SAMARINDA, beritakaltim.co- Thomas Robert Hutahuruk S.P,.M.Si, pakar ekonomi lingkungan, membedah gagasan Dasacita atau 10 program Paslon Gubernur Rusmadi-Safaruddin. Menurutnya, mantan Sekdaprov itu sudah meletakkan dasar-dasar transformasi ekonomi berbasis sumberdaya alam ke pertanian.
Anak muda, kandidat doktor ilmu kehutanan ini njlimet dan detail jika bicara soal potensi ekonomi Kalimantan Timur yang dianak tirikan oleh pemerintah pusat.
“Jangan pakai, lah istilah anak tiri itu. Sarkasme itu kurang tepat,” katanya.
Masyarakat Kalimantan Timur tak perlu khawatir, “Pak Rusmadi sudah mempersiapkan transformasi ekonomi Kaltim yang berbasis sumberdaya alam itu sejak 2013 lalu,” tegasnya.
Memang, katanya, gaung gerak perekonomian maritim pada tingkat nasional akan berdampak positif pada upaya upaya cerdas dan strategis. “Presiden Jokowi, maaf, ya sudah didahului oleh pak Rusmadi dalam merancang road mapp perekonomian Kaltim. Daerah ini potensinya sangat tinggi, tapi kendala utama adalah political will,” katanya.
Thomas menceritakan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy di Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur yang sering jadi olok-olokan karena belum selesai juga pada masa jabatan Gubernur Awang Faroek Ishak yang segera berakhir. Menurutnya, sebenarnya kawasan ini dipersiapkan menjadi pusat pengolahan Crude Palm Oil (CPO) beserta produk turunan dan pusat industri yang terintegrasi dengan pelabuhan berskala internasional, tidak berdiri sendiri.
Sinerji kawasan Maloy ini ditopang oleh KIK Kariangau di Balikpapan, kawasan industri gas dan kondensat Bontang dan lainnya.
“Perencanaan ini kan dilakukan Pak Rusmadi semasa masih dalam tim gubernur Awang Faroek Ishak. Jadi, jangan kaget, dari semua paslon yang ikut Pilgub cuma Pak Rusmadi yang mampu mendrive dan melanjutkan rencana transformasi ekonomi 2030,” tuturnya.
Pada 2013, target sejuta hektar perkebunan kelapa sawit ditetapkan Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak. Kaltim didesain menjadi salah satu provinsi penghasil CPO terbesar. Ini yang akan dieksplorasi, dilanjutkan dan dikembangkan secara terukur dan terstruktur.
“Mari kita lihat Kalimantan Timur dari perspektif makro dulu, sebelum mengkritisi pembangunan dengan basis pemahaman yang berbeda. Setelah itu baru aspek mikro dengan indikator dan parameter yang ilmiah dan komprehensif,” kata dia.
KIPI Maloy dilewati Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional dan berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depan (Pacific Rim).
Kawasan Maloy termasuk dalam jalur interkoneksitas Kalimantan dan Sulawesi, yang dilalui jalur regional lintas trans-Kalimantan dan transportasi penyeberangan feri Tarakan-Toli Toli, Balikpapan-Mamuju.
Konsep pembangunan KIPI Maloy adalah membangun klaster industri oleochemical dan pengolahan hasil tambang berskala internasional dalam rangka meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, dan peluang bisnis. Selain itu, menyediakan kawasan industri yang berdaya saing tinggi dengan dukungan insentif dan berbagai kemudahan.
Pembangunan dan pengembangan KIPI Maloy membutuhkan total investasi Rp4,771 triliun, dengan luas kawasan 5.305 hektare.
“Investasi pemerintah sudah masuk di sana. Tidak mungkin disetop. Jadi, yang paling mungkin berhasil melanjutkan adalah Pak Rusmadi,” ujar Thomas.
KIPI Maloy diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Trans Kalimantan Economic Zone (MTKEZ) dengan luas 32.800 hektare. MTKEZ merupakan salah satu lokus pembangunan di Koridor Ekonomi Kalimantan yang akan menjadi bagian dari postur konektivitas nasional guna memaksimalkan pertumbuhan.
MTKEZ merupakan integrasi antara KIPI Maloy seluas 5.305 hektare, Kawasan Industri Mineral Trans-Kalimantan Economic Zone (TKEZ) seluas 26.500 hektare, dan Kawasan Industri Kimia Batuta Coal Industrial Port (BCIP) seluas 1.000 hektare. Lokasi yang dipilih adalah Kutai Timur, yaitu di Kecamatan Sangkulirang, Kaliorang, dan Bengalon (Lubuk Tutung), Kabupaten Kutai Timur.
Maloy Trans-Kalimantan Economic Zone didukung kawasan industri lain yang tersebar di wilayah Balikpapan (Kawasan Industri Kariangau), Samarinda (Kawasan Industri Perdagangan dan Jasa), Bontang (Kawasan Industri Minyak, Gas dan Kondensat), Berau (Kawasan Industri Pariwisata), Bulungan (Delta Kayan Food Estate) dan Malinau (Kawasan Hutan Kayan Mentarang). #le
Comments are closed.