhi oleh stress psikis. Orang yang banyak stress dan berpikir berat cenderung tercipta radikal bebas. Radikal bebas berperan penting dalam peradangan pembuluh jantung. Menurut saya, ada korelasi antara stress pekerjaan dan terjadinya penyempitan walaupun efeknya kecil. Namun kalau sudah memiliki penyempitan, tentu potensi serangan lebih besar pada orang yang lebih tinggi stress psikisnya.
Orang yang penuh emosi bisa menambah peredaran darah, apakah itu betul?
Emosi ada dua macam dan akibatnya akan berbeda. Kalau kita banyak senang, maka hormon endorphin akan membantu metabolisme dan memperbaiki sel. Itu mempengaruhi kesehatan ke arah positif. Sebaliknya yang negatif akan menimbulkan radikal bebas dan akan mempengaruhi kesehatan ke arah negatif. Jadi lawak merupakan hal yang bagus untuk kesehatan.
Jadi menangis dan ketawa akan berbeda pengaruhnya.
Beda. Kita yang lebih banyak ketawa dan bahagia akan lebih sehat.
Kata orang, kegiatan seks juga bagus untuk kesehatan. Tetapi ada orang yang meninggal saat sedang melakukan kegiatan seks dan ada yang menjadi sehat. Seharusnya melakukan atau tidak?
Ini pertanyaan yang bagus dan sering menjadi perhatian semua orang sepertinya. Kembali ke aktivitas yang dilakukan, jika membuat senang maka akan meningkatkan hormon endorphin. Kalau dilihat dari titik itu, berhubungan seks sangat sehat dan sama dengan olahraga. Olah raga dengan suasana hati apapun akan membuat sehat. Apalagi berolahraga dengan suasana hati yang sangat senang.
Yang kedua, kalau bagus dan sehat mengapa orang di tempat tidur ada yang meninggal? Prinsipnya kembali ke yang sebelumnya. Jika dia memiliki penyempitan lebih dari 70% atau punya Penyakit Jantung Koroner (PJK), pada saat melakukan hubungan terjadi peningkatan denyut jantung yang tinggi. Orang berhubungan seks akan meningkatkan denyut jantungnya. Intinya, bukan hubungan seks tetapi peningkatan denyut jantungnya. Biasanya diperburuk dengan obat-obatan.
Saya pernah operasi jantung dan saya berbicara dengan dokter tentang boleh atau tidak untuk melakukan kegiatan seks. Dia mengatakan boleh kalau dengan istri saya karena kalau dengan orang lain maka akan merasa bersalah. Yang penting melakukan hubungan seks tanpa merasa bersalah. Apakah itu ada betulnya atau tidak?
Ini berhubungan dengan adrenalin. Adrenalin akan keluar jika orang tersebut tegang suasana hatinya. Kalau orang mencuri, denyut jantungnya akan cepat naik. Orang dites kebohongan juga dilihat dari denyut jantungnya. Jadi jika berhubungan seks saja meningkatkan denyut jantung hingga 120, jika ditambah dengan rasa bersalah bisa mencapai 150.
Bagi Anda yang sudah pernah operasi atau sudah pernah dipasang ring, olah raga tidak menjadi masalah. Mau denyut jantung sampai 150 tetap tidak ada masalah tetapi disesuaikan dengan umur. Beberapa pasien bertanya apa saja yang bisa mereka lakukan. Saya memberikan nasihat untuk jalan sore. Jadi di atas 55 tahun, mau jungkir balik juga jantungnya akan baik-baik saja tetapi tulang belakang, pergelangan, lutut akan sangat berbahaya. Jantung yang sudah pernah operasi dan dipasang ring akan lebih baik daripada orang lain dengan penyempitan yang kadang tidak disadari. #
—ooo000ooo—
Comments are closed.